Selasa, 25 Agustus 2020

PLN Undang Startup Ikut Lelang Pembangkit Listrik EBT


PT PLN (Persero) berencana mengganti PLTU dan PLTGU yang sudah tua dengan pembangkit EBT.
Jakarta, CNN Indonesia -- 

PT PLN (Persero) mengundang berbagai perusahaan rintisan (startup) untuk ikut dalam proses lelang pengadaan pembangkit energi baru terbarukan (EBT). Pengadaan itu untuk mengganti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) mereka yang sudah tua.
Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan tender tersebut akan dilakukan dalam beberapa bulan ke depan.
"Mungkin beberapa bulan yang akan datang kita akan buka semacam tender untuk bagaimana PLN terbuka terhadap inovasi inovasi untuk mengganti diesel kita dengan sumber lain," ujarnya dalam webinar, Rabu (12/8).


Seperti diketahui, dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RPJPP), perseroan setrum negara ini menargetkan kapasitas pembangkit listrik berbasis EBT sebesar 12,8 Giga Watt (GW) pada 2024. Namun, hingga akhir 2019 lalu, realisasi daya pembangkit EBT terpasang baru mencapai 7,8 GW.
Artinya, masih ada defisit 5 GW untuk dapat mencapai target RJPP 2024. Sementara, jika mengacu pada Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL), defisit kapasitas pembangkit listrik EBT jauh lebih besar.
Terkait rencana mengganti PLTU dan PLTGU tua perusahaan, lanjut Zulkifli, mayoritas proyek tersebut kemungkinan akan berada di Indonesia bagian Timur.
Jika melihat karakteristik wilayah dan geografisnya, pembangkit yang memungkinkan untuk menggantikan PLTU dan PLTGU PLN bisa berupa pembangkit tenaga surya atau angin.
Yang jelas, tegas Zulkifli, perseroan menginginkan solusi komprehensif. Sehingga jika pembangkit listriknya berpindah pindah dari diesel ke tenaga surya, misalnya, ia ingin pembangkit tenaga dieselnya dihilangkan sama sekali.
"Yang surya bisa ditambah dengan modul baterainya karena kami tak ingin hanya menggunakan PLTS di siang hari lalu di malamnya kembali pakai diesel," imbuhnya.
Menurut Zulkifli, kombinasi PLTS dengan modul baterai sangat memungkinkan sebab kini teknologi tersebut berkembang pesat dan harganya juga makin terjangkau.
"Kalau kami pindah ke surya kami ingin menggunakan itu surya full 24 jam dan kamk paham teknologi baterai tumbuh dan berkembang dengan pesat dan harganya pun tambah lama tambah murah," tandasnya.


(hrf/sfr)

sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar