Minggu, 13 September 2015

Harga Buah Genitri Setara Dengan Berlian, Berikut Asal-Usulnya




Sekitar 150 tahun lalu orang India itu tinggal di Kauman, Kebumen. Dia menitipkan pohon jenitri kepada seseorang santri yang mengaji di masjid daerah Kauman tersebut. Orang India itu lalu memberikan bimbingan dari mulai menanam pohonnya hingga panen buah jenitri.
Orang India yang namanya diganti Mukti itu juga menampung buah jenitri untuk dibawa ke negaranya. Dia menghargai satu butir jenitri begitu tinggi. Hingga kemudian yang menanam pohon jenitri itu bertambah banyak dan lahannya makin luas. Masyarakat Desa Penusupan pun kemudian beramai-ramai menanam pohon jenitri.
Cara menanam juga perlu diperhatikan. Terlebih dahulu membuat lubang selebar 30 cm, dengan kedalaman sekitar 30 cm. Lubang tersebut diberi pupuk kandang dan dibiarkan terlebih dahulu selama kurang lebih 10 hari. Selanjutnya ditanam dan diberi pupuk untuk kali pertama. Pohon jenitri juga bisa ditanam di pot.
Apa itu Jenidri ?
Rudraksha-sebutan jenitri di India adalah tanaman setinggi 25-30 m dengan batang tegak dan bulat berwarna cokelat. Sepanjang tepi daunnya bergerigi dan meruncing di bagian ujung. Dalam bahasa India, rudraksa berasal dari kata rudra berarti Dewa Siwa dan aksa berarti mata. Sehingga arti keseluruhan: mata Siwa. Sesuai namanya, orang
Hindu meyakini rudraksa sebagai air mata Dewa yang menitik ke bumi.
Tetesan air mata itu tumbuh menjadi pohon rudraksa.
Mata Siwa
Di Indonesia, biji titisan Dewa Siwa itu populer dengan nama ganitri, genitri, atau jenitri. Indonesia merupakan pengekspor dan produksen terbesar di dunia. Pohon jenitri atau bahasa latinnya Elaeocarpus ganitrus banyak ditanam di Jawa Tengah, Sumatera, Kalimantan, Bali, dan Timor. Indonesia memasok 70% kebutuhan jenitri yang diekspor dalam bentuk butiran biji. Sebanyak 20% pasokan lainnya dari Nepal. Sedangkan India, negara paling banyak menggunakan rudaksa hanya memproduksi 5%.
Menurut Ir. Komari, peneliti dari Pusat Penelitian Institut Teknologi Bandung, biji-biji jenitri keras dan awet, bisa digunakan untuk 8 generasi. Kecuali ukuran, setiap biji memiliki jumlah lekukan atau mukhis berbeda. Jumlahnya bervariasi mulai dari 1 hingga 21 mukhis yang memiliki perbedaan arti.
INI TINGKATAN JENIDRI
(Mukis yaitu jumlah serat jenidri / garis lekukannya)
(Mukhis rata 2 dibawah 8)
(Mukhis istimewa 8-30 makin tinggi makin langka)
Semakin banyak mukhis harganya kian tinggi.
Manfaat jenitri bukan sekadar alat ‘hitung’ dalam berdoa laiknya tasbih bagi kaum Muslim atau rosario bagi umat Nasrani.
Biji jenitri juga berfungsi menghilangkan stres ????
Itu dibuktikan oleh Dr Suhas Roy dari Benaras Hindu University. Penelitiannya mengungkap “utrasum bead“ -sebutan jenitri di Amerika-biji jenitri mengirimkan sinyal secara beraturan ke jantung ketika digunakan sebagai kalung. Ia mengatur aktivitas otak yang mengarah pada kesehatan tubuh.
Efek itu diperoleh lantaran biji sima-sebutan jenitri di Sulawesi Selatan-memiliki sifat kimia dan fisik berupa induksi listrik, kapasitansi listrik, pergerakan listrik, dan elektromagnetik. Karena itu biji jenitri mempengaruhi sistem otak pusat saat menyebarkan rangsangan bioelektrokimia. Hasilnya, otak merasa tenang dan menghasilkan pikiran positif.
Sebetulnya, komposisi kimia jenitri tak beda jauh dengan buah lainnya. Antara lain 50,024% karbon, 17,798% hidrogen, 0,9461% nitrogen, dan 30,4531% oksigen. Beberapa elemen mikro dalam biji tanaman anggota famili Elaeocarpaceae itu adalah aluminum, kalsium, klorin, tembaga, kobalt, nikel, besi, magnesium, mangan, dan fosfor.
Panasea
Pembeda jenitri dan buah lain terungkap melalui riset Institut Teknologi India. Jenitri memiliki nilai spesifik gravitasi sebesar 1,2 dengan pH 4,48. Saat digunakan untuk berdoa, misalnya, jenitri memiliki daya elektromagnetik sebesar 10.000 gauss pada keseimbangan Faraday, hasil konduksi elektron alkalin.
Gara-gara itulah jenitri dipercaya mengontrol tekanan darah, stres, serta berbagai penyakit mental.
Jenitri juga dipercaya menyembuhkan epilepsi, asma, hipertensi, radang sendi, dan penyakit hati. Waw
Cara Pakai :
Ia berguna saat dikalungkan di leher ataupun diminum air rebusan. Caranya? Biji jenitri direndam semalam lalu diminum saat perut kosong.
Itu terbukti efektif meredam hipertensi dan menghasilkan perasaan tenang dan damai. Dalam 7 hari, tekanan darah turun bila dibarengi dengan mengalungkan jenitri di leher. Khasiat lain, jenitri berfungsi sebagai pelindung tubuh dari bakteri, kanker, dan pembengkakan.
Begitulah riset sahih Singh RK dari Departemen Farmakologi, Banaras Hindu University, India. Ia menggunakan berbagai larutan seperti petroleum eter, benzena, kloroform, asetone, dan etanol untuk melarutkan 200 mg/kg buah jenitri kering. Larutan jenitri hasil perendaman selama 30-45 menit itu menunjukkan sifat antipembengkakan radang akut dan nonakut pada tikus yang dilukai.
Di luar itu, jenitri menghilangkan sakit kepala alias antidepresan dan antiborok pada tikus terinjeksi.
Uji praklinis yang melibatkan babi sebagai satwa percobaan, membuktikan jenitri mencegah kerusakan paru-paru. Sebelumnya, babi diinduksi pemicu luka, histamin, dan asetilkoline aerosol. Meski diberi zat perusak paru-paru, organ pernapasan babi-babi itu tetap baik.
Duduk perkaranya karena glikosida, steroid, alkaloid, dan flavonoid yang terkandung dalam jenitri melindungi paru-paru. Keempat zat organik itu juga bersifat antibakteri. Terhitung 28 jenis bakteri gram positif dan negatif enyah oleh ekstrak jenitri antara lain Salmonella typhimurium, Morganella morganii, Plesiomonas shigelloides, Shigella flexnerii, dan Shigela sonneii. Waw mantep gan !!!!
Menurut A B. Ray dari Department of Medicinal Chemistry, Banaras Hindu University, India, alkaloid yang terkandung dalam jenitri: pseudoepi-isoelaeocarpilin, rudrakine, elaeocarpine, isoelaeocarpine, dan elaeocarpiline. Senyawa itu berkhasiat meluruhkan lemak badan. Caranya, 25 gram buah Elaeocarpus ganitrus kering, dicuci dan direbus dalam 1 gelas air sampai air rebusan tersisa separuh. Setelah air rebusan dingin, saring, lalu minum sekaligus. lagi dah!!!!
Pengisap polutan
Cuma itu faedah genitri?
Ada lagi peran lain yang dimainkan oleh genitri sebagaimana hasil riset Dwiarum Setyoningtyas dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung: jenitri sebagai penyerap polutan. Ia membandingkan konsentrasi gas sulfur oksida, nitrogen oksida, dan karbon monoksida dalam kotak kaca berisi tumbuhan ganatri dengan kotak tanpa tumbuhan.
Ke dalam kedua kotak kaca diembuskan emisi gas buang dari hasil pembakaran tiga jenis bahan bakar yang memiliki kandungan biodiesel yang berbeda. Yaitu 10% biodiesel (B-10), 5% biodiesel (B-5), dan 0% biodiesel (B-0) sebagai pembanding. Hasilnya, tingkat pencemaran dari ketiga jenis emisi bahan bakar dalam kotak kaca berisi jenitri tercatat lebih rendah (sulfur oksida 0,81 ? 0,38 ppm, nitrogen oksida 0,49 ? 0,01 ppm, dan karbon monoksida 1,36 ? 0,71 ppm).
Bandingkan dengan kotak kaca tanpa jenitri yang pencemarannya lebih tinggi. Untuk ke-3 zat kimia itu masing-masing 5,15 ? 1,77 ppm, 0,75 ? 0,15 ppm, dan 2,34 ? 1,36 ppm. Kesimpulannya genitri berperan menurunkan tingkat pencemaran. Itu sebabnya, ‘Jenitri digunakan sebagai pohon pelindung di sepanjang jalan Bandung-Lembang
Biji Jenitri Diburu Warga Nepal 
 Harga biji jenitri yang sempat rontok dan merugikan petani, kini mulai menggeliat kembali. Bahkan sejak akhir tahun lalu, pembeli dari Nepal, India, dan Tiongkok, hampir setiap hari berburu buah jenitri di Kebumen.
Penjual jenitri, Sutarno (34), warga Desa Kedawung, Kecamatan Pejagoan, mengatakan untuk menjual jenitri saat ini sangat mudah. Pasalnya, banyak pembeli dari luar negeri yang langsung datang ke Kebumen.
“Bulan-bulan lalu masih sering menginap di hotel di Kebumen. Kalau kita mau jual langsung datang ke hotelnya. Tapi sekarang malah banyak yang ngontrak rumah warga, mungkin untuk menghemat biaya penginapan,” kata Sutarno, yang membeli biji jenitri di wilayah Desa Kejawawang, Kecamatan Sruweng, dan sejumlah desa di Cilacap.
Menurut Sutarno, pembeli warga negara asing itu berani membeli buah jenitri asal Kabupaten Kebumen lebih mahal dibandingkan dengan jenitri dari daerah lain. Bahkan, mereka sudah hafal ciri-ciri jenitri Kebumen.
“Saya pernah membawa yang dari Cilacap dan Kebumen dicampur. Tapi setelah saya tawarkan, pembelinya langsung tahu mana yang dari Kebumen dan mana yang dari Cilacap. Kalau yang dari Cilacap dibelinya murah banget,” ungkapnya.
Ia mengaku tidak mengetahui alasan pembeli membeli jenitri asal Kebumen lebih mahal. Padahal, sekilas tidak ada perbedaan mencolok antara jenitri Kebumen dan Cilacap. “Karena begini ya sekarang saya lebih banyak nyari yang dari Kebumen saja,” ujarnya.
Sementara itu, buah jenitri merupakan bahan pembuatan gelang dan tasbih. Tak hanya itu jenitri juga dimanfaatkan sebagai bahan pembakaran jenazah bagi umat Hindhu di Bali dan india. Di India jenitri merupakan buah yang dikeramatkan, karena konon berasal dari air mata Dewa Syiwa. Itulah yang membuat jenitri banyak diburu keberadaannya oleh warga India.
Jika sebelumnya, jenitri hanya digunakan untuk prosesi peribadatan agama Hindu dan Budha. Sekarang buah ini dipercaya berguna untuk kesehatan. Menurut sebuah literasi, jenitri bermanfaat dapat menyerap toksin, ion-ion negatif, dan untuk ketenangan jiwa.
Petani jenitri asal Desa Kejawang, Kecamatan Sruweng, Baskoro (41), jenitri dibeli beragam, ada yang per biji dan per kilogram. Untuk pembelian per biji harganya sekitar Rp 25, sedangkan per kilogramnya sekitar Rp 17.000. “Harganya memang fluktuatif mengikuti tren pasar,” kata Baskoro.
Namun biji itu selalu laku. Bahkan tahun 1999, harga jenitri untuk ukuran kecil mencapai Rp 150.000 per kg. Dari hasil menjual biji tersebut, petani memiliki penghasilan besar. Umumnya digunakan untuk membeli tanah. Bayangkan saja, sekali panen bagi petani yang memiliki 50 pohon jenitri bisa meraup penghasilan Rp 20 juta.
Baskoro mengungkapkan, jenitri yang diperolehnya itu dipilah-pilah sesuai ukuran, jenis, dan warnanya yang sama. Ukuran jenitri dari 5,5-12 mm. Perbedaan besarnya jenitri per setengah mm. Diakuinya, ukuran jenitri ada yang membedakan harga. Namun perbedaannya lebih pada tekstur, seperti ada yang halus, kasar, bulat, lonjong, dan lempeng.
Untuk warna, yakni cokelat hingga kuning. Untuk warna hitam sortiran. Jenitri cocok untuk kalung dan gelang. Untuk menghasilkan jenitri yang siap dibuat aksesoris itu, dari proses memetik di pohon kemudian direbus dan selanjutnya digilas.
Jenitri dikenal untuk ritual peribadatan. Namun sekarang sebagian bergeser untuk kesehatan dan asesoris. Kegunaan jenitri untuk kesehatan sama seperti batu yang mengeluarkan elektromagnet.(ori/bdg)
suumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar