Rabu, 30 Oktober 2013

Sejarah Awal Persebaran Manusia ke Penjuru Dunia-versi islam

 

Semua orang sepakat bahwa Adam dan Hawa adalah manusia pertama yang diciptakan. Namun, sejarah awal perjalanan keduanya dan persebaran manusia hingga melahirkan beberapa generasi setelahnya masih belum banyak dikupas oleh para sejarawan. Termasuk juga masalah peradaban dan ilmu pengetahuan yang muncul bersamaan dengan perjalanan kehidupan mereka.
Padahal, persebaran manusia mengalami sejarah yang cukup panjang. Hingga saat ini umur bumi sejak diturunkannya Nabi Adam ke bumi kira-kira 8.000 tahun. Buku Islamic Golden Perspective ini hadir untuk memberikan perspektif yang utuh tentang sejarah awal persebaran manusia. Pembahasannya cukup detail dan kritis. Tutik Hasanah memotret perjalanan sejarah persebaran manusia tersebut dengan kaca mata wahyu. Sehingga, pembahasannya lebih banyak menyandarkan pada pengutusan nabi-nabi sebagai landasan dalam menjelaskan alur perjalanan sejarah.
Persebaran manusia di bumi bermula ketika Adam dan Hawa diturunkan oleh Allah SWT dari surga. Adam diturunkan tepat di pegunungan Hindia, pegunungan tertinggi di dunia. Sementara Hawa di Jeddah dekat Makkah, kemudian keduanya bertemu di padang Arafah. Pada fase awal inilah dimulai peradaban besi dan pertanian.
Sejarawan asal Denmark, Cristian Jurgensen Thomsen, mengklasifikasikan zaman sejarah menjadi tiga, yaitu zaman perunggu (bronze age), zaman besi (iron age), dan zaman pertengahan (medieval age). Ibnu Abbas menyebutkan bahwa Adam pada awal kehidupannya di bumi telah memiliki pengetahuan tentang besi dan menggunakannya, termasuk alat pertama yang diajarkan pada Adam adalah kapak besi (hlm 45).
Adam dan Hawa memiliki 40 anak laki-laki dan perempuan, atau 20 pasangan kembar. Adam wafat saat anak cucu keturunannya 4.000 orang, yang secara rentang waktu Adam hidup hingga turunan ke-8, yaitu Lamik. Sebelum wafat Adam mewariskan kepemimpinannya kepada Syits. Kemudian dilanjutkan oleh Qainan, Mahlail, Yardu, Khanukh atau Idris, Mattusalakh.Lamik, dan Nuh.
Pada masa Nuh a.s. jumlah manusia sudah mencapai kisaran 10.000 jiwa. Jumlah tersebut kemudian hancur setelah terjadi banjir besar yang menghancurkan seluruh makhluk di bumi, kecuali yang ikut bersama Nuh di dalam perahu. Jumlah manusia yang tersisa 80 orang beriman. Kejadian besar ini mengakhiri fase pertama kehidupan manusia serta menjadi awal fase kehidupan kedua. Semua orang yang selamat tersebut kemudian memulai era baru yang dimulai dari perkampungan yang bernama “Tsamanun” yang artinya kampung delapan puluh di kawasan Messopotamia atau Iraq.
Ada empat teori tentang pusat-pusat persebaran manusia pada fase kedua ini. Pertama, teori Armenia, menyatakan bahwa pusat persebaran manusia fase kedua adalah Armenia dan Asia Tengah dekat gunung Ararat. Kedua, teori Babylon, menyatakan bahwa negeri Babylon adalah tempat pertama kali puncak kehidupan manusia dibangun. Ketiga, teori pulau-pulau di laut Mediterania, menyatakan bahwa pusat kebudayaan tertua ada di sepanjang laut Mideterania. Keempat, Teori Afrika Abissynia, menyatakan bahwa kebudayaan tertua adalah kebudayaan Abyssinia atau Ethiophia.
Semua orang yang tersisa menyebar di berbagai tempat dan membagun peradaban masing-masing. Ada yang tersebar di Afrika, Mesir, Palestin, Asfi di sekitar Maroko, Ka’bar, Andalus, Yunani, Spanyol, dan Cina. Persebaran tersebut yang mempengaruhi terbentuknya banyak bahasa. Pada zaman Nuh sudah ada 72 bahasa utama.
Persebaran manusia semakin meningkat hingga fase ketiga zaman Ibrahim a.s. dengan peradabannya yang sudah mulai gemilang (hlm 68-78). Hal ini ditandai dengan kehadiran seorang raja besar yang dzolim bernama Namrud. Terus berlanjut menuju fase berikutnya, Musa a.s. (hlm 78-89). Pada era Musa ini perkembangan peradaban semakin pesat. Bukti sejarah yang ada sekarang menunjukkan keilmuan manusia saat itu sudah sangat canggih, seperti bangunan Piramida dan Patung Sphinx di Mesir yang dibangun oleh seorang raja bernama Fir’aun.
Sejarawan muslim menuliskan bahwa jarak antara tunrunnya Adam ke bumi hingga keluarnya Musa bersam kaumnya dari Mesir adalah 3.840 tahun. Ini menunjukkan bahwa Nabi Musa hadir di tengah-tengah peradaban manusia yang sedang melaju di puncak-puncaknya, yaitu kebudayaan zaman antara 3.000 tahun sampai 1.000 tahun sebelum kelahiran Nabi Isa. Sejarawan dunia menyebut masa ini sebagai bagian masa peradaban kuno (ancient history). Peradaban kuno dunia dengan pusat-pusatnya di Summeria, Mesir, China, dan India. Di masa ini kebudayaan Eropa bukanlah menjadi trend center.
Perjalanan manusia antara zaman Musa dengan Sulaiman terus ditandai perkembangan peradaban yang pesat, seperti majunya peradaban Yunani, Persia, Romawi, India dan China. Kehidupan terus berjalan dan berkembang, manusia semakin banyak dan beragam hingga fase kehidupan Nabi Isa di awal abad Masehi dan Muhammad saw sebagai Nabi akhir zaman.
Pada bagian kedua buku ini, Tutik Hasanah juga menyinggung tentang kondisi Indonesia di awal abad Masehi (hlm 117). Kenyataan sejarah yang tercatat dalam banyak sumber menyebutkan pemimpin Indonesia sekaligus ilmu tentang negara di awal Masehi merupakan produk impor dari kawasan lain. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sejak zaman klasik antik adalah masyarakat terbuka yang tidak fanatis akan suku dan golongan. Masyarakat Indonesia sejatinya adalah masyarakat yang melihat pada esensi dan tujuan dari kehidupan sosial dan bernegara.
Kenyataan tersebut dapat dilihat dari berdirinya kerajaan Salakanagara di awal Masehi, kerajaan pertama di Nusantara yang didirikan oleh pemimpin impor dari India. Setelah Salakanagara meredup, kemudian digantikan dengan berdirinya kerajaan Tarumanagara dan kerajaan Sunda. Pada saat bersamaan juga berdiri kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Tarumanagara dan Kutai didirikan oleh para raja yang melarikan diri dari India karena wilayahnya dikuasai rival kerajaan lain.
Hingga awal abad ketujuh, kerajaan Tarumanagara di daratan Sunda dan Kutai tercatat sebagai pemerintahan yang memiliki prasasti tertulis. Dua kerajaan ini memiliki kesamaan waktu perkembangan dengan pusat-pusat peradaban dunia di kawasan tengah, China, dan India.
_________________________________________
Judul buku      : Islamic Golden Perspective; Benang Merah Sejarah Islam
Penulis             : Tutik Hasanah, S.Th.I.
Penerbit           : Tinta Medina (Grup Tiga Serangkai)
Cetakan           : Pertama, 2012
Tebal               :286 halaman
ISBN               : 978-602-9211-45-0
Persensi           : Muhammad Rajab, Pengelola Rumah Baca Darul Ilmi Kota Batu

sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar