Minggu, 26 Oktober 2014

Cetak Rupiah dari Budidaya Lengkuas

Cetak Rupiah dari Budidaya Lengkuas

16 Dec 2013 Hits : 13,653




Budidaya tanaman lengkuas terbilang mudah. Maklum, tanaman ini bisa tumbuh di mana saja, baik daerah dataran tinggi mapun dataran rendah. Tertarik mencobanya?
Siapa yang tidak kenal lengkuas atau laos? Tanaman berimpang ini gampang ditemukan di berbagai daerah. Rimpang lengkuas berserat cukup kuat dengan kulit mengkilap, beraroma khas, dan terasa pedas atau getir jika sudah tua dan tidak enak untuk dimakan.
Namun, rimpang lengkuas menyimpan sejumlah senyawa penting, seperti atsiri, kadien, resin, dan amilum. Selain untuk bumbu, rimpang tanaman bernama latin Alpinia galanga  ini kerap dimanfaatkan untuk pengobatan, seperti mencegah tumor, meredakan radang, diare, bronkitis, hingga menambah nafsu makan.
Salah satu pembudidayanya adalah Siti Raudah. Ia tinggal di Hatungun, Kalimantan Selatan. Ia sudah menanam lengkuas sejak tahun 2010. Ia membudidayakan jenis lengkuas merah di lahan seluas 1 hektare (ha).
Menurutnya, satu rumpun  tanaman lengkuas bisa menghasilkan 10-15 kilogram (kg) rimpang. Jadi, Raudah bisa menghasilkan 12 ton lengkuas basah dalam sekali panen. Rimpang bisa dipanen setelah usia 2,5-3 bulan.
Ia menjual dalam bentuk lengkuas kering seharga Rp 8.500 per kg. "Karena jenis lengkuas merah, yang biasanya pesan adalah perusahaan bumbu masak," kata Raudah.
Dalam sebulan, Raudah bisa menjual 4,5 ton rimpang kering. Jadi, ia bisa meraih omzet sekitar Rp 80 juta.
Pembudidaya laos di Karang Anyar, Jawa Tengah, Utomo Rahardjo, menilai, lengkuas tergolong tanaman yang kuat, bisa tumbuh baik di dataran rendah maupun tinggi. Ia membudidayakan lengkuas melalui  kelompok tani plasma sejak tahun lalu. "Kami menanam lengkuas dengan sistem tumpang sari dengan tanaman lain seperti jahe dan kunyit," jelasnya.
Jenis yang dibudidayakan adalah lengkuas putih. Utomo mengklaim, pasar jenis lengkuas putih lebih besar ketimbang lengkuas merah. "Lengkuas putih bisa dijadikan bumbu dan obat, sementara lengkuas merah terbatas dijadikan bumbu saja," ungkapnya.
Katanya, budidaya lengkuas putih pun lebih menguntungkan. Untuk menghasilkan 1 kg lengkuas kering hanya butuh 3 kg lengkuas putih bentuk basah. Sedangkan, jika menggunakan lengkuas merah dibutuhkan sekitar 6 kg lengkuas basah.
Utomo memberdayakan 44 petani plasma yang menggarap lahan seluas 60 ha. Setiap pohon bisa menghasilkan 12-15 kg rimpang. Jadi, sekali panen, kira-kira menghasilkan 80 ton lengkuas basah.
Setelah diolah menjadi lengkuas kering, Utomo menjualnya ke pengolahan bumbu dan farmasi. "Beberapa adalah eksportir yang memasarkannya ke Belanda dan India," tuturnya.
Utomo mematok harga Rp 9.000 per kg. Ia mengaku, bisa mengumpulkan omzet Rp 360 juta per bulan.
Raudah menjelaskan, tanaman ini membutuhkan tingkat kelembaban udara yang sedang, dan sinar matahari cukup banyak.
Tanaman lengkuas dapat diperbanyak melalui rimpang atau menanam biji. Raudah lebih memilih budidaya menggunakan potongan rimpang. "Rimpang yang baik untuk dijadikan bibit adalah bagian ujung," papar Raudah.
Potongan rimpang yang sudah tua dan bertunas atau rimpang anakan harus melalui proses penyemaian. Caranya, rimpang tersebut dipotong-potong menjadi beberapa ruas, dengan 2 - 3 mata tunas di setiap potongan. Lalu, potongan itu disemai di atas lapisan jerami atau alang-alang yang dihamparkan di atas tanah. Biasanya, mata rimpang akan tumbuh 1 - 2 cm dalam 3 - 4 minggu.
Sebelum ditanam bibit dicelupkan ke dalam larutan fungisida untuk menghindari penyakit.
Kata Raudah, sebelum bibit di tanam, tanah harus digemburkan dan diberi pupuk kandang dan kompos. Selain itu, tanah sebaiknya disiram air dua kali dalam sehari. "Jika, bibit masih muda, tanah cukup dicangkul tipis, kemudian rimpang bisa langsung ditanam," jelasnya.
Nah, untuk menghindari pertumbuhan tanaman menjadi jelek karena kondisi air tanah yang buruk, maka tanah perlu dibuat menjadi bedengan-bedengan dengan parit air di antara bedengan tersebut.
Lengkuas sudah bisa dipanen dalam 2,5 bulan hingga 3 bulan. Jika terlalu tua, rimpang akan mengandung serat kasar yang tidak disukai pembeli.
Sementara itu, Utomo Rahardjo bilang, perawatan tanaman lengkuas sangat mudah. Bahkan, tidak membutuhkan biaya sama sekali dalam perawatan. Pasalnya, lengkuas tergolong tanaman yang kuat. "Di tanah yang keras pun, lengkuas bisa tumbuh subur," ujarnya.
Menurut Utomo, lengkuas  biasanya ditanam pada awal musim penghujan. Jadi, pada satu hingga dua bulan pertama, kebutuhan air tercukupi. Namun, jika curah hujan tidak tinggi, volume air harus ditambah dengan menyiram lengkuas sekali dalam tiga hari. “Kalau batang sudah tegak, lengkuas tidak perlu sering-sering disiram lagi,” jelasnya.
Katanya, penanaman  rimpang sebaiknya diberi jarak tanam 60 cm - 70 cm.
Utomo menerapkan sistem pertanian organik. Alasannya, biayanya lebih murah karena tak perlu pupuk dan pestisida. “Selama ini belum ada hama yang menyerang lengkuas. Jadi, tidak perlu obat,” imbuhnya.
Waktu panen simplisis rimpang lengkuas di tandai dengan berakhirnya pertumbuhan vegetative seperti daun menunjukkan gejala kelayuan secara fisiologis. Pada keadaan ini rimpang telah berukuran optimal dan umur di lahan 10-12 bulan untuk lengkuas. Pemanenan dilakukan dengan cara membongkar rimpang dengan garpu atau cagkul secara hati-hati agar tidak terluka atau rusak. Tanah yang menempel pada rimpang di bersihkan dengan cara di pukul pelan-pelan sehingga tanah terlepas.
Setelah panen
1) Pencucian
Rimpang yang telah di hilangkan batang, daun dan akarnya tersebut kemudian di bawa ke tempat pencucian. Rimpang direndam di dalam bak pencucian selama 2-3 jam. Selanjutnya rimpang di cuci sambil disortasi. Setelah bersih, rimpang segera di tiriskan dalam rak-rak peniris selama satu hari. Penirisan sebaiknya di lakukan dalam ruangan atau ditempat yang tidak terkena sinar matahari langsung.
2) Perajangan
Perajangan untuk mempermudah pengeringan rimpang lengkuas. Jika lengkuas hendak dikonsumsi dalam keadaan segar maka perajangan tidak perlu di lakukan. Dan rimpang dapat segera di manfaatkan setelah di cuci dan ditiriskan. Perajangan dapat menggunakan mesin atau perajang manual. Arah irisan melintng agar sel-sel yang mengandung minyak atsiri tidak pecah. Dan kadarnya tidak menmurun akibat penguapan. Tebal irisan rimpang antara 4-6 mm. Untuk mendapatkan warna dan kualitas lengkus yang bagus, setelah perajangan rimpang lengkuas diuapi dengan uap panas atau di celup dalam air mendidih selama 1 jam sebelum dikeringkan.
3) Pengeringan
Pengeringan rimpang lengkuas dapat menggunakan matahari langsung, alat pengering beretenaga sinar matahari, di angin-anginkan, atau memakai mesin pengeringan.
· Dengan matahari langsung
Pengeringan dilakukan di tempat cahaya matahari langsung. Sistem ini menggunakan waktu yang agak lama tergantung intensitas dan lama penyinaran.
· Pengeringan dengan alat berenergi cahaya matahari
Masih tergantung pada intensitas cahaya dan lama penyinaran, tetapi waktunya relative lebih singkat. Untuk itu, bahan di hamparkan di atas rak pengering.
· Pengeringan dengan mesin
Pengeringan dengan mesin selain lebih cepat juga hasilnya lebih berkualitas. Hal yang perlu di perhatik an dalam pengeringan dengan mesin pengering ini adalah suhu pengeringan yang tepat. Untuk rimpang lengkuas sebaiknya di gunakan suhu pengeringan antara 40-60 derajat. waktu yang dibutuhkan 3-4 hari. (as/kontan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar