CNN Indonesia | Kamis, 23/01/2020 19:59 WIB
Ilustrasi Startup. (Istockphoto/scyther5)
Jakarta, CNN Indonesia -- Managing Director Digitaraya, Nicole Yap memprediksi perusahaan rintisan (startup) yang bergerak di sektor edukasi dan kesehatan, akan menyandang status unicorn tahun ini.
Sebab, menurut dia, dua sektor startup itu saat ini tengah menjadi sorotan para investor.
"Saya pikir yang berpotensi itu yang memiliki manfaat di Indonesia seperti edukasi, supaya bisa dapat akses untuk kualitas edukasi yang lebih baik.
Selanjutnya dari sektor kesehatan," kata Nicole usai acara Digitaraya Impact 2020 di Jakarta, Kamis (23/1).
Senada dengan Nicole, Deputi Akses Permodalan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Fadjar Hutomo mengatakan permasalahan terbesar di Indonesia terkait masalah edukasi dan kesehatan. Maka dari itu, perlu adanya sokongan teknologi yang "apik" agar polemik ini bisa ditanggulangi dengan baik.
"Saya sepakat edukasi dan kesehatan butuh solusi karena persoalan terbesar negeri ini ada di dua sektor itu," tutur Fadjar.
Kendati demikian, potensi menghasilkan startup unicorn pun tak hanya dari sektor edukasi dan kesehatan tetapi Nicole dan Fadjar menilai masih ada berbagai kemungkinan startup dari sektor lain seperti digital payment (pembayaran digital) atau e-commerce.
Sebagai akselerator antara para pelaku startup dan investor, Digitaraya tidak hanya fokus pada pendanaan startup "besar" tetapi juga dengan perusahaan yang baru lahir agar mendapatkan dana dari investor demi menyokong inovasi dan perlahan bisa mendapatkan status unicorn.
"Akan ada industri startup yang akan unicorn tahun ini. Meski begitu, kami [Digitaraya] juga akan memfokuskan startup yang kecil untuk dapat menghasilkan solusi yang besar," pungkas Nicole.
Eks Menteri Komunikasi dan Informatika periode 2014-2019, Rudiantara sempat memprediksi akan ada tiga sektor bisnis yang akan menghasilkan perusahaan rintisan berstatus unicorn dengan nilai valuasi US$1 miliar.
Rudiantara mengatakan potensi pertama ada di sektor pendidikan. Aplikasi seperti Ruangguru dan Extramarks bisa dijadikan pilihan untuk pendidikan digital. Terlebih melihat tren pendidikan berbasis teknologi yang digandrungi siswa yang membutuhkan pendidikan tambahan di luar pendidikan formal.
"Saya selalu katakan potensi unicorn berikutnya satu dari pendidikan Edutech. Karena belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia kita ini hampir Rp500 triliun," kata Rudiantara pada 26 Februari 2019.
Potensi kedua sektor yang bisa menghasilkan startup unicorn adalah kesehatan. Kesehatan berbasis digital seperti HaloDoc, Alodokter, hingga Dokter.id menawarkan layanan konsultasi daring dengan dokter.
Selain itu Rudiantara mengatakan APBN di sektor kesehatan mencapai angka Rp123,1 triliun. Oleh karena itu ia yakin perusahaan startup bisa menyerap APBN ini sehingga bisa menghasilkan unicorn
"Kedua health tech, kesehatan, karena 5 persen APBN kita belanja kesehatan," ucapnya.
sumber
Sebab, menurut dia, dua sektor startup itu saat ini tengah menjadi sorotan para investor.
"Saya pikir yang berpotensi itu yang memiliki manfaat di Indonesia seperti edukasi, supaya bisa dapat akses untuk kualitas edukasi yang lebih baik.
Selanjutnya dari sektor kesehatan," kata Nicole usai acara Digitaraya Impact 2020 di Jakarta, Kamis (23/1).
Senada dengan Nicole, Deputi Akses Permodalan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Fadjar Hutomo mengatakan permasalahan terbesar di Indonesia terkait masalah edukasi dan kesehatan. Maka dari itu, perlu adanya sokongan teknologi yang "apik" agar polemik ini bisa ditanggulangi dengan baik.
"Saya sepakat edukasi dan kesehatan butuh solusi karena persoalan terbesar negeri ini ada di dua sektor itu," tutur Fadjar.
Kendati demikian, potensi menghasilkan startup unicorn pun tak hanya dari sektor edukasi dan kesehatan tetapi Nicole dan Fadjar menilai masih ada berbagai kemungkinan startup dari sektor lain seperti digital payment (pembayaran digital) atau e-commerce.
Sebagai akselerator antara para pelaku startup dan investor, Digitaraya tidak hanya fokus pada pendanaan startup "besar" tetapi juga dengan perusahaan yang baru lahir agar mendapatkan dana dari investor demi menyokong inovasi dan perlahan bisa mendapatkan status unicorn.
"Akan ada industri startup yang akan unicorn tahun ini. Meski begitu, kami [Digitaraya] juga akan memfokuskan startup yang kecil untuk dapat menghasilkan solusi yang besar," pungkas Nicole.
Eks Menteri Komunikasi dan Informatika periode 2014-2019, Rudiantara sempat memprediksi akan ada tiga sektor bisnis yang akan menghasilkan perusahaan rintisan berstatus unicorn dengan nilai valuasi US$1 miliar.
Rudiantara mengatakan potensi pertama ada di sektor pendidikan. Aplikasi seperti Ruangguru dan Extramarks bisa dijadikan pilihan untuk pendidikan digital. Terlebih melihat tren pendidikan berbasis teknologi yang digandrungi siswa yang membutuhkan pendidikan tambahan di luar pendidikan formal.
"Saya selalu katakan potensi unicorn berikutnya satu dari pendidikan Edutech. Karena belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia kita ini hampir Rp500 triliun," kata Rudiantara pada 26 Februari 2019.
Potensi kedua sektor yang bisa menghasilkan startup unicorn adalah kesehatan. Kesehatan berbasis digital seperti HaloDoc, Alodokter, hingga Dokter.id menawarkan layanan konsultasi daring dengan dokter.
Selain itu Rudiantara mengatakan APBN di sektor kesehatan mencapai angka Rp123,1 triliun. Oleh karena itu ia yakin perusahaan startup bisa menyerap APBN ini sehingga bisa menghasilkan unicorn
"Kedua health tech, kesehatan, karena 5 persen APBN kita belanja kesehatan," ucapnya.
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar