Pasal 11
SEWAKTU para antropolog menggali tanah dan menemukan
sepotong batu tajam berbentuk segitiga, mereka menyimpulkan bahwa benda
tersebut pasti telah dirancang oleh seseorang sebagai ujung anak panah. Para
ilmuwan sependapat bahwa benda-benda seperti itu yang dirancang untuk suatu
maksud tidak mungkin ada secara kebetulan.
2 Tetapi, berkenaan dengan makhluk hidup, logika
yang sama sering diabaikan. Perancang tidak dianggap perlu. Padahal, organisme
bersel tunggal yang paling sederhana, atau bahkan molekul DNA-nya yang berisi
kode genetik, jauh lebih kompleks daripada batu berbentuk segitiga itu. Namun,
para evolusionis berkeras bahwa semua ini tidak dirancang tetapi terbentuk oleh
serangkaian kebetulan.
3 Sebenarnya, Darwin sendiri mengakui perlunya semacam
daya rancang dan menurutnya, itu adalah tugas seleksi alam. ”Seleksi alam,”
katanya, ”setiap hari dan setiap jam mencermati perbedaan-perbedaan terkecil di
seluruh dunia; menyingkirkan yang buruk, mempertahankan dan menambahkan semua
yang baik.”1 Namun, pandangan tersebut kini semakin kehilangan
pamornya.