Senin, 19 Agustus 2013

Dapatkah Anda Mempercayai Alkitab?


Pasal 17

 

BAGI banyak orang, Alkitab sekadar buku yang ditulis oleh orang-orang bijaksana pada masa silam. Seorang profesor universitas, Gerald A. Larue, menyatakan, ”Pandangan para penulisnya, sebagaimana tertuang dalam Alkitab, mencerminkan gagasan, kepercayaan, dan konsep yang umum pada zaman mereka sendiri dan terbatas pada tingkat pengetahuan kala itu.”1 Namun, Alkitab mengaku sebagai buku yang diilhamkan Allah. (2 Timotius 3:16) Jika ini benar, buku itu pasti bebas dari pandangan keliru yang umum pada masa ketika bagian-bagiannya ditulis. Dapatkah Alkitab mempertahankan pernyataannya jika diuji dengan pengetahuan masa kini?

2 Seraya kita membahas pertanyaan ini, ingatlah bahwa seiring dengan kemajuan pengetahuan, manusia harus terus menyesuaikan pandangannya agar selaras dengan informasi dan temuan yang baru. Scientific Monthly pernah menyatakan, ”Kurang masuk akal untuk mengharapkan bahwa artikel-artikel yang kadang-kadang [baru] ditulis lima tahun yang lalu sekarang dapat diakui mewakili gagasan terkini dalam bidang sains terkait.”2 Akan tetapi, Alkitab ditulis dan disusun selama kira-kira 1.600 tahun, dan sudah rampung sekitar 2.000 tahun yang lalu. Apakah sekarang Alkitab masih bisa dikatakan akurat?

Alkitab dan Sains

3 Pada waktu Alkitab ditulis, orang masih menebak-nebak bagaimana bumi ini ditopang di ruang angkasa. Misalnya, ada yang percaya bahwa bumi ditopang oleh empat gajah yang berdiri di atas seekor penyu besar. Namun, Alkitab tidak mengandung khayalan yang tidak ilmiah yang ada pada masa penulisannya, tetapi langsung menyatakan, ”[Allah] merentangkan utara di tempat yang kosong, menggantung bumi pada ketiadaan.” (Ayub 26:7) Ya, lebih dari 3.000 tahun yang lalu Alkitab dengan tepat menyebutkan bahwa bumi tidak ditopang oleh apa pun yang kelihatan, suatu fakta yang selaras dengan hukum gravitasi dan pergerakan yang dipahami belum lama ini. ”Bagaimana Ayub mengetahui kebenarannya,” kata seorang pakar agama, ”adalah pertanyaan yang tidak mudah dijawab oleh orang-orang yang menyangkal keterilhaman Kitab Suci.”3

4 Mengenai bentuk bumi, The Encyclopedia Americana mengatakan, ”Gambaran paling awal yang manusia bayangkan tentang bumi ialah bahwa bumi adalah suatu panggung datar yang kaku di pusat jagat raya. . . . Konsep tentang bumi yang bulat baru diterima secara luas pada zaman Renaisans.”4 Beberapa pelaut zaman dahulu bahkan tidak mau berlayar jauh-jauh karena takut jatuh dari tepi bumi yang datar ini! Tetapi, kemudian, dengan ditemukannya kompas dan adanya kemajuan lain, pelayaran yang lebih jauh pun dapat diadakan. ”Penjelajahan ini,” kata sebuah ensiklopedia lain, ”menunjukkan bahwa dunia ini bulat, tidak datar seperti yang pernah dipercayai kebanyakan orang.”5

5 Namun, lama sebelum adanya penjelajahan demikian, bahkan sekitar 2.700 tahun yang lalu, Alkitab mengatakan, ”Ada Pribadi yang tinggal di atas lingkaran bumi, yang penghuninya seperti belalang-lompat.” (Yesaya 40:22) Kata Ibrani khugh, yang diterjemahkan menjadi ”lingkaran”, bisa juga berarti ”bulatan”, seperti yang diperlihatkan oleh beberapa karya referensi seperti Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon karangan Davidson. Karena itu, terjemahan-terjemahan lain berbunyi, ”bulatan bumi” (Terjemahan Baru), dan ”bumi yang bundar”. (Moffatt) Jadi, Alkitab tidak dipengaruhi oleh anggapan yang salah bahwa bumi ini datar, yang umum pada masa penulisannya. Alkitab akurat.

6 Manusia sudah lama memperhatikan bahwa air sungai mengalir ke laut dan samudra, tetapi laut dan samudra tidak bertambah dalam. Sebelum diketahui bahwa bumi bulat, beberapa orang percaya bahwa penyebabnya adalah karena jumlah air yang sama tertumpah di ujung-ujung bumi. Belakangan diketahui bahwa setiap detik matahari mengubah ribuan juta air dari lautan menjadi uap air, lalu ”memompanya” ke atas. Uap ini membentuk awan, yang didorong oleh angin melintasi daratan, lalu jatuh dalam bentuk hujan dan salju. Air kemudian mengalir ke sungai dan kembali lagi ke lautan. Siklus yang menakjubkan ini, meskipun umumnya tidak diketahui pada zaman dahulu, telah disebutkan dalam Alkitab, ”Semua sungai mengalir ke laut, tetapi laut tak kunjung penuh. Airnya kembali ke hulu sungai, lalu mulai mengalir lagi.”—Pengkhotbah 1:7, Bahasa Indonesia Masa Kini.

7 Mengenai asal mula alam semesta, Alkitab mengatakan, ”Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.” (Kejadian 1:1) Banyak ilmuwan menganggap hal ini tidak ilmiah, dan berkeras bahwa alam semesta tidak mempunyai permulaan. Akan tetapi, astronom Robert Jastrow menunjukkan informasi yang lebih baru dan menjelaskan, ”Inti perkembangan yang aneh itu ialah bahwa Alam Semesta bisa dikatakan mempunyai permulaan—bahwa ini dimulai pada titik tertentu dalam garis waktu.” Yang Jastrow maksud adalah apa yang kini umumnya dipercayai sebagai teori big bang (ledakan dahsyat), sebagaimana dikemukakan di Pasal 9. Ia menambahkan, ”Sekarang tampak jelas bahwa bukti-bukti astronomi cenderung membenarkan pandangan Alkitab tentang asal mula dunia ini. Perinciannya berbeda, tetapi unsur-unsur esensial dalam catatan astronomi dan catatan Alkitab di Kejadian adalah sama.”6

8 Bagaimana temuan tersebut ditanggapi? ”Anehnya, para astronom merasa kesal,” tulis Jastrow. ”Reaksi mereka menjadi pertunjukan yang menarik tentang tanggapan kalangan ilmiah—yang seharusnya sangat objektif—apabila bukti-bukti yang ditemukan oleh sains sendiri ternyata bertentangan dengan apa yang kita percayai dalam profesi kita. Rupanya, perilaku ilmuwan tidak ada bedanya dengan orang-orang lain di antara kita bila kepercayaan kita bertentangan dengan bukti-bukti. Kita merasa jengkel, kita berpura-pura pertentangan itu tidak ada, atau kita menutupinya dengan kalimat-kalimat yang tidak berarti.”7 Namun, kenyataannya adalah meskipun ”bukti-bukti yang ditemukan oleh sains” tidak sejalan dengan apa yang telah lama dipercayai para ilmuwan tentang asal mula alam semesta, hal itu meneguhkan apa yang ditulis dalam Alkitab ribuan tahun yang lalu.

9 Pada zaman Nuh, menurut Alkitab, terjadi banjir besar yang menutupi gunung-gunung tertinggi di bumi dan memusnahkan semua manusia di luar bahtera besar yang dibangun oleh Nuh. (Kejadian 7:1-24) Banyak yang mencemooh kisah ini. Namun, kulit-kulit kerang telah ditemukan di gunung-gunung yang tinggi. Dan, bukti lebih lanjut bahwa banjir yang luar biasa besar pernah terjadi pada masa yang belum begitu lama berselang adalah ditemukannya sejumlah besar fosil dan bangkai dalam timbunan sampah yang kotor dan beku. The Saturday Evening Post mengatakan, ”Banyak dari binatang-binatang ini masih sangat segar, utuh dan tidak rusak, dan masih berdiri atau setidaknya dalam posisi duduk. . . . Ini gambaran yang benar-benar mengejutkan—berbeda sekali dengan pendapat kita sebelumnya. Sekelompok besar binatang raksasa yang gemuk dan yang tidak secara khusus dirancang untuk hidup di udara yang luar biasa dingin, sedang makan dengan tenang di padang rumput ketika langit cerah . . . Tiba-tiba mereka semua terbunuh tanpa ada tanda kekerasan yang jelas dan bahkan sebelum mereka dapat menelan makanan terakhir di mulut mereka, lalu mereka membeku sedemikian cepatnya sampai-sampai setiap sel tubuh mereka terawetkan secara sempurna.”8

10 Hal ini cocok dengan apa yang terjadi pada waktu Air Bah. Alkitab melukiskannya sebagai berikut, ”Pecahlah semua sumber air yang dalam dan sangat luas dan terbukalah pintu-pintu air di langit.” Curah hujan itu ”meliputi bumi”, dan tentunya disertai angin yang sangat dingin di kedua wilayah kutub. (Kejadian 1:6-8; 7:11, 19) Di sana, suhu berubah secara drastis dalam sekejap mata. Karena itu, berbagai bentuk kehidupan tertimbun dan terawetkan dalam kotoran yang membeku. Salah satunya mungkin mamut yang ditemukan oleh para penggali di Siberia, yang gambarnya terlihat di sini. Masih ada tumbuhan dalam mulut serta perutnya, dan dagingnya pun dapat dimakan jika esnya dicairkan.

11 Semakin diperiksa, keakuratan Alkitab semakin mengagumkan. Sebagaimana dikatakan di halaman 36 dan 37 buku ini, Alkitab menceritakan tahap-tahap penciptaan dengan urutan yang sama seperti yang kini diteguhkan oleh sains, suatu fakta yang sulit dijelaskan jika Alkitab semata-mata buatan manusia. Itu contoh lain dari banyak perincian dalam Alkitab yang telah diteguhkan seiring dengan bertambahnya pengetahuan. Sungguh beralasan apabila salah seorang ilmuwan terbesar sepanjang masa, Isaac Newton, mengatakan, ”Tidak ada ilmu yang lebih diteguhkan kebenarannya daripada agama dari Alkitab.”9

Alkitab dan Kesehatan

12 Selama berabad-abad, banyak masalah kesehatan belum dipahami. Seorang dokter bahkan mengatakan, ”Banyak takhayul masih dipercayai oleh sejumlah besar orang, misalnya, sebuah biji pohon berangan dalam kantong akan mencegah rematik; memegang katak akan menyebabkan kutil; mengenakan kain flanel merah di sekeliling leher akan mengobati sakit tenggorokan,” dan lain-lain. Tetapi, ia menjelaskan, ”Pernyataan semacam itu tidak ada di dalam Alkitab. Hal itu saja sudah luar biasa.”10

13 Menarik juga untuk membandingkan cara pengobatan yang berbahaya yang digunakan di masa lalu dengan pernyataan Alkitab. Misalnya, Papirus Ebers, sebuah dokumen kedokteran Mesir kuno, meresepkan tinja untuk mengobati beragam penyakit. Dikatakan bahwa tinja manusia yang dicampur susu segar harus dikompreskan pada luka lecet setelah keraknya terlepas. Dan, obat untuk mengeluarkan serpihan kaca atau kayu ialah, ”Darah cacing, dimasak dan dilumatkan dalam minyak; tikus mondok, dibunuh, dimasak, dan ditiriskan dalam minyak; kotoran keledai, dicampuri susu segar. Taruh di atas bagian yang terluka.”11 Pengobatan seperti itu kini diketahui dapat mengakibatkan infeksi yang serius.

14 Apa yang Alkitab katakan tentang tinja? Ada perintah, ”Pada waktu engkau berjongkok di luar, engkau harus menggali lubang dengan [alat penggali], lalu berbalik dan menutup tinjamu.” (Ulangan 23:13) Jadi, Alkitab sama sekali tidak menganjurkan penggunaan kotoran sebagai obat, tetapi mengajarkan cara yang aman untuk membuang kotoran. Sampai abad belakangan ini, banyak orang belum tahu bahayanya meninggalkan tinja yang bisa dihinggapi lalat. Akibatnya adalah penyakit yang disebarkan oleh lalat dan kematian banyak orang. Namun, sejak dahulu Alkitab sudah mencatat cara pencegahan yang sederhana, dan hal itu telah dijalankan oleh bangsa Israel lebih dari 3.000 tahun yang lalu.

15 Pada abad ke-19, para personel medis langsung memeriksa pasien di ruang bersalin setelah bekerja di ruang bedah mayat, bahkan tanpa mencuci tangan lebih dahulu. Jadi, infeksi ditularkan, dan akibatnya orang yang mati pun bertambah banyak. Bahkan setelah pentingnya mencuci tangan diketahui, banyak orang di kalangan kedokteran menolak tindakan higienis tersebut. Tentu tanpa sepengetahuan mereka, mereka menolak hikmat dalam Alkitab, karena hukum Yehuwa kepada bangsa Israel menetapkan bahwa setiap orang yang menyentuh mayat akan menjadi najis dan harus mandi serta mencuci pakaiannya.—Bilangan 19:11-22.

16 Sebagai tanda perjanjian dengan Abraham, Allah Yehuwa mengatakan, ”Setiap laki-laki di antara kamu yang berumur delapan hari harus disunat.” Belakangan, perintah yang sama diulangi kepada bangsa Israel. (Kejadian 17:12; Imamat 12:2, 3) Tidak dijelaskan mengapa harus pada hari kedelapan, tetapi baru sekarang kita mengerti. Menurut riset kedokteran, pada hari itulah vitamin K sebagai unsur pembeku darah naik hingga kadar yang cukup. Unsur pembeku penting lain, yakni protrombin, tampaknya lebih tinggi kadarnya pada hari kedelapan ketimbang pada waktu lain sepanjang kehidupan seorang anak. Berdasarkan bukti ini, Dr. S.I. McMillen menyimpulkan, ”Hari yang paling baik untuk melakukan sunat adalah hari kedelapan.”12 Apakah ini hanya kebetulan? Sama sekali tidak. Pengetahuan ini disampaikan oleh Allah yang memahami hal itu.

17 Temuan lain dari sains modern ialah sejauh mana sikap mental dan emosi mempengaruhi kesehatan. Sebuah ensiklopedia menjelaskan, ”Sejak tahun 1940, semakin jelas saja bahwa fungsi fisiologis organ dan sistem organ berkaitan erat dengan kondisi pikiran seseorang dan bahkan perubahan jaringan dapat terjadi dalam organ yang dipengaruhi olehnya.”13 Tetapi, kaitan erat antara sikap mental dan kesehatan jasmani sudah lama disebutkan dalam Alkitab. Misalnya, ”Hati yang tenang adalah kehidupan bagi tubuh, tetapi kecemburuan adalah kebusukan bagi tulang.”—Amsal 14:30; 17:22.

18 Karena itu, Alkitab menganjurkan orang untuk menghindari emosi dan sikap yang merugikan. ”Biarlah kita berjalan dengan sopan,” nasihatnya, ”tidak dengan percekcokan dan kecemburuan.” Juga dinasihatkan, ”Biarlah semua kebencian dan kemarahan dan murka dan teriakan serta cacian disingkirkan darimu, beserta semua keburukan. Tetapi hendaklah kamu baik hati seorang kepada yang lain, memiliki keibaan hati yang lembut.” (Roma 13:13; Efesus 4:31, 32) Alkitab khususnya menganjurkan kasih. ”Selain semua perkara ini,” katanya, ”kenakanlah kasih.” Sebagai pendukung utama kasih, Yesus memberi tahu murid-muridnya, ”Aku memberikan kepadamu perintah baru, agar kamu mengasihi satu sama lain; sebagaimana aku telah mengasihi kamu.” Dalam Khotbah di Gunung, ia bahkan mengatakan, ”Teruslah kasihi musuh-musuhmu.” (Kolose 3:12-15; Yohanes 13:34; Matius 5:44) Banyak orang mungkin mengejek hal ini, menyebutnya kelemahan, tetapi mereka harus menanggung akibatnya. Menurut temuan sains, kurangnya kasih adalah faktor utama dalam banyak penyakit mental dan problem lainnya.

19 Jurnal medis Inggris Lancet pernah mengatakan, ”Temuan yang luar biasa penting dalam ilmu kesehatan mental adalah kesanggupan kasih untuk melindungi serta memulihkan pikiran.”14 Dengan nada serupa, seorang spesialis stres terkemuka, Dr. Hans Selye, mengatakan, ”Bukan orang yang dibenci atau bos yang menjengkelkan yang akan terkena penyakit lambung, hipertensi, dan penyakit jantung, melainkan orang yang membenci atau orang yang membiarkan dirinya merasa jengkel. ’Kasihilah sesamamu’ adalah salah satu nasihat medis paling bijaksana yang pernah diberikan.”15

20 Memang, hikmat Alkitab jauh lebih maju daripada berbagai temuan modern. Dr. James T. Fisher pernah menulis, ”Jika Anda mengumpulkan semua artikel terbaik yang pernah ditulis oleh psikolog dan psikiater yang paling kompeten tentang pokok kesehatan mental—jika Anda menggabungkannya, menyaringnya, menyingkirkan kelebihan kata yang tidak perlu—jika Anda mengambil intisarinya saja dan membuang omong kosong yang bertele-tele, dan jika pengetahuan ilmiah yang murni ini secara ringkas diungkapkan oleh penyair-penyair paling cakap yang ada, Anda pun akan mendapatkan suatu ringkasan yang kaku dan tidak lengkap tentang Khotbah di Gunung.”16

Alkitab dan Sejarah

21 Setelah Darwin mempublikasikan teori evolusinya, catatan sejarah Alkitab diserang di mana-mana. Arkeolog Leonard Woolley menjelaskan, ”Menjelang akhir abad kesembilan belas muncullah aliran kritikus yang ekstrem yang siap menyangkal fondasi historis dari hampir semua yang diceritakan dalam buku-buku pertama Perjanjian Lama.”17 Malah, ada kritikus yang menyatakan bahwa tulis-menulis baru umum pada zaman Salomo atau sesudahnya; dan karena itu, narasi yang mula-mula dalam Alkitab tidak dapat dipercaya karena baru ditulis berabad-abad setelah peristiwanya terjadi. Seorang pendukung teori ini mengatakan pada tahun 1892, ”Zaman yang diceritakan dalam kisah-kisah sebelum zaman Musa sudah cukup membuktikan bahwa itu bersifat dongeng. Itu adalah zaman sebelum manusia mengenal tulisan.”18

22 Akan tetapi, belakangan ini, banyak sekali bukti arkeologis telah terkumpul yang menunjukkan bahwa tulis-menulis sudah umum jauh sebelum zaman Musa. ”Kita harus menandaskan sekali lagi,” jelas arkeolog William Foxwell Albright, ”bahwa tulisan dengan abjad Ibrani sudah digunakan di Kanaan dan di distrik-distrik sekitarnya sejak Zaman Patriarkat, dan cepatnya perubahan yang terjadi pada bentuk huruf dengan jelas membuktikan penggunaannya yang umum.”19 Dan, seorang sejarawan terkemuka lain, yang juga penggali, mengatakan, ”Pertanyaan yang pernah diajukan tentang apakah Musa bisa menulis, kini tampak tidak masuk akal bagi kita.”20

23 Berulang kali catatan sejarah Alkitab telah dibenarkan dengan ditemukannya informasi baru. Raja Sargon dari Asiria, misalnya, untuk waktu yang lama hanya dikenal dari catatan Alkitab di Yesaya 20:1. Malah, pada awal abad ke-19, para kritikus menganggap catatan Alkitab tentang dia tidak mengandung nilai sejarah. Kemudian, penggalian arkeologis menemukan puing-puing istana Sargon yang megah di Khorsabad, termasuk banyak inskripsi mengenai pemerintahannya. Alhasil, Sargon kini adalah salah satu raja Asiria yang paling dikenal. Sejarawan Israel Moshe Pearlman menulis, ”Tiba-tiba, para skeptis yang meragukan keautentikan bagian-bagian sejarah dalam Perjanjian Lama mulai berubah pendapat.”21

24 Salah satu inskripsi Sargon menceritakan peristiwa yang sebelumnya hanya diketahui dari Alkitab. Bunyinya, ”Aku mengepung dan menaklukkan Samaria, menggiring 27.290 penduduknya sebagai tawanan.”22 Catatan Alkitab mengenai hal ini di 2 Raja 17:6 berbunyi, ”Pada tahun kesembilan pemerintahan Hosyea, raja Asiria merebut Samaria kemudian menggiring orang Israel ke pembuangan.” Mengenai betapa miripnya kedua catatan ini, Pearlman mengatakan, ”Jadi, di sini ada dua laporan sejarah dari pihak penakluk dan pihak yang kalah, yang satu nyaris sama dengan yang lain.”23

25 Kalau begitu, apakah catatan Alkitab dan catatan sekuler selalu sejalan dalam setiap perinciannya? Tidak, karena Pearlman mengatakan, ”’Laporan perang’ yang mirip dari kedua pihak semacam ini tidak lazim di Timur Tengah zaman kuno (dan kadang-kadang pada zaman modern juga). Hal ini terjadi hanya jika negara-negara yang berperang adalah Israel dan salah satu negara tetangganya, dan hanya jika Israel kalah. Jika Israel menang, tidak ada laporan tentang kekalahan dalam catatan pihak musuh.”24 (Cetak miring ditambahkan.) Karena itu, tidak mengherankan bahwa ada bagian penting yang tidak disebutkan dalam catatan Asiria tentang kampanye militer putra Sargon, yaitu Sanherib, ke Israel. Apa itu?

26 Relief pada tembok istana Raja Sanherib, yang menggambarkan ekspedisinya ke Israel, telah ditemukan. Keterangan tertulis mengenai hal itu juga ditemukan. Salah satunya, sebuah prisma tanah liat, berbunyi, ”Mengenai Hizkia, orang Yahudi itu, ia tidak tunduk di bawah kuk aku, aku mengepung 46 kotanya yang kuat . . . Ia sendiri kujadikan tahanan di Yerusalem, istananya, seperti burung dalam sangkar. . . . Aku memusnahkan negerinya, tetapi aku tetap menaikkan upeti dan hadiah-hadiah katrû (yang harus) diberikan kepadaku (sebagai) tuan(-nya).”25 Jadi, versi Sanherib selaras dengan Alkitab sehubungan dengan kemenangan Asiria. Namun, seperti yang diperkirakan, ia tidak menyebutkan kegagalannya menaklukkan Yerusalem dan fakta bahwa ia terpaksa pulang karena 185.000 prajuritnya tewas dalam satu malam.—2 Raja 18:13–19:36; Yesaya 36:1–37:37.

27 Perhatikan pembunuhan Sanherib dan apa yang terungkap dari sebuah temuan baru-baru ini. Alkitab mengatakan bahwa Sanherib dibunuh oleh dua putranya, Adramelekh dan Syarezer. (2 Raja 19:36, 37) Tetapi, baik catatan yang dibuat Nabonidus, raja Babilonia, maupun catatan Berosus, imam Babilonia dari abad ketiga SM, menyebutkan bahwa hanya satu putra yang terlibat dalam pembunuhan itu. Mana yang benar? Ketika mengomentari temuan yang lebih baru berupa fragmen prisma Esar-hadon, yaitu putra Sanherib yang menggantikannya sebagai raja, sejarawan Philip Biberfeld menulis, ”Hanya kisah Alkitab yang terbukti benar. Hal itu diteguhkan dalam semua perincian kecil lainnya oleh inskripsi Esar-hadon dan sehubungan dengan peristiwa dalam sejarah Babilonia-Asiria ini, Alkitab ternyata lebih akurat daripada sumber-sumber Babilonia sendiri. Ini adalah fakta yang sangat penting untuk mengevaluasi bahkan sumber-sumber yang berasal dari zaman yang bersangkutan tetapi yang tidak sesuai dengan kisah Alkitab.”26

28 Pada suatu waktu, semua sumber kuno yang ada juga berbeda dengan Alkitab sehubungan dengan Belsyazar. Alkitab menampilkan Belsyazar sebagai raja Babilon pada saat kejatuhan imperium itu. (Daniel 5:1-31) Namun, tulisan sekuler sama sekali tidak menyebutkan Belsyazar, tetapi mengatakan bahwa raja kala itu adalah Nabonidus. Jadi, menurut para kritikus, Belsyazar tidak pernah ada. Akan tetapi, baru-baru ini telah ditemukan tulisan kuno yang menyebutkan Belsyazar sebagai putra Nabonidus dan rekan penguasa bersama ayahnya di Babilon. Pasti karena alasan itulah Alkitab mengatakan bahwa Belsyazar menawarkan kepada Daniel untuk menjadi ”penguasa ketiga dalam kerajaan itu”, karena Belsyazar sendiri adalah yang kedua. (Daniel 5:16, 29) Jadi, profesor Universitas Yale, R. P. Dougherty, ketika membandingkan buku Daniel dalam Alkitab dengan tulisan kuno lain, mengatakan, ”Catatan Alkitab bisa dianggap lebih unggul karena menggunakan nama Belsyazar, karena menyebutkan Belsyazar mempunyai kekuasaan sebagai raja, dan karena mengakui adanya kepemimpinan ganda dalam kerajaan itu.”27

29 Contoh lain mengenai temuan yang meneguhkan bahwa orang yang disebutkan dalam Alkitab benar-benar tokoh sejarah diberikan oleh Michael J. Howard, yang bekerja bersama ekspedisi Kaisarea di Israel pada tahun 1979. ”Selama 1.900 tahun,” tulisnya, ”Pilatus hanya ada di halaman-halaman Injil dan dalam ingatan yang samar-samar dari para sejarawan Romawi dan Yahudi. Selain itu tidak ada lagi yang diketahui tentang kehidupannya. Beberapa orang mengatakan bahwa ia tidak pernah ada. Namun, pada tahun 1961, sebuah ekspedisi arkeologis Italia bekerja di reruntuhan sebuah teater Romawi kuno di Kaisarea. Seorang pekerja menggulingkan sebuah batu yang tadinya digunakan sebagai salah satu anak tangga. Di sisi baliknya terdapat inskripsi berikut dalam bahasa Latin yang sebagian sudah kabur: ’Caesariensibus Tiberium Pontius Pilatus Praefectus Iudaeae.’ (Kepada penduduk Kaisarea Tiberium, dari Pontius Pilatus, Penguasa daerah Yudea.) Hal ini secara telak menghapus keraguan tentang adanya Pilatus. . . . Untuk pertama kalinya ada bukti epigrafis kontemporer tentang kehidupan orang yang memerintahkan penyaliban Kristus.”28—Yohanes 19:13-16; Kisah 4:27.

30 Berbagai temuan zaman modern malah membenarkan banyak perincian kecil dalam catatan kuno Alkitab. Misalnya, bertentangan dengan Alkitab, Werner Keller menulis pada tahun 1964 bahwa pada zaman permulaan, unta belum dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, dan karena itu, pada peristiwa ketika ”kita pertama kali bertemu dengan Ribka di kota kelahirannya, Nahor, kita harus membayangkan latar yang berbeda. ’Unta-unta’ milik calon ayah mertuanya, yakni Abraham, yang ia beri minum di sumur adalah—keledai”.29 (Kejadian 24:10) Namun pada tahun 1978, pemimpin militer Israel dan arkeolog Moshe Dayan menunjukkan bukti bahwa unta ”menjadi sarana transportasi” pada zaman permulaan tersebut, dan karena itu catatan Alkitab akurat. ”Sebuah relief dari abad kedelapan belas SM yang ditemukan di Byblos, Fenisia, menggambarkan seekor unta yang sedang berlutut,” jelas Dayan. ”Dan penunggang unta tergambar pada meterai silinder yang baru-baru ini ditemukan di Mesopotamia yang berasal dari periode patriarkat.”30

31 Bukti bahwa Alkitab akurat dari segi sejarah terus bertambah tanpa terbendung. Meskipun catatan sekuler tentang kegagalan Mesir di Laut Merah dan kekalahan lain semacam itu memang tidak ditemukan, hal ini tidak mengherankan karena para penguasa tidak biasa mencatat kekalahan mereka. Namun, pada tembok-tembok kuil di Karnak, Mesir, ditemukan catatan tentang keberhasilan Firaun Syisyak dalam penyerbuannya ke Yehuda selama pemerintahan putra Salomo, Rehoboam. Alkitab menceritakan hal ini di 1 Raja 14:25, 26. Selain itu, versi raja Mesya dari Moab tentang pemberontakannya terhadap Israel telah ditemukan, tercatat pada apa yang disebut Batu Moab. Kisah itu juga dapat dibaca dalam Alkitab di 2 Raja 3:4-27.

32 Di banyak museum, para pengunjung dapat melihat berbagai relief tembok, inskripsi, dan patung yang meneguhkan catatan Alkitab. Nama raja-raja Yehuda dan Israel seperti Hizkia, Manasye, Omri, Ahab, Pekah, Menahem, dan Hosyea disebutkan pada catatan berhuruf paku dari para penguasa Asiria. Raja Yehu atau seorang utusannya tergambar sedang membayar upeti pada Obelisk Hitam dari Syalmaneser. Replika dekorasi istana Persia di Syusyan, seperti yang dikenal oleh tokoh-tokoh Alkitab Mordekhai dan Ester, telah dibuat agar orang-orang dapat melihatnya dewasa ini. Patung para kaisar Romawi masa awal, yakni Agustus, Tiberius, dan Klaudius, yang disebutkan dalam catatan Alkitab, juga dapat dilihat oleh para pengunjung museum. (Lukas 2:1; 3:1; Kisah 11:28; 18:2) Bahkan, sekeping uang perak senilai satu dinar dengan gambar Tiberius Caesar telah ditemukan—uang logam yang Yesus minta ketika membahas soal pajak.—Matius 22:19-21.

33 Seseorang yang mengenal isi Alkitab, yang berkunjung ke Israel zaman modern, mau tidak mau akan terkesan atas fakta bahwa Alkitab menggambarkan negeri itu dan ciri-cirinya dengan sangat akurat. Dr. Ze’ev Shremer, pemimpin ekspedisi geologis di Semenanjung Sinai, pernah mengatakan, ”Kami memang membawa peta dan denah survei geodesik, tetapi jika Alkitab dan peta-peta itu tidak bersesuaian, kami lebih memilih Alkitab.”31 Sebagai contoh bagaimana seseorang dapat menyelami sejarah yang diketengahkan dalam Alkitab: Di Yerusalem zaman sekarang seseorang dapat menyusuri terowongan sepanjang kira-kira 533 meter yang digali menembus batu cadas lebih dari 2.700 tahun yang lalu. Terowongan tersebut dibuat untuk melindungi persediaan air di kota itu dengan mengalirkan air dari mata air yang tersembunyi di Gihon di luar tembok kota ke Kolam Siloam di dalam kota. Alkitab menjelaskan bahwa Hizkia menyuruh terowongan air ini dibangun demi menyediakan air bagi penduduk kota untuk mengantisipasi pengepungan yang akan dilakukan Sanherib.—2 Raja 20:20; 2 Tawarikh 32:30.

34 Ini baru sedikit contoh yang menggambarkan mengapa tidak bijaksana untuk meremehkan keakuratan Alkitab. Dan, masih ada banyak sekali contoh lain. Jadi, keraguan tentang keterandalan Alkitab biasanya tidak didasarkan pada kata-katanya atau bukti yang kuat, tetapi pada informasi yang keliru atau kurangnya pengetahuan. Mantan direktur British Museum, Frederic Kenyon, menulis, ”Arkeologi masih belum memberikan kepastian; tetapi hasil-hasil yang diperoleh sejauh ini meneguhkan apa yang dinyatakan oleh iman, bahwa Alkitab hanya akan mendapat keuntungan dari bertambahnya pengetahuan.”32 Dan, arkeolog terkenal Nelson Glueck mengatakan, ”Dapat dinyatakan dengan pasti bahwa temuan arkeologis tidak pernah bertentangan dengan kata-kata Alkitab. Ada banyak sekali temuan arkeologis yang memberikan gambaran yang jelas atau perincian yang akurat sehingga meneguhkan pernyataan sejarah dalam Alkitab.”33

Kejujuran dan Keselarasan

35 Ciri lain yang menunjukkan bahwa Alkitab berasal dari Allah ialah kejujuran para penulisnya. Mengakui kesalahan atau kegagalan, terutama secara tertulis, bertentangan dengan sifat manusia yang tidak sempurna. Kebanyakan penulis kuno hanya melaporkan keberhasilan serta kebajikan mereka. Namun, Musa menulis bahwa ia telah ’lalai pada waktu melakukan kewajiban’, dan karena itu tidak diizinkan memimpin bangsa Israel memasuki Tanah Perjanjian. (Ulangan 32:50-52; Bilangan 20:1-13) Yunus menceritakan ketidakpatuhannya sendiri. (Yunus 1:1-3; 4:1) Paulus mengakui perbuatan salahnya di masa lalu. (Kisah 22:19, 20; Titus 3:3) Dan Matius, seorang rasul Kristus, melaporkan bahwa para rasul kadang-kadang kurang iman, berupaya menjadi terkemuka, bahkan meninggalkan Yesus ketika ia ditangkap.—Matius 17:18-20; 18:1-6; 20:20-28; 26:56.

36 Seandainya para penulis Alkitab ingin memalsukan sesuatu, yang dipalsukan tentulah keterangan yang kurang baik mengenai diri mereka, bukan? Mereka tidak akan mengungkapkan kelemahan mereka sendiri lalu memalsukan keterangan tentang hal-hal lain, bukan? Maka, kejujuran para penulis Alkitab menambah bobot pernyataan mereka bahwa Allah telah membimbing mereka pada waktu menulisnya.—2 Timotius 3:16.

37 Keselarasan isinya seputar sebuah tema utama juga membuktikan bahwa Alkitab dikarang oleh Allah. Memang mudah untuk mengatakan bahwa ke-66 buku Alkitab ditulis dalam jangka waktu 16 abad oleh kira-kira 40 penulis. Tetapi, pikirkan betapa luar biasanya fakta itu! Andaikan sebuah buku mulai ditulis pada zaman Imperium Romawi, dan penulisannya berlangsung selama zaman monarki dan terus sampai zaman republik sekarang ini, dan penulisnya terdiri dari beragam latar belakang misalnya prajurit, raja, imam, nelayan, bahkan gembala serta dokter. Apakah menurut Anda, setiap bagian buku itu akan mengikuti tema yang persis sama? Alkitab ditulis dalam jangka waktu yang hampir sama, di bawah berbagai rezim politik, dan oleh orang-orang dari semua golongan tersebut. Dan isi Alkitab selaras seluruhnya. Berita utamanya mempunyai benang merah yang sama dari awal sampai akhir. Bukankah ini menandaskan pernyataan Alkitab bahwa ”manusia mengatakan apa yang berasal dari Allah seraya mereka dibimbing oleh roh kudus”?—2 Petrus 1:20, 21.

38 Dapatkah Anda mempercayai Alkitab? Jika Anda benar-benar memeriksa kata-katanya, dan tidak sekadar mempercayai apa yang orang katakan tentang isinya, Anda pun akan memiliki alasan untuk percaya. Tetapi, ada bukti yang lebih kuat lagi bahwa Alkitab benar-benar diilhamkan Allah, dan inilah pokok bahasan pasal berikut.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar