Jumat, 23 Agustus 2013

Ke Mana Harus Mencari Jawaban..bab 5


 

”Teori penderitaan abadi tidak konsisten dengan kepercayaan akan kasih Allah bagi makhluk-makhluk ciptaan. . . . Mempercayai hukuman kekal atas jiwa karena kekeliruan beberapa tahun saja, tanpa memberinya kesempatan untuk memperbaiki diri, sama dengan menentang semua prinsip nalar.”—NIKHILANANDA, FILSUF HINDU.

SEBAGAIMANA halnya Nikhilananda, sang filsuf Hindu, banyak orang dewasa ini merasa terganggu dengan ajaran siksaan kekal. Dengan nada yang sama, orang-orang lain mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep seperti mencapai Nirwana dan menyatu dengan Tao.

2 Namun, dikarenakan gagasan bahwa jiwa tidak berkematian, agama-agama dari Timur maupun Barat telah mengembangkan serangkaian kepercayaan yang membingungkan mengenai kehidupan setelah kematian. Apakah kita dapat mengetahui kebenaran mengenai apa yang terjadi dengan kita bila kita meninggal? Apakah jiwa memang tidak berkematian? Ke mana kita harus mencari jawaban?

Sains dan Filsafat

3 Apakah sains atau metode penyelidikan ilmiah menyediakan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan kehidupan setelah kematian? Berdasarkan kisah-kisah yang ada belakangan ini mengenai pengalaman menjelang kematian atau ’keadaan trans’, beberapa peneliti mencoba mengadakan penelitian tentang kehidupan setelah kematian. Sewaktu mengkaji beberapa pengakuan mereka dalam ceramahnya ”Kematian Sebagai Jalan Masuk ke Dalam Terang?”, teolog Katolik, Hans Küng, menyimpulkan, ”Pengalaman-pengalaman seperti ini sama sekali tidak membuktikan ada-tidaknya kehidupan setelah kematian: ini hanya soal lima menit terakhir sebelum kematian dan bukan kehidupan abadi setelah kematian.” Ia menambahkan, ”Masalah ada-tidaknya kehidupan setelah kematian luar biasa penting bagi kehidupan sebelum kematian. Itu menuntut jawaban yang harus dicari dari sumber lain jika itu tidak dapat diberikan oleh kedokteran.”

4 Bagaimana dengan filsafat? Dapatkah itu membantu kita menemukan jawaban di antara sekian banyak kemungkinan mengenai kehidupan setelah kematian yang ditawarkan oleh berbagai agama? Penjelajahan filosofis mencakup ”kegiatan spekulatif”, kata filsuf Inggris abad ke-20, Bertrand Russell. Filsafat, menurut The World Book Encyclopedia, adalah ”suatu bentuk penyidikan—suatu proses analisis, kritikan, penafsiran, dan spekulasi”. Sehubungan dengan topik kehidupan setelah kematian, ada berbagai spekulasi filosofis, mulai dari menyebut peri tidak berkematian sebagai khayalan belaka hingga menyatakannya sebagai hak yang dimiliki setiap manusia sejak lahir.

Sumber Jawaban yang Unik

5 Akan tetapi, ada sebuah buku yang memuat jawaban yang benar berkenaan pertanyaan-pertanyaan penting mengenai kehidupan dan kematian. Ini adalah buku tertua yang pernah ditulis, yang beberapa bagiannya disusun sekitar 3.500 tahun yang lalu. Bagian pertama dari buku ini ditulis beberapa abad sebelum Weda, himne paling awal dari kitab-kitab Hindu, dirumuskan dan sekitar seribu tahun sebelum Buddha, Mahāwīra, dan Konfusius ada di atas bumi. Buku ini selesai pada tahun 98 M, lebih dari 500 tahun sebelum Muḥammad mendirikan Islam. Sumber unik dari hikmat yang unggul ini adalah Alkitab.

6 Alkitab memuat sejarah zaman purba yang paling akurat dibandingkan dengan buku mana pun yang ada. Sejarah yang dicatat dalam Alkitab mencakup awal keluarga manusia dan menjelaskan bagaimana kita sampai ada di sini di atas bumi. Alkitab bahkan membawa kita kembali ke masa sebelum manusia diciptakan. Buku semacam itu benar-benar dapat memberi kita pemahaman tentang bagaimana manusia dijadikan dan apa jiwa itu.

7 Di samping itu, Alkitab adalah buku nubuat yang telah mengalami penggenapan yang tidak pernah meleset. Misalnya, Alkitab menubuatkan bangkit dan jatuhnya imperium Media-Persia dan Yunani dengan sangat terperinci. Kata-kata ini sedemikian akurat sehingga beberapa kritikus dengan sia-sia mencoba membuktikan bahwa ini ditulis setelah peristiwa-peristiwanya terjadi. (Daniel 8:1-7, 20-22) Beberapa nubuat yang dicatat dalam Alkitab sedang digenapi secara terperinci pada masa kita sekarang.—Matius, pasal 24; Markus, pasal 13; Lukas, pasal 21; 2 Timotius 3:1-5, 13.

8 Tidak ada manusia, seberapa pun cerdasnya, yang dapat meramalkan peristiwa-peristiwa di masa depan dengan sedemikian akuratnya. Hanya Pencipta alam semesta yang mahakuasa dan mahabijaksana yang dapat. (2 Timotius 3:16, 17; 2 Petrus 1:20, 21) Alkitab memang buku dari Allah. Sudah pasti, buku semacam itu dapat memberi kita jawaban yang benar dan memuaskan mengenai apa yang terjadi dengan kita bila kita meninggal. Pertama-tama, marilah kita lihat apa yang dikatakannya mengenai jiwa.

[Catatan Kaki]

Lihat brosur Buku Bagi Semua Orang, diterbitkan oleh Watchtower Bible and Tract Society of New York, Inc.

Lihat Alkitab—Firman dari Allah Atau dari Manusia?, diterbitkan oleh Watchtower Bible and Tract Society of New York, Inc.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar