Sabtu, 17 Agustus 2013

Mutasi—Dasar untuk Evolusi?


Pasal 8

 

ADA kesulitan lain yang dihadapi oleh teori evolusi. Bagaimana persisnya evolusi terjadi? Mekanisme dasar apa yang diperkirakan bisa membuat satu jenis makhluk hidup berevolusi menjadi jenis lain? Menurut para evolusionis, berbagai perubahan dalam inti sel turut berperan. Dan, yang terpenting dari semuanya adalah perubahan ”kebetulan” yang dikenal sebagai mutasi. Konon, perubahan mutasi ini khususnya menyangkut gen dan kromosom dalam sel kelamin, karena mutasi dalam bagian-bagian itu dapat diwariskan kepada keturunannya.

2 ”Mutasi . . . adalah dasar evolusi,” kata The World Book Encyclopedia.1 Dengan nada serupa, paleontolog Steven Stanley menyebut mutasi sebagai ”bahan mentah” bagi evolusi.2 Dan, ahli genetika Peo Koller menyatakan bahwa mutasi ”diperlukan untuk perkembangan evolusioner”.3

3 Namun, bukan sembarang mutasi yang dibutuhkan evolusi. Robert Jastrow menunjukkan perlunya ”mutasi-mutasi menguntungkan yang terakumulasi secara perlahan”.4 Dan, Carl Sagan menambahkan, ”Mutasi—perubahan mendadak pada hereditas—menyediakan bahan mentah evolusi. Lingkungan menyeleksi beberapa mutasi yang meningkatkan kesanggupan untuk bertahan hidup, menghasilkan serangkaian transformasi yang lambat dari satu bentuk kehidupan menjadi bentuk lain, asal mula spesies baru.”5

4 Dikatakan juga bahwa mutasi mungkin merupakan faktor kunci untuk menghasilkan perubahan cepat dalam teori ”keseimbangan terganggu”. John Gliedman menulis dalam Science Digest, ”Para perevisi evolusi percaya bahwa mutasi dalam gen-gen regulator utama itulah motor penggerak genetik yang dibutuhkan dalam teori perubahan mendadak yang mereka gagas.” Namun, zoolog asal Inggris Colin Patterson mengatakan, ”Orang bisa berspekulasi apa saja. Kita tidak tahu apa-apa tentang gen-gen regulator induk ini.”6 Tetapi, terlepas dari spekulasi demikian, pada umumnya dipercaya bahwa mutasi yang konon terlibat dalam evolusi itu adalah kecelakaan-kecelakaan kecil yang terakumulasi dalam jangka waktu lama.

5 Bagaimana asal mula mutasi? Kebanyakan mutasi diduga terjadi dalam proses reproduksi sel yang normal. Tetapi, eksperimen memperlihatkan bahwa mutasi juga dapat disebabkan oleh faktor luar seperti radiasi dan zat kimia. Seberapa seringkah mutasi terjadi? Reproduksi bahan genetik dalam sel sangatlah konsisten. Jika dilihat dari jumlah sel yang membelah diri dalam satu makhluk hidup, mutasi relatif jarang terjadi. Sebagaimana dikomentari oleh Encylopedia Americana, reproduksi ”rantai DNA yang menyusun sebuah gen luar biasa akurat. Kesalahan dalam penggandaan atau penyalinan adalah kecelakaan yang jarang terjadi”.7

Berguna atau Merugikan?

6 Jika mutasi yang menguntungkan adalah dasar evolusi, ada berapa banyak mutasi yang menguntungkan? Mengenai hal ini, para evolusionis sangat sepaham. Misalnya, Carl Sagan menyatakan, ”Kebanyakan di antaranya merugikan atau mematikan.”8 Peo Koller menyatakan, ”Sebagian besar mutasi membahayakan bagi si pembawa gen yang bermutasi itu. Menurut eksperimen, untuk satu mutasi yang berhasil atau berguna, ada ribuan yang merugikan.”9

7 Jadi, selain mutasi yang ”netral”, perbandingan antara mutasi yang merugikan dan yang dianggap bermanfaat adalah ribuan berbanding satu. ”Hasil semacam itu memang wajar untuk perubahan yang kebetulan terjadi pada suatu organisasi yang rumit,” kata Encyclopædia Britannica.10 Itulah sebabnya mutasi dinyatakan sebagai penyebab ratusan penyakit yang ditentukan oleh faktor genetik.11

8 Karena mutasi bersifat merugikan, Encyclopedia Americana mengakui, ”Fakta bahwa kebanyakan mutasi merusak organisme tampaknya sulit disatukan dengan pendapat bahwa mutasi adalah sumber bahan mentah bagi evolusi. Memang, mutan yang digambarkan dalam buku-buku biologi adalah sekumpulan makhluk yang aneh dan mengerikan, dan mutasi tampaknya merupakan proses yang menghancurkan, bukannya membangun.”12 Sewaktu serangga yang bermutasi diadu dengan serangga normal, hasilnya selalu sama. Seperti dinyatakan G. Ledyard Stebbins, ”Cepat atau lambat, mutan-mutan itu tersingkir.”13 Mereka tidak sanggup bersaing karena mereka tidak menjadi lebih baik, malah lebih buruk dan mempunyai kelemahan.

9 Dalam bukunya The Wellsprings of Life, penulis sains Isaac Asimov mengakui, ”Kebanyakan mutasi berakibat buruk.” Namun, ia kemudian menegaskan, ”Dalam jangka panjang, pastinya, mutasi membuat perjalanan evolusi terus maju dan meningkat.”14 Tetapi, benarkah demikian? Apakah suatu proses yang mengakibatkan kerusakan lebih dari 999 kali di antara 1.000 dapat dianggap menguntungkan? Jika Anda ingin membangun rumah, apakah Anda akan mempekerjakan tukang yang menghasilkan ribuan pekerjaan yang rusak sebelum membuat satu pekerjaan yang benar? Jika seorang sopir membuat ribuan keputusan yang salah sebelum membuat satu keputusan yang benar sewaktu mengemudi, maukah Anda menumpang di mobilnya? Jika seorang ahli bedah membuat ribuan kesalahan sebelum melakukan satu tindakan operasi yang benar, maukah Anda dibedah olehnya?

10 Ahli genetika Dobzhansky pernah berkata, ”Suatu kecelakaan, perubahan acak, pada setiap mekanisme yang rumit tidak mungkin menghasilkan perbaikan. Menyodok mesin arloji atau radio dengan tongkat hampir tidak pernah membuatnya bekerja lebih baik.”15 Karena itu, renungkanlah: Apakah tampaknya masuk akal bahwa semua sel, organ, tangan dan kaki, serta proses yang luar biasa kompleks di dalam makhluk hidup dibangun dengan sebuah proses yang menghancurkan?

Dapatkah Mutasi Menghasilkan Sesuatu yang Baru?

11 Sekalipun semua mutasi bersifat menguntungkan, dapatkah hal itu menghasilkan sesuatu yang baru? Tidak. Mutasi hanya dapat menghasilkan variasi dari suatu sifat yang sudah ada. Mutasi menghasilkan variasi, tetapi tidak pernah sesuatu yang baru.

12 The World Book Encyclopedia memberikan contoh tentang apa yang mungkin terjadi dengan mutasi yang menguntungkan, ”Tanaman di daerah kering mungkin memiliki gen mutan yang menyebabkan akarnya tumbuh lebih besar dan lebih kuat. Tanaman tersebut lebih mampu bertahan hidup daripada tanaman lain dari spesies yang sama karena akarnya bisa menyerap lebih banyak air.”16 Tetapi apakah ia menjadi tanaman yang baru? Tidak, ia masih tanaman yang sama. Tanaman itu tidak berevolusi menjadi tanaman lain.

13 Mutasi bisa mengubah warna atau tekstur rambut seseorang. Tetapi, rambut tetap rambut, tidak akan menjadi bulu unggas. Tangan seseorang mungkin berubah karena mutasi sehingga jari-jarinya tidak normal. Kadang-kadang ada tangan yang mungkin memiliki enam jari atau cacat lain. Tetapi, tangan tetap tangan, tidak pernah berubah menjadi sesuatu yang berbeda. Tidak muncul sesuatu yang baru, dan tidak akan pernah.

Eksperimen pada Lalat Buah

14 Tidak banyak eksperimen mutasi yang dapat menyamai eksperimen ekstensif yang pernah dilakukan atas lalat buah biasa, Drosophila melanogaster. Sejak awal tahun 1900-an, para ilmuwan sengaja menyinari jutaan lalat ini dengan sinar X. Hasilnya, jumlah mutasi meningkat lebih dari seratus kali lipat yang normal.

15 Setelah puluhan tahun bereksperimen, apa hasilnya? Dobzhansky mengungkapkan salah satu hasilnya, ”Mutan Drosophila yang dapat dikenali dengan jelas, yang menjadi objek dari begitu banyak penelitian klasik di bidang genetika, hampir semua memiliki ketahanan, kesuburan, dan umur yang lebih rendah daripada yang dimiliki lalat liar.”17 Hasil lain adalah bahwa mutasi tidak pernah menghasilkan sesuatu yang baru. Lalat-lalat itu memiliki sayap, kaki, serta tubuh yang berubah bentuk dan cacat lainnya, tetapi mereka tetap lalat buah. Dan, sewaktu lalat mutan kawin dengan sesama lalat mutan, setelah beberapa generasi, ternyata beberapa lalat yang normal mulai muncul. Jika dibiarkan dalam keadaan alami, lalat normal ini pada akhirnya lebih dapat bertahan hidup daripada lalat mutan yang lebih lemah, sehingga lalat buah terpelihara dalam bentuk semula.

16 Kode hereditas, DNA, memiliki kemampuan yang menakjubkan untuk memperbaiki diri. Kemampuan ini turut melestarikan jenis organisme yang diatur oleh kode tersebut. Scientific American menguraikan tentang bagaimana ”kehidupan setiap organisme dan kelangsungannya dari generasi ke generasi” dilestarikan ”oleh enzim-enzim yang terus memperbaiki” kerusakan genetik. Jurnal tersebut mengatakan, ”Khususnya, kerusakan serius pada molekul DNA dapat memicu reaksi darurat untuk membentuk lebih banyak enzim perbaikan.”18

17 Maka, dalam buku Darwin Retried, sang pengarang menceritakan hal berikut tentang seorang ahli genetika yang disegani, mendiang Richard Goldschmidt, ”Setelah bertahun-tahun mengamati mutasi pada lalat buah, Goldschmidt putus asa. Ia mengeluh bahwa perubahan-perubahannya terlalu mikro [kecil] sehingga kalaupun seribu mutasi digabungkan dalam satu spesimen, tetap tidak akan muncul spesies baru.”19

Ngengat Berbintik

18 Dalam buku-buku evolusi, ngengat berbintik dari Inggris sering disebut sebagai contoh evolusi yang sedang berlangsung pada zaman modern. The International Wildlife Encyclopedia menyatakan, ”Ini perubahan evolusioner paling mencolok yang pernah disaksikan oleh manusia.”20 Setelah menyatakan bahwa Darwin merasa resah karena tidak sanggup memperlihatkan evolusi dari satu spesies pun, Jastrow, dalam bukunya Red Giants and White Dwarfs, menambahkan, ”Seandainya saja ia tahu, sudah ada sebuah contoh yang dapat memberinya bukti yang diperlukan. Contoh ini memang sangat langka.”21 Contoh yang dimaksud tentu saja ngengat berbintik.

19 Sebenarnya, apa yang terjadi pada ngengat berbintik? Pada mulanya, ngengat yang berwarna putih lebih banyak jumlahnya daripada yang berwarna hitam. Tipe yang putih ini dapat tersamar pada batang-batang pohon yang berwarna cerah sehingga ia lebih terlindung dari burung. Tetapi belakangan, karena polusi bertahun-tahun dari daerah industri, batang-batang pohon pun menjadi hitam. Kini, warna putih justru merugikan, sebab burung dapat lebih cepat menangkap serta memangsa mereka. Alhasil, varian ngengat berbintik yang berwarna hitam, yang dikatakan sebagai mutan, bisa lebih bertahan hidup sebab burung sulit melihat mereka pada pohon yang menghitam akibat jelaga. Varian ngengat hitam segera menjadi dominan.

20 Tetapi, apakah ngengat itu berevolusi menjadi tipe serangga lain? Tidak, ia tetap ngengat berbintik yang sama, hanya warnanya yang berbeda. Maka, jurnal kedokteran Inggris On Call menyatakan bahwa penggunaan ngengat ini untuk membuktikan evolusi adalah ”contoh yang sangat buruk”. Buku tersebut menyatakan, ”Ini adalah contoh yang sangat bagus untuk fungsi penyamaran, tetapi, karena dimulai dan berakhir dengan ngengat dan tidak ada spesies baru yang terbentuk, sangatlah tidak relevan jika ini dijadikan bukti pendukung evolusi.”22

21 Pernyataan yang tidak akurat bahwa ngengat berbintik sedang berevolusi serupa dengan beberapa contoh lain. Misalnya, karena beberapa kuman kebal terhadap antibiotik, dikatakan bahwa evolusi sedang terjadi. Tetapi, kuman yang lebih kuat itu tetap jenis kuman yang sama, tidak berevolusi menjadi bentuk lain. Dan, bahkan diakui bahwa perubahan tersebut mungkin terjadi, bukan karena mutasi, melainkan karena beberapa kuman memang sudah kebal sejak semula. Sewaktu yang lain mati oleh obat-obatan, kuman yang kebal berkembang biak dan menjadi dominan. Sebagaimana dikatakan Evolution From Space, ”Tetapi, sepertinya kasus ini tak lebih dari sekadar seleksi atas gen-gen yang sudah ada.”23

22 Proses yang sama mungkin juga terjadi pada beberapa serangga yang kebal terhadap racun yang dipakai untuk membunuhnya. Entah racun itu dapat membunuh serangga-serangga tersebut, atau racun itu tidak ampuh. Serangga yang terbunuh tidak bisa mengembangkan kekebalan, karena mereka telah mati. Fakta bahwa serangga lain tetap hidup bisa berarti bahwa mereka memang sudah kebal sejak semula. Kekebalan demikian adalah faktor genetik yang ada pada serangga tertentu tetapi tidak pada serangga lainnya. Apa pun yang terjadi, serangga itu tetap sama jenisnya, tidak berevolusi menjadi sesuatu yang lain.

”Menurut Jenisnya”

23 Pernyataan yang sekali lagi diteguhkan oleh mutasi adalah rumus di Kejadian pasal 1: Makhluk hidup berkembang biak hanya ”menurut jenisnya”. Alasannya, kode genetik menjaga agar tanaman atau binatang tidak berubah terlalu jauh dari bentuknya yang umum. Banyak variasi bisa terjadi (seperti yang dapat kita lihat, misalnya, di antara manusia, kucing, atau anjing) tetapi perubahannya tidak terlalu besar untuk mengubahnya menjadi makhluk lain. Setiap eksperimen mutasi yang pernah dilakukan telah membuktikan hal ini. Yang juga terbukti adalah hukum biogenesis, bahwa kehidupan hanya berasal dari kehidupan yang sudah ada sebelumnya, dan bahwa organisme induk sama ”jenisnya” dengan keturunannya.

24 Eksperimen penangkaran juga mendukung hal ini. Para ilmuwan telah mencoba untuk terus mengubah berbagai binatang dan tanaman melalui kawin silang. Mereka ingin melihat, apakah pada akhirnya, mereka dapat mengembangkan bentuk kehidupan yang baru. Apa hasilnya? On Call melaporkan, ”Para penangkar biasanya mendapati bahwa setelah beberapa generasi, suatu titik optimum dicapai dan tidak bisa lagi dibuat perbaikan lebih lanjut, dan belum pernah ada spesies baru yang terbentuk . . . Karena itu, penangkaran tampaknya justru membuktikan kekeliruan evolusi, bukan mendukungnya.”24

25 Pernyataan serupa dimuat dalam majalah Science, ”Spesies memang memiliki kemampuan untuk mengalami modifikasi kecil pada ciri fisik dan ciri lainnya, tetapi ini terbatas dan dalam jangka panjang, hal ini nyata dari variasi yang tidak terlalu besar [rata-rata].”25 Jadi, kalau begitu, yang diwarisi makhluk hidup bukanlah kesanggupan untuk terus berubah, melainkan (1) kestabilan dan (2) keterbatasan variasi.

26 Maka, buku Molecules to Living Cells menyatakan, ”Sel dari sebatang wortel atau dari liver seekor tikus secara konsisten mempertahankan identitas jaringan dan organismenya masing-masing meskipun telah bereproduksi sebanyak apa pun.”26 Selain itu, Symbiosis in Cell Evolution mengatakan, ”Semua kehidupan . . . bereproduksi dengan ketepatan yang menakjubkan.”27 Scientific American juga menyatakan, ”Makhluk hidup sangat beraneka ragam bentuknya, tetapi bentuk tersebut luar biasa konstan dalam setiap garis keturunan: babi tetap babi dan pohon ek tetap pohon ek dari generasi ke generasi.”28 Seorang penulis ilmiah juga berkomentar, ”Tanaman mawar selalu berbunga mawar, tidak pernah bunga kamelia. Kambing melahirkan kambing, bukan domba.” Ia menyimpulkan bahwa mutasi ”tidak dapat dianggap sebagai penyebab evolusi secara keseluruhan—penyebab adanya ikan, reptilia, burung, dan mamalia”.29

27 Variasi dalam suatu jenis adalah pokok yang mempengaruhi pemikiran Darwin yang mula-mula tentang evolusi. Sewaktu berada di Kepulauan Galápagos, ia mengamati sejenis burung kenari. Burung ini adalah dari jenis yang sama dengan induknya di benua Amerika Selatan, yang tampaknya merupakan tempat asalnya. Tetapi, ada perbedaan yang menarik, seperti bentuk paruhnya. Darwin menafsirkan hal ini sebagai evolusi yang sedang berlangsung. Tetapi, itu sebenarnya hanyalah contoh variasi dalam satu jenis, yang dimungkinkan oleh kode genetik suatu makhluk. Burung kenari tetap burung kenari, tidak berubah menjadi makhluk lain dan tidak akan pernah berubah.

28 Jadi, keterangan buku Kejadian selaras sepenuhnya dengan fakta ilmiah. Jika Anda menanam benih, hasil yang diperoleh hanya ”menurut jenisnya”, sehingga Anda bisa menggarap kebun dengan yakin akan keterandalan hukum tersebut. Bila kucing beranak, keturunannya selalu kucing. Bila manusia melahirkan, anak-anak mereka selalu manusia. Ada variasi warna, ukuran, dan bentuk, tetapi tidak pernah keluar dari batas jenis tersebut. Pernahkah Anda menyaksikan sendiri hal yang sebaliknya? Tidak ada yang pernah.

Bukan Dasar untuk Evolusi

29 Kesimpulannya jelas. Perubahan genetik secara kebetulan sebanyak apa pun tidak dapat mengubah satu jenis kehidupan menjadi jenis lain. Sebagaimana pernah dikatakan biolog Prancis, Jean Rostand, ”Tidak, tanpa diragukan, menurut saya tidak mungkin ’kesalahan’ dalam hereditas ini dapat membangun seluruh dunia, dengan keanekaragaman bentuk serta kecermatannya, ’adaptasi’-nya yang menakjubkan, meskipun bekerja sama dengan seleksi alam, meskipun dengan keuntungan berupa periode waktu yang luar biasa lama bagi evolusi untuk bekerja dalam kehidupan.”30

30 Dengan nada serupa, ahli genetika C. H. Waddington menyatakan tentang kepercayaan pada mutasi, ”Teori ini seumpama Anda mula-mula memiliki empat belas baris kalimat yang logis dalam bahasa Inggris lalu mengubah hurufnya satu demi satu, mempertahankan hanya kata-kata yang masih punya makna, dan akhirnya akan diperoleh salah satu karya Shakespeare. . . . benar-benar penalaran yang gila, dan menurut saya, kita tidak sebodoh itu.”31

31 Kebenarannya memang seperti yang dinyatakan Profesor John Moore, ”Berdasarkan penyelidikan dan analisis yang ketat, setiap pernyataan dogmatis . . . bahwa mutasi gen merupakan bahan mentah untuk proses evolusi yang menyangkut seleksi alam adalah dongeng isapan jempol.”32

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar