Pasal 2
Sewaktu edisi khusus 100 tahun The Origin of
Species karya Darwin akan diterbitkan, W. R. Thompson, yang
kala itu adalah direktur Lembaga Pengendalian Biologi Persemakmuran di Ottawa,
Kanada, diundang untuk menulis kata pengantarnya. Ia menulis, ”Sebagaimana kita
ketahui, ada perbedaan pendapat yang besar di kalangan para biolog, tidak saja
mengenai penyebab evolusi, tetapi bahkan mengenai proses yang sebenarnya.
Perbedaan ini timbul karena buktinya tidak memuaskan dan tidak membantu
tercapainya kesimpulan yang pasti. Maka, selayaknyalah pro dan kontra seputar
evolusi itu dibawa ke perhatian masyarakat non-ilmiah”a
MENURUT para pendukung evolusi, teori tersebut kini
merupakan fakta yang tak bisa disangkal. Mereka percaya bahwa evolusi adalah
”peristiwa nyata”, ”realitas”, ”kebenaran”, sesuai dengan definisi kata ”fakta”
dalam sebuah kamus. Tetapi, benarkah demikian?
2 Sebagai contoh: Dulu orang percaya bahwa bumi
ini datar. Sekarang telah dipastikan bahwa bumi berbentuk bulat. Itu suatu
fakta. Dulu orang percaya bahwa bumi adalah pusat alam semesta dan bahwa langit
berputar mengelilingi bumi. Sekarang kita tahu pasti bahwa bumi berputar
mengitari matahari dalam suatu orbit. Itu juga suatu fakta. Banyak hal yang
dahulu hanya teori yang diperdebatkan, kini terbukti sebagai fakta yang aktual,
realitas, kebenaran.
3 Apabila bukti tentang evolusi diteliti, apakah
kita akan mencapai kesimpulan yang sama kuatnya? Yang menarik, sejak buku The
Origin of Species karya Charles Darwin diterbitkan pada
tahun 1859, berbagai aspek teori ini telah menjadi bahan perdebatan sengit
bahkan di kalangan para ilmuwan evolusi yang terkemuka. Dewasa ini, perbantahan
itu malah kian memanas. Kita akan lebih memahami persoalannya dengan
memperhatikan apa yang dikatakan para pendukung evolusi itu sendiri tentang hal
tersebut.
Evolusi Diserang
4 Majalah sains Discover menggambarkan
situasinya demikian, ”Evolusi . . . tidak hanya diserang oleh orang
Kristen fundamentalis, tetapi juga diragukan oleh para ilmuwan ternama. Di
antara para paleontolog, yakni ilmuwan yang mempelajari catatan fosil, semakin
banyak yang tidak setuju dengan teori Darwin yang populer.”1 Francis
Hitching, seorang evolusionis dan pengarang buku The Neck of
the Giraffe, mengatakan, ”Walaupun teori Darwin sudah diterima
dalam dunia sains sebagai prinsip pemersatu utama dalam biologi, ternyata
setelah satu seperempat abad, teori itu sungguh sarat masalah.”2
5 Setelah sebuah konferensi penting yang diadakan
di Chicago, Illinois, dan diikuti oleh kira-kira 150 ahli evolusi, suatu
laporan menyimpulkan, ”[Evolusi] kini mengalami revolusinya yang paling luas
dan paling mendalam setelah hampir 50 tahun. . . . Bagaimana
persisnya evolusi terjadi, sekarang menjadi perdebatan sengit di antara para
biolog. . . . Belum terlihat adanya kata sepakat yang jelas untuk
perdebatan tersebut.”3
6 Paleontolog Niles Eldredge, seorang evolusionis
terkemuka, berkata, ”Keyakinan yang arogan tentang biologi evolusi yang
dimiliki selama dua puluh tahun terakhir ini telah disusupi oleh keragu-raguan
yang mengobarkan emosi.” Ia berbicara tentang ”tidak adanya kesepakatan bulat
bahkan di dalam setiap kubu yang bertikai”, dan menambahkan, ”akhir-akhir ini
keadaannya benar-benar kacau . . . Kadang-kadang, variasi tentang
tema [evolusi] tampaknya sama banyak dengan jumlah biolog”.4
7 Seorang penulis Times London,
Christopher Booker (yang mempercayai evolusi), berkata mengenai hal ini, ”Teori
itu indah, sederhana, dan menarik. Satu-satunya masalah ialah, sebagaimana
disadari oleh Darwin sendiri walaupun tidak sepenuhnya, teori itu sarat dengan
kelemahan yang parah.” Mengenai The Origin of Species
karya Darwin, ia berkomentar, ”Luar biasa ironis, buku yang terkenal karena
menjelaskan asal mula spesies ternyata sama sekali tidak
menjelaskan apa pun tentang hal tersebut.”—Cetak
miring ditambahkan.
8 Booker juga menyatakan, ”Satu abad setelah
Darwin wafat, kita sama sekali belum mempunyai gagasan yang jelas atau yang
bahkan masuk akal tentang bagaimana sebenarnya evolusi terjadi—dan pada
tahun-tahun belakangan ini, situasi itu telah menimbulkan serentetan perdebatan
besar tentang pokok itu. . . . di kalangan para evolusionis sendiri
situasinya hampir menyerupai perang terbuka, dan segala macam sekte [evolusi]
berupaya memasukkan beberapa perubahan baru.” Ia menyimpulkan, ”Mengenai
bagaimana dan mengapa sebenarnya evolusi terjadi, kita sama sekali tidak tahu
dan mungkin tidak akan pernah tahu.”5
9 Evolusionis Hitching setuju, dengan mengatakan,
”Perseteruan tentang teori evolusi telah pecah . . . Sikap yang
berurat berakar, yang pro dan kontra, terbentuk di tingkat atas, dan hinaan
dilontarkan bagaikan peluru-peluru mortir dari kedua kubu.” Ia mengatakan bahwa
ini adalah perselisihan akademis berskala luas, ”mungkin salah satu kejadian
dalam perjalanan sains ketika, secara tiba-tiba, suatu gagasan yang telah lama
dianut ditumbangkan oleh banyak bukti yang menentangnya dan diganti dengan
gagasan yang baru”.6 Dan, majalah New Scientist dari
Inggris menyatakan bahwa ”semakin banyak ilmuwan, khususnya semakin banyak
evolusionis . . . menyatakan bahwa teori evolusi Darwin sama sekali
bukan teori ilmiah sejati. . . . Banyak di antara para kritikus itu
memiliki reputasi intelektual yang sangat tinggi”.7
Dilema tentang Asal Mula
10 Mengenai asal mula kehidupan, astronom Robert
Jastrow berkata, ”Dengan sangat menyesal, [para ilmuwan] tidak mempunyai
jawaban yang jelas, karena ahli-ahli kimia tidak pernah berhasil mereproduksi
eksperimen alam dalam menciptakan kehidupan dari benda mati. Para ilmuwan tidak
mengetahui bagaimana hal itu terjadi.” Ia menambahkan, ”Para ilmuwan tidak
mempunyai bukti bahwa kehidupan bukan hasil penciptaan.”8
11 Tetapi, problemnya bukan hanya tentang asal
mula kehidupan. Perhatikan organ tubuh seperti mata, telinga, otak.
Kerumitannya sangat mencengangkan, jauh lebih rumit daripada alat tercanggih
buatan manusia. Problem yang selama ini dihadapi teori evolusi adalah fakta
bahwa semua bagian organ-organ tersebut harus bekerja sama supaya penglihatan,
pendengaran, atau pikiran dapat berfungsi. Organ-organ tersebut tidak akan ada
gunanya kecuali semua bagiannya lengkap. Maka, timbul pertanyaan: Dapatkah
unsur kebetulan tanpa pengarahan, yang dianggap sebagai daya penggerak evolusi,
mempersatukan semua bagian ini pada saat yang tepat sehingga menghasilkan
mekanisme yang demikian rumit?
12 Darwin mengakui bahwa hal ini merupakan suatu
problem. Misalnya, ia menulis, ”Anggapan bahwa mata . . . terbentuk
melalui [evolusi], terus terang saya akui, sepertinya sangat tidak masuk akal.”9
Lebih dari satu abad telah berlalu. Apakah problem tersebut telah terpecahkan?
Tidak. Sebaliknya, sejak masa Darwin, penelitian tentang mata memperlihatkan
bahwa mata jauh lebih rumit daripada yang dahulu ia pahami. Maka, Jastrow
mengatakan, ”Mata tampaknya telah dirancang; perancang teleskop tidak dapat
membuat yang lebih baik.”10
13 Jika demikian halnya tentang mata, lantas
bagaimana dengan otak manusia? Karena mesin yang sederhana pun tidak dapat
berevolusi secara kebetulan, bagaimana mungkin itu bisa terjadi pada otak yang
jauh lebih rumit? Jastrow menyimpulkan, ”Sulit untuk percaya bahwa mata manusia
berevolusi secara kebetulan; lebih sulit lagi untuk percaya bahwa kecerdasan
manusia berevolusi melalui gangguan acak pada sel-sel otak nenek moyang kita.”11
Dilema tentang Fosil
14 Jutaan tulang dan bukti lain dari kehidupan
masa lampau telah ditemukan oleh para ilmuwan dalam penggalian, dan ini disebut
fosil. Seandainya evolusi memang suatu fakta, tentu semua fosil itu seharusnya
memberikan banyak bukti tentang satu jenis makhluk hidup yang berevolusi
menjadi jenis lain. Tetapi, Bulletin dari Field Museum of Natural
History di Chicago berkomentar, ”Teori Darwin tentang [evolusi] selalu
dikaitkan dengan bukti dari fosil-fosil, dan mungkin kebanyakan orang mengira
bahwa fosil sangat berperan dalam argumen umum yang dikemukakan untuk membela
penafsiran Darwin mengenai sejarah kehidupan. Sayang sekali, hal ini tidak
sepenuhnya benar.”
15 Mengapa tidak? Bulletin tersebut
melanjutkan bahwa Darwin ”merasa dipermalukan oleh catatan fosil karena hal itu
tidak seperti yang ia prediksi . . . catatan geologi, pada waktu itu
dan sampai sekarang, belum juga menghasilkan rangkaian perubahan evolusioner
yang berlangsung secara bertahap, sedikit demi sedikit”. Bahkan sekarang,
setelah lebih dari satu abad pengumpulan fosil, ”contoh peralihan evolusioner
yang ada bahkan tidak sebanyak pada zaman Darwin”, majalah Bulletin
menjelaskan.12 Mengapa? Karena bukti fosil yang semakin banyak
sekarang menunjukkan bahwa sebagian contoh yang pernah dipakai untuk mendukung
evolusi ternyata sama sekali tidak mendukungnya.
16 Karena bukti fosil tidak dapat mendukung
evolusi bertahap, banyak evolusionis merasa khawatir. Dalam buku The New
Evolutionary Timetable, Steven Stanley menjelaskan bahwa ”catatan
[fosil] secara umum gagal memperlihatkan adanya peralihan bertahap dari satu
kelompok utama ke kelompok utama lainnya”. Ia mengatakan, ”Catatan fosil yang
ada tidak, dan tidak akan pernah, sesuai dengan [evolusi perlahan].”13
Niles Eldredge juga mengakui, ”Selama 120 tahun terakhir, kita diminta untuk
mencari pola yang ternyata tidak ada.”14
Teori-Teori yang Lebih Baru
17 Ini semua telah mendorong banyak ilmuwan untuk
memperjuangkan teori-teori baru tentang evolusi. Science Digest
menyatakannya begini, ”Beberapa ilmuwan mengusulkan perubahan evolusi yang jauh
lebih cepat dan kini secara serius membahas gagasan-gagasan yang dulu hanya
dipopulerkan dalam cerita fiksi.”15
18 Misalnya, beberapa ilmuwan menyimpulkan bahwa
kehidupan tidak mungkin muncul dengan sendirinya di bumi. Sebaliknya, mereka
berspekulasi bahwa kehidupan pasti bermula di luar angkasa dan kemudian
melayang-layang turun ke bumi. Tetapi, hal itu justru memperunyam problem
tentang asal mula kehidupan. Sudah umum diketahui bahwa keadaan di luar angkasa
sangat berbahaya bagi kehidupan. Jadi, mungkinkah kehidupan muncul dengan
sendirinya di suatu tempat di alam semesta dan bertahan dalam kondisi
yang demikian keras sebelum mencapai bumi, kemudian berkembang menjadi
kehidupan seperti yang kita ketahui?
19 Karena catatan fosil tidak memperlihatkan
adanya perkembangan bertahap dari satu jenis kehidupan ke jenis lainnya,
beberapa evolusionis berteori bahwa prosesnya pasti terjadi melalui
lonjakan-lonjakan mendadak yang tidak teratur. Seperti yang dijelaskan oleh The
World Book Encyclopedia, ”Banyak biolog berpendapat bahwa
spesies baru bisa jadi dihasilkan melalui perubahan yang mendadak dan
drastis dalam gen-gen.”16
20 Beberapa penganut teori ini menyebut proses
itu ”keseimbangan terganggu”. Yaitu, spesies mempertahankan ”keseimbangan”-nya
(hampir tidak ada perubahan), tetapi sekali-sekali ada ”gangguan” (lompatan
besar untuk berevolusi menjadi jenis lain). Ini benar-benar kebalikan dari
teori yang telah dipercaya oleh hampir semua evolusionis selama puluhan tahun.
Perbedaan besar antara kedua teori tersebut digambarkan melalui sebuah berita
utama dalam The New York Times: ”Teori tentang
Evolusi-Cepat Diserang”. Artikel tersebut menyebut bahwa gagasan baru tentang
”keseimbangan terganggu” telah ”menimbulkan perlawanan baru” dari para penganut
pandangan lama.17
21 Tidak soal teori mana yang dianut, masuk akal
bahwa setidaknya harus ada sedikit bukti untuk menunjukkan bahwa satu jenis
kehidupan berubah menjadi jenis lain. Tetapi, jurang perbedaan di antara
berbagai jenis kehidupan dalam catatan fosil, dan juga jurang perbedaan di
antara berbagai jenis makhluk hidup di bumi sekarang, tetap ada.
22 Selain itu, kita dapat memahami sesuatu dengan
memperhatikan apa yang terjadi pada gagasan Darwin yang sudah lama diterima
tentang ”yang terkuat dapat bertahan hidup”. Gagasan ini ia sebut ”seleksi
alam”. Ia percaya bahwa alam ”menyeleksi” makhluk terkuat untuk bertahan hidup.
Konon, makhluk-makhluk yang ”kuat” ini perlahan-lahan berevolusi sewaktu mereka
mengembangkan ciri-ciri baru yang menguntungkan mereka. Tetapi, bukti selama
125 tahun terakhir menunjukkan bahwa, sekalipun makhluk terkuat memang
mungkin terus bertahan hidup, fakta itu sendiri tidak menjelaskan
bagaimana asal mula mereka. Seekor singa mungkin lebih kuat
daripada singa lain, tetapi ini tidak menunjukkan bagaimana ia menjadi seekor
singa. Dan, semua keturunannya akan tetap menjadi singa, bukan makhluk lain.
23 Maka, dalam majalah Harper’s, penulis
Tom Bethell berkomentar, ”Darwin membuat kesalahan yang cukup serius sehingga
dapat merongrong teorinya. Dan, kesalahan itu baru belakangan ini diakui
sebagai kesalahan. . . . Suatu organisme memang bisa jadi ’lebih
kuat’ daripada yang lain . . . Hal ini, tentu saja tidak menjelaskan
bagaimana organisme tersebut tercipta, . . . Saya kira,
jelaslah ada sesuatu yang sangat, sangat tidak beres dengan gagasan tersebut.”
Bethell menambahkan, ”Menurut hemat saya, kesimpulannya agak mengejutkan: Teori
Darwin, saya kira, sedang berada di ambang keruntuhan.”18
Fakta atau Teori?
24 Ketika merangkum beberapa problem tak
terpecahkan yang mengadang teori evolusi, Francis Hitching mengatakan, ”[Teori
evolusi modern] telah gagal dalam tiga bidang uji yang sangat penting: Catatan
fosil mengungkapkan suatu pola loncatan evolusi dan bukan perubahan yang
bertahap. Gen-gen adalah mekanisme penstabil yang tangguh yang fungsi
utamanya ialah mencegah bentuk-bentuk baru berevolusi. Mutasi langkah
demi langkah yang terjadi secara acak pada tingkat molekuler tidak dapat
menjelaskan fakta tentang kehidupan yang terorganisasi dan semakin
rumit.”—Cetak miring ditambahkan.
25 Kemudian, Hitching menyimpulkan dengan
komentar ini, ”Dalam bahasa yang paling halus dapat dikatakan bahwa seseorang
boleh mempertanyakan teori evolusi yang dilanda begitu banyak keragu-raguan
bahkan di kalangan orang-orang yang mengajarkannya. Teori Darwin disebut-sebut
sebagai prinsip pemersatu utama dalam biologi, tetapi nyatanya teori itu sarat
dengan ketidaktahuan. Teori itu gagal menjawab beberapa pertanyaan yang paling
mendasar: bagaimana zat kimia yang tidak bernyawa menjadi hidup, aturan-aturan
apa yang terdapat di balik kode genetik, bagaimana gen menentukan bentuk
makhluk hidup.” Malahan, Hitching mengatakan bahwa ia menganggap teori evolusi
modern ”begitu tidak memadai sehingga pantas dianggap sebagai masalah iman”.19
26 Namun, banyak pendukung evolusi merasa bahwa
mereka memiliki cukup alasan untuk berkeras bahwa evolusi itu suatu fakta.
Mereka menjelaskan bahwa yang mereka perdebatkan hanyalah perinciannya. Tetapi,
seandainya ada teori lain yang memiliki kesulitan besar yang belum juga
teratasi seperti itu, dan kontradiksi besar seperti itu di antara para
pendukungnya, apakah teori tersebut akan begitu mudah dinyatakan sebagai fakta?
Sekadar mengulang-ulangi bahwa sesuatu adalah fakta tidak membuatnya menjadi
fakta. Seperti yang ditulis biolog John R. Durant dalam The Guardian
dari London, ”Banyak ilmuwan jatuh ke dalam godaan untuk bersikap dogmatis,
. . . berkali-kali soal asal mula spesies ditampilkan seolah-olah
akhirnya sudah terpecahkan. Kenyataannya tidak seperti itu. . . .
Tetapi kecenderungan untuk dogmatis tetap ada, dan itu justru bertentangan
dengan tujuan sains.”20
27 Di pihak lain, bagaimana dengan penciptaan?
Apakah penciptaan adalah jawaban untuk asal mula kehidupan di bumi? Apakah
penciptaan memberikan kerangka dasar untuk bukti yang lebih masuk akal daripada
sekadar pernyataan tegas yang sering dijadikan penopang teori evolusi? Dan,
sebagai catatan yang paling dikenal mengenai penciptaan, apakah buku Kejadian
memberikan keterangan yang dapat dipercaya tentang bagaimana asal mula bumi dan
makhluk-makhluk hidup?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar