Senin, 12 Agustus 2013

Bagaimana Bentuk Jagad Raya?

 



Saya Mau Tanya ! 
1. Bagaimanakah Bentuk Jagad Raya ?
2. Apa benar Jagad Raya Mengembang ? Jika Ya !
3..Apakah Ada Ruang Lain Di Luar Jagad Raya Kita ?
(DhiKaiceZ – SMAN 1 Sungguminasa – Makassar)
Yang ingin tahu bentuk Jagad Raya atau Alam Semesta ini bukan cuma kamu loh. Para astronom pun ingin tahu seperti apa alam semesta kita ini.
Berdasarkan pengamatan, dalam skala besar, alam semesta berada dalam keadaan homogen dan isotropi serta pengamat tidak berada pada posisi yang istimewa di alam semesta. Homogen memberi arti dimanapun pengamat berada di alam semesta ia akan mengamati hal yang sama. Sedangkan isotropi artinya ke arah manapun pengamat memandang ia akan melihat hal yang sama. Dengan demikian tidak ada tempat istimewa di alam semesta. Model ini menyatakan bahwa alam semesta seharusnya mengembang dalam jangka waktu berhingga, dimulai dari keadaan yang sangat panas dan padat.
Nasib alam semesta sendiri ditentukan oleh pertarungan antara momentum pemuaian dan gaya tarik gravitasi. Laju pemuaian alam semesta ini dinyatakan oleh konstanta Hubble H0, sedangkan besarnya gravitasi ditentukan oleh kerapatan dan tekanan materi di alam semesta.  Jika tekanan materi rendah, seperti halnya terjadi pada sebagian besar bentuk materi, maka nasib alam semesta akan ditentukan oleh kerapatan. Nilai kerapatan sangat berperan penting untuk menentukan bentuk alam semesta jika dibandingkan dengan kerapatan kritis. Apakah kerapatan alam semesta lebih besar, sama atau kurang dari kerapatan kritis akan ikut menentukan nasib alam semesta.
Ada tiga kemungkinan umum dari “bentuk alam semesta”.

Tiga model solusi untuk alam semesta. Kredit : NASA
Pertama, alam semesta seperti balon.

MISTERI BENTUK JAGAT RAYA DAN MATERI MISTERIUS

AGUS SISWANTO
Seperti apakah bentuk jagat raya (kosmologi)?. Tampaknya belum ada kesepakatan final yang dihasilkan. Tulisan ini sekadar ingin menuturkan kajiannya.
Model jagat raya yang didasarkan teori Dentuman Besar (Big Bang) selalu disandarkan atas 2 teori penting yaitu: teori relativitas umum dan prinsip kosmologi. Dalam kedua teori tersebut diasumsikan materi di dalam jagat raya dianggap homogen dan isotropik.
Materi juga diyakini didistribusikan seraca seragam ke seluruh jagat raya dalam skala besar dan kecil. Dengan menggunakan teori tersebut juga dapat diketahui adanya pengaruh forsa (daya) gravitasi yang ditimbulkan gravitasi mempengaruhi kelengkungan ruang dan waktu. Inilah yang melahirkan ruang-waktu.

Model geometri
Sejauh ini, jagat raya diperkirakan memiliki bentuk-bentuk (secara geometris) sbb:
1. Bentuk kurva positif. Jagat raya dianggap memiliki bentuk seperti bola. Konsekwensinya. Jagat raya bersifat tertutup dan memiliki luas yang terbatas.
2. Bentuk kurva negatif. Jagat raya berbentuk seperti sadel (pelana kuda). Bentuk pelana ini menunjukan jagat raya tidak memiliki batas (ujung). Dengan demikian, luas jagat raya tidak dapat diketahui.
3. Bentuk datar. Jagat raya berbentuk datar, seperti sebilah papan. Bentuk semacam ini mengandaikan jagat raya tidak memiliki ujung dan tidak terbatas.
Lantas, mana sesungguhnya bentuk jagat raya yang kita huni?

Minggu, 11 Agustus 2013

Semesta Kita Kemungkinan Adalah Hologram Raksasa

 

Percobaan GEO600 di pinggiran Hanover, Jerman, tidak begitu menarik orang. Yang terlihat dari luar hanya sebuah bedeng berbentuk kotak di satu sudut ladang pertanian, yang dihubungkan oleh dua selokan tertutup lempengan logam yang di bawahnya diletakkan pelacak yang panjangnya 600 meter.

Selama tujuh tahun terakhir, perangkat buatan Jerman itu melacak gelombang gravitasi dari benda-benda luar angkasa yang sangat kuat, seperti bintang netron dan Lubang Hitam.

Sejauh ini GEO600 memang belum mendeteksi satu pun gelombang grafitasi, tetapi teknologi itu secara tidak sengaja menghasilkan penemuan amat penting dalam ilmu fisika pada setengah abad terakhir ini.

Selama beberapa bulan, papar Marcus Chown dari New Scientist, anggota tim GEO600 dipusingkan oleh bebunyian tidak jelas yang terekam oleh detektor mereka. Lalu, tanpa disangka, seorang peneliti memperoleh jawaban, bahkan telah memperkirakan bunyi itu sebelum para ilmuwan mendeteksinya.

Menurut Craig Hogan, fisikawan dari laboratorium fisika Fermilab di Batavia, Illinois, Amerika Serikat, GEO600 telah mencapai batas fundamental ruang dan waktu – titik di mana ruang-waktu tidak lagi berbentuk aliran kontinum seperti dijelaskan Albert Einstein melainkan larut menjadi ‘butiran-butiran’ seperti titik kecil yang diperbesar oleh mikroskop.

Paradigma Holografik::Alam Semesta sebagai Hologram

 

Oleh Michael Talbot

Pada tahun 1982 terjadi suatu peristiwa yang menarik. Di Universitas Paris, sebuah tim peneliti dipimpin oleh Alain Aspect melakukan suatu eksperimen yang mungkin merupakan eksperimen yang paling penting di abad ke-20. Anda tidak mendapatkannya dalam berita malam. Malah, kecuali Anda biasa membaca jurnal-jurnal ilmiah, Anda mungkin tidak pernah mendengar nama Aspect, sekalipun sementara orang merasa temuannya itu mungkin akan mengubah wajah sains.

Aspect bersama timnya menemukan bahwa dalam lingkungan tertentu partikel-partikel subatomik, seperti elektron, mampu berkomunikasi dengan seketika satu sama lain tanpa tergantung pada jarak yang memisahkan mereka. Tidak ada bedanya apakah mereka terpisah 10 kaki atau 10 milyar km satu sama lain.

Entah bagaimana, tampaknya setiap partikel selalu tahu apa yang dilakukan oleh partikel lain. Masalah yang ditampilkan oleh temuan ini adalah bahwa hal itu melanggar prinsip Einstein yang telah lama dipegang, yakni bahwa tidak ada komunikasi yang mampu berjalan lebih cepat daripada kecepatan cahaya. Oleh karena berjalan melebihi kecepatan cahaya berarti menembus dinding waktu, maka prospek yang menakutkan ini menyebabkan sementara ilmuwan fisika mencoba menyusun teori yang dapat menjelaskan temuan Aspect.
Namun hal itu juga mengilhami sementara ilmuwan lain untuk menyusun teori yang lebih radikal lagi.

Menit-Menit Awal Alam Semesta


Seperti diketahui, Big Bang atau Dentuman besar merupakan sebuah kejadian yang memicu terbentuknya alam semesta. Tapi meskipun demikian, informasi akan apa yang terjadi di era Nukleosintesis Dentuman Besar ketika alam semesta baru berusia beberapa detik sampai beberapa menit belumlah benar-benar diketahui.

Lantas apa yang harus dilakukan untuk mengetahui apa yang terjadi dahulu? Jelas tidak mungkin jika manusia pergi ke masa itu, namun ekstrapolasi hukum fisika bisa membawa manusia untuk menelusuri kembali apa yang terjadi sekarang sampai ke waktu terjadinya nukleosintesa. Penelusuran itu bisa berlanjut lebih jauh ke masa lalu untuk memberi susunan dan gambaran akan apa yang sebenarnya terjadi di masa awal alam semesta. Tapi sejauh mana bisa berekstrapolasi menuju singularitas masih menjadi perdebatan tapi disepakati waktunya tidak lebih awal dari epoh Planck atau 10-43 detik.

Jantung Memiliki Kesadarannya Sendiri

 

Jantung atau heart memiliki kesadarannya sendiri- Mengapa orang-orang suci sering digambarkan dengan jantung yang bersinar oleh gambar-gambar kuno.  Inilah penjelasan ilmiah mengapa demikian dan mengapa orang-orang suci memiliki pengaruh yang sangat kuat secara positif terhadap lingkungannya. Tulisan ini juga memberi bukti adanya pengetahuan kuno yang hilang. Dan dapat dikatakan juga membuktikan  adanya peradaban yang dimasa lalu memahami hal ini jauh lebih banyak dari yang dipahami sains modern dan juga diperoleh lewat cara berpengetahuan yang tidak dipahami peradaban saat ini.

Medan Elektromagnetik Jantung/Heart

Banyak yang percaya bahwa kesadaran berasal dari otak saja. Penelitian ilmiah terbaru menunjukkan bahwa kesadaran sebenarnya muncul dari otak dan tubuh bertindak bersama-sama. Serangkaian bukti yang terus berkembang menunjukkan bahwa jantung memainkan peran sangat signifikan dalam proses ini.
Jantung lebih dari sekedar suatu sistem pompa sederhana, sebagaimana yang diyakini hingga belakangan ini, namun jantung sekarang diakui oleh para ilmuwan sebagai sistem yang sangat kompleks dengan fungsi “otak”-nya sendiri.

Teka-teki Kosmik

 


Oleh: Lawrence M. Krauss dan Michael S. Turner

(Sumber: Special Edition Scientific American – The Frontiers of Physics, 2006, hal. 67-73)

"Inkarnasi baru konstanta kosmologis Einstein mungkin menunjukkan jalan melampaui relativitas umum".

Alam semesta lengang mungkin menjadi nasib akhir kita jika perluasan kosmik terus mencepat—sebuah fonemena yang dipercaya disebabkan oleh konstanta kosmologis. Bola oranye merepresentasikan alam semesta teramati, yang tumbuh dengan kecepatan cahaya; bola biru merepresentasikan petak ruang yang mengembang. Seraya perluasan mencepat, semakin sedikit gugus galaksi yang dapat diamati.
Pada 1917, Albert Einstein menghadapi persoalan membingungkan saat dia mencoba merekonsiliasikan teori gravitasi barunya, teori relativitas umum, dengan pemahaman terbatas di masa itu tentang alam semesta. Seperti kebanyakan rekan sezamannya, Einstein yakin bahwa alam semesta pasti statis—tidak mengembang ataupun menyusut—tapi kondisi yang diharapkan ini tidak cocok dengan persamaan gravitasinya. Dalam keputus-asaan, Einstein menambahkan suku kosmologis khusus pada persamaannya untuk mengimbangi gravitasi dan memperkenankan solusi statis.

Jumat, 09 Agustus 2013

Bumi Mendekati Titik Kritis Global

 

Bumi diambang kritis, pertumbuhan populasi manusia dan berapa banyak sumber daya yang telah digunakan setiap orang, dianggap sebagai sumber penyebab titik kritis global.
Sekelompok ilmuwan dari seluruh dunia saat ini sedang memperingatkan besarnya pertumbuhan penduduk, kerusakan luas ekosistem alam, dan perubahan iklim yang dapat mendorong Bumi ke arah perubahan permanen biosfer, titik kritis global akan memiliki konsekuensi yang merusak persiapan dan mitigasi. Secara biologis akan menjadi dunia baru pada saat itu.

Penelitian ini dirilis situs resmi Universitas California, Berkeley “Scientists uncover evidence of impending tipping point for Earth Juni tahun ini.

Big Bang, Planet Bumi Terbentuk Lebih Awal

 



Planet bumi membutuhkan bahan baku yang tidak tersedia diawal pembentukan alam semesta. Big Bang mengisi ruang dengan hidrogen dan helium, unsur-unsur kimia seperti silikon dan oksigen yang merupakan komponen utama dan dipanaskan bintang-bintang dalam waktu cukup lama. Berapa lama waktu dan elemen berat yang dibutuhkan untuk membentuk planet?
Penelitian tentang pembentukan planet bumi dan planet kecil lainnya dipimpin oleh Lars A.Buchhave dari Universitas Kopenhagen, dibantu astronom David Latham Smithsonian dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics, yang diterbitkan dalam jurnal Nature dan dikeluarkan 13 Juni 2012 pada pertemuan ke 220 American Astronomical Society. Penelitian ini juga dirilis Jet Propulsion LaboratorySmall Planets Don’t Need ‘Heavy Metal’ Stars to Form” dan Harvard Smithsonian Center For AstrophysicsAlien Earths Could Form Earlier than Expected‘.

Efek Energi Gelap,Apakah Alam Semesta Akan Terhenti?

 



Energi gelap adalah misteri yang paling mendalam dalam semua ilmu pengetahuan, menentukan kelanjutan alam semesta yang berkembang cepat atau mungkin terhenti secara tiba-tiba.
Seperti sebuah film, ketika diakhir cerita maka tayangan itu terhenti menunggu untuk diputar ulang. Banyak ilmuwan berusaha membuka misteri energi gelap, tapi sepanjang penelitian mereka hanya menunjuk pada sejarah terciptanya alam semesta. Dan kemungkinan besar alam semesta bisa berhenti bergerak disebabkan energi gelap (dark energy) yang membentuk 70% dari seluruh energi yang mengisi ruang kosong. Sebuah ulasan yang mengutip dari buku Luca Amendola “Dark Energy: Theory and Observations“.

Penelitian Energi Gelap Di Kutub Selatan
Di Kutub Selatan, para astronom mencoba untuk mengungkap kekuatan yang lebih besar daripada gravitasi yang akan menentukan nasib alam semesta.