Pasal 7
SELAMA bertahun-tahun telah dilaporkan adanya penemuan sisa
fosil manusia yang mirip kera. Buku-buku ilmiah sarat dengan lukisan para
seniman mengenai makhluk tersebut. Apakah makhluk ini bentuk peralihan antara
binatang dan manusia seperti yang dinyatakan evolusi? Apakah ”manusia-kera”
memang nenek moyang kita? Itulah yang dikatakan para ilmuwan pendukung evolusi.
Karena itu kita sering membaca pernyataan seperti judul artikel dalam majalah
ilmiah ini: ”Dari Kera Menjadi Manusia”.1
2 Memang, beberapa evolusionis merasa bahwa
makhluk yang dianggap nenek moyang manusia itu tidak sepantasnya disebut
”kera”. Meskipun demikian, beberapa kolega mereka tidak sependapat.2
Stephen Jay Gould berkata, ”Manusia . . . berevolusi dari nenek
moyang serupa kera.”3 Dan, George Gaylord Simpson menyatakan, ”Nenek
moyang kita pasti akan disebut kera atau monyet dalam bahasa sehari-hari oleh
siapa pun yang melihatnya. Karena definisi istilah kera dan monyet
ditentukan oleh penggunaan umum, nenek moyang manusia adalah kera atau
monyet.”4
3 Mengapa catatan fosil begitu penting dalam upaya
membuktikan keberadaan nenek moyang manusia yang mirip kera? Karena dalam dunia
hayati sekarang ini, tak ada yang dapat mendukung gagasan tersebut. Sebagaimana
diperlihatkan di Pasal 6, ada jurang pemisah yang sangat besar antara manusia
dan segala binatang yang ada sekarang, termasuk keluarga kera. Karena dunia
hayati tidak menyediakan mata rantai antara manusia dan kera, catatan fosil
diharapkan dapat menyediakannya.