Sabtu, 17 Agustus 2013

Siapa Sebenarnya ”Manusia-Kera”?


Pasal 7

 
SELAMA bertahun-tahun telah dilaporkan adanya penemuan sisa fosil manusia yang mirip kera. Buku-buku ilmiah sarat dengan lukisan para seniman mengenai makhluk tersebut. Apakah makhluk ini bentuk peralihan antara binatang dan manusia seperti yang dinyatakan evolusi? Apakah ”manusia-kera” memang nenek moyang kita? Itulah yang dikatakan para ilmuwan pendukung evolusi. Karena itu kita sering membaca pernyataan seperti judul artikel dalam majalah ilmiah ini: ”Dari Kera Menjadi Manusia”.1

2 Memang, beberapa evolusionis merasa bahwa makhluk yang dianggap nenek moyang manusia itu tidak sepantasnya disebut ”kera”. Meskipun demikian, beberapa kolega mereka tidak sependapat.2 Stephen Jay Gould berkata, ”Manusia . . . berevolusi dari nenek moyang serupa kera.”3 Dan, George Gaylord Simpson menyatakan, ”Nenek moyang kita pasti akan disebut kera atau monyet dalam bahasa sehari-hari oleh siapa pun yang melihatnya. Karena definisi istilah kera dan monyet ditentukan oleh penggunaan umum, nenek moyang manusia adalah kera atau monyet.”4

3 Mengapa catatan fosil begitu penting dalam upaya membuktikan keberadaan nenek moyang manusia yang mirip kera? Karena dalam dunia hayati sekarang ini, tak ada yang dapat mendukung gagasan tersebut. Sebagaimana diperlihatkan di Pasal 6, ada jurang pemisah yang sangat besar antara manusia dan segala binatang yang ada sekarang, termasuk keluarga kera. Karena dunia hayati tidak menyediakan mata rantai antara manusia dan kera, catatan fosil diharapkan dapat menyediakannya.

Jurang Pemisah yang Lebar—Dapatkah Evolusi Menjembataninya?


Pasal 6

Jurang Pemisah yang Lebar—Dapatkah Evolusi Menjembataninya?

FOSIL memberikan bukti nyata mengenai berbagai bentuk kehidupan yang ada jauh sebelum manusia ada. Tetapi, fosil belum memberikan bukti seperti yang diharapkan untuk mendukung gagasan evolusi tentang bagaimana kehidupan dimulai atau bagaimana jenis-jenis baru muncul setelahnya. Mengenai tidak adanya fosil transisi yang menjembatani jurang-jurang pemisah biologis, Francis Hitching berkomentar, ”Anehnya, ada satu hal yang konsisten mengenai jurang pemisah dalam catatan fosil: fosil justru tidak ada di semua bagian yang penting.”1

2 Bagian penting yang ia sebutkan adalah jurang pemisah di antara divisi-divisi utama dalam dunia binatang. Contohnya adalah ikan yang dianggap berevolusi dari invertebrata, yakni binatang yang tidak bertulang belakang. ”Ikan tahu-tahu muncul dalam catatan fosil,” kata Hitching, ”entah dari mana: secara misterius, tiba-tiba, dan wujudnya lengkap.”2 Zoolog N. J. Berrill mengomentari penjelasannya sendiri tentang asal mula ikan, demikian, ”Sedikit banyak, uraian ini adalah fiksi ilmiah.”3

3 Teori evolusi berasumsi bahwa ikan menjadi amfibi, beberapa amfibi menjadi reptilia, dari reptilia muncullah mamalia dan burung, dan akhirnya beberapa mamalia menjadi manusia. Di pasal sebelumnya telah diperlihatkan bahwa catatan fosil tidak mendukung pendapat itu. Pasal ini akan menyoroti betapa tidak masuk akalnya asumsi tentang tahap-tahap transisi itu. Seraya Anda terus membaca, pikirkan: Mungkinkah perubahan-perubahan demikian terjadi secara spontan, tanpa pengarahan?

Apa yang Dikatakan Catatan Fosil


Pasal 5

 

FOSIL adalah sisa berbagai bentuk kehidupan zaman dahulu yang terawetkan dalam kerak bumi. Fosil bisa berupa kerangka tulang atau bagian-bagiannya seperti tulang, gigi atau cangkang. Fosil juga bisa berupa bekas-bekas kegiatan makhluk yang pernah hidup, misalnya jejak kaki. Banyak fosil tidak lagi mengandung bahan-bahan asli tetapi terbentuk dari endapan mineral yang telah menyerap ke dalamnya dan melestarikan bentuknya.

2 Mengapa fosil penting bagi evolusi? Ahli genetika G. L. Stebbins menyebutkan satu alasan utama, ”Tidak ada biolog yang pernah menyaksikan asal mula sebuah kelompok utama organisme melalui evolusi.”1 Jadi, makhluk-makhluk hidup di bumi sekarang ini tidak terlihat berevolusi menjadi makhluk lain. Malahan, semuanya sudah memiliki bentuk yang lengkap dan berbeda dari jenis lainnya. Seperti yang dinyatakan ahli genetika Theodosius Dobzhansky, ”Tidak ada bentuk-bentuk peralihan yang menghubungkan setiap makhluk hidup untuk membentuk rangkaian yang mulus dan tak terputus.”2 Dan, Charles Darwin mengakui bahwa ”perbedaan berbagai bentuk [kehidupan] spesifik dan fakta bahwa semua itu tidak dapat dipadukan oleh mata-mata rantai transisi yang tak terhitung jumlahnya, merupakan masalah yang sangat pelik”.3

3 Maka, perbedaan yang jelas pada makhluk-makhluk yang hidup sekarang tidaklah mendukung teori evolusi. Itu sebabnya catatan fosil menjadi begitu penting. Setidaknya, fosil dianggap akan memberikan bukti yang dibutuhkan teori evolusi.

Dapatkah Kehidupan Muncul secara Kebetulan?


Pasal 4

 

SEWAKTU Charles Darwin mengemukakan teori evolusi, ia mau tak mau mengakui bahwa kehidupan mungkin ”pada mulanya diembuskan oleh sang Pencipta ke dalam satu atau beberapa bentuk”.1 Tetapi, teori evolusi masa kini umumnya tidak menyebut-nyebut adanya Pencipta. Sebaliknya, teori generatio spontanea (terbentuknya kehidupan secara spontan) yang pernah ditolak, telah dimunculkan kembali dalam bentuk yang agak berbeda.

2 Suatu bentuk konsep generatio spontanea telah dipercayai sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-17 M, bahkan para ilmuwan yang disegani, seperti Francis Bacon dan William Harvey, mempercayai teori itu. Tetapi, pada abad ke-19, Louis Pasteur dan beberapa ilmuwan lain tampaknya telah meruntuhkan teori tersebut, karena eksperimen mereka membuktikan bahwa kehidupan hanya dapat berasal dari kehidupan yang sudah ada. Meskipun demikian, karena dirasa perlu, teori evolusi mengemukakan asumsi bahwa dahulu kala, entah bagaimana, kehidupan mikroskopis pasti telah muncul secara spontan dari benda mati.

Apa Kata Buku Kejadian?.....dari Bible.


Pasal 3

 

HAL-HAL yang disalahgambarkan atau disalahmengerti setidaknya patut diperiksa dengan jujur. Demikian pula halnya dengan pasal pertama Alkitab. Isinya perlu diselidiki dan dipastikan, apakah selaras dengan fakta-fakta yang ada, tidak dicocok-cocokkan dengan teori tertentu. Selain itu, perlu diingat bahwa catatan di buku Kejadian tidak ditulis untuk menunjukkan ”bagaimana” penciptaan terjadi. Sebaliknya, buku itu menceritakan peristiwa-peristiwa utama secara progresif, menjelaskan apa saja yang dijadikan, urutannya, dan jangka waktu, atau ”hari”, ketika setiap peristiwa mulai terjadi.

2 Sewaktu memeriksa catatan Kejadian, ada baiknya mengingat bahwa isinya dituturkan dari sudut pandang manusia di bumi. Maka, berbagai peristiwanya diceritakan sebagaimana terlihat oleh seorang pengamat seandainya manusia telah ada pada waktu itu. Ini dapat terlihat dari uraian tentang peristiwa pada ”hari” keempat. Matahari dan bulan dilukiskan sebagai benda penerang yang besar dibandingkan dengan bintang-bintang. Sebenarnya, banyak bintang lebih besar daripada matahari kita, dan bulan tidak ada artinya jika dibandingkan dengan bintang-bintang itu. Tetapi, tidak demikian bagi seorang pengamat di bumi. Maka, dari bumi, matahari tampak sebagai ’penerang yang lebih besar yang berkuasa atas siang’ dan bulan, ’penerang yang lebih kecil yang berkuasa atas malam’.—Kejadian 1:14-18.

3 Bagian awal buku Kejadian menunjukkan bahwa bumi bisa jadi sudah ada miliaran tahun sebelum ”hari” pertama di buku Kejadian, walaupun tidak dikatakan berapa lama. Namun, buku itu menjelaskan bagaimana keadaan bumi tepat sebelum ”hari” pertama dimulai, ”Bumi belum berbentuk dan kosong dan kegelapan ada di atas permukaan air yang dalam; dan tenaga aktif Allah bergerak ke sana kemari di atas permukaan air.”—Kejadian 1:2.

Kamis, 15 Agustus 2013

Pro dan Kontra Seputar Evolusi—Mengapa?


Pasal 2

Sewaktu edisi khusus 100 tahun The Origin of Species karya Darwin akan diterbitkan, W. R. Thompson, yang kala itu adalah direktur Lembaga Pengendalian Biologi Persemakmuran di Ottawa, Kanada, diundang untuk menulis kata pengantarnya. Ia menulis, ”Sebagaimana kita ketahui, ada perbedaan pendapat yang besar di kalangan para biolog, tidak saja mengenai penyebab evolusi, tetapi bahkan mengenai proses yang sebenarnya. Perbedaan ini timbul karena buktinya tidak memuaskan dan tidak membantu tercapainya kesimpulan yang pasti. Maka, selayaknyalah pro dan kontra seputar evolusi itu dibawa ke perhatian masyarakat non-ilmiah”a

Kehidupan—Bagaimana Asal Mulanya?


Pasal 1

 

KEHIDUPAN ada di mana-mana di sekitar kita. Hal itu nyata dari dengungan serangga, kicauan burung, dan gemeresik binatang kecil di sela-sela semak. Kehidupan terdapat di kutub yang dingin dan gurun yang gersang. Kehidupan ada di permukaan laut yang diterpa sinar matahari sampai di bagian-bagiannya yang paling dalam dan gelap. Tinggi di angkasa, makhluk-makhluk kecil beterbangan. Di bawah telapak kaki kita, triliunan mikroorganisme bekerja di dalam tanah, menyuburkannya untuk tanaman hijau, yang menunjang beraneka bentuk kehidupan lainnya.

2 Begitu limpah dan beragamnya kehidupan di bumi sehingga sulit untuk dibayangkan. Bagaimana asal mula semua ini? Planet kita beserta semua penghuninya—bagaimana terjadinya? Khususnya, bagaimana asal mula manusia? Apakah kita berevolusi dari binatang yang mirip kera? Atau, apakah kita diciptakan? Bagaimana persisnya sampai kita ada di sini? Dan, apa pengaruh jawabannya atas masa depan kita? Pertanyaan-pertanyaan semacam ini sudah ada sejak lama dan banyak orang belum juga memperoleh jawabannya.

Lahirnya Kosmologi Modern; Hasil Pergulatannya dengan Agama

 



Kata kosmologi sendiri berasal dari kata Yunani, Kosmos. Kata ini pada masa Yunani Kuno dipakai oleh Pythagoras untuk menggambarkan keteraturan dan keselarasan benda-benda langit. Akan tetapi pada perkembangan selanjutnya kata kosmologi tidak lagi dipakai dalam hal penjelajahan alam semesta, terutama ketika zaman Aristoteles. Langit dijadikan objek pemujaan sebagaimana berlangsung pada masa Babilonia. Yang ada hanyalah bidang astronomi yang mengkaji tentang perhitungan gerak benda-benda langit atau ramal meramal nasib yang merupakan wilayah astrologi, sedangkan aspek langit lainnya merupakan kawasan yang dikuasai oleh teologi.

Setelah itu kosmologi baru muncul kembali dalam karya penting Thomas Aquinas, Summa Theologica. Kemudian pada abad ke-18 Christian Wolff menggunakan kata ini untuk membagi wilayah kajian filsafat. Dalam pengertian Wolff, kosmologi adalah telaah tentang sistem kosmik, yang diselidiki menurut inti dan hakikatnya yang mutlak, baik menurut segi material maupun menurut maknanya. Hal ini berarti bahwa―dalam spekulasi filosofis mengenai kosmos― obyek-obyek kosmologi tidak secara a priori dibatasi pada benda fisika-kimia ataupun biotik (makhluk hidup), melainkan juga manusia dan kosmos sejauh dialami oleh manusia.

Rabu, 14 Agustus 2013

Kisah Penemuan Galaksi Bima Sakti (Bagian Pertama)

Selasa, 24 April 2012

 

Selarik kabut di langit yang kita kenal dengan Bima Sakti atau "Jalur Susu'' bagi orang Yunani dan Romawi kuno. Kabut ini membentang melintasi seluruh bola langit, sebagaimana ditunjukkan oleh foto panorama Bima Sakti pada gambar bawah. Sumber: Atas: Jerry Lodriguss/Astropix.com. Bawah: Bruno Gilli/ESO.

Bila kita memiliki kesempatan untuk pergi ke daerah yang jauh dari cahaya lampu perkotaan dan cuaca betul-betul cerah tanpa awan, kita akan dapat melihat selarik kabut yang membentang di langit. “Kabut” itu ikut bergerak sesuai dengan gerakan semu langit, terbit di timur dan terbenam di barat.

Keberadaan kabut ini telah dijelaskan keberadaannya oleh berbagai peradaban semenjak lama. Di kalangan masyarakat Jawa kuno, pada musim kemarau kabut ini melewati zenith, membentang dari timur ke barat, menyerupai sepasang kaki yang mengangkangi Bumi. Kaki ini adalah milik Bima, anggota keluarga Pandawa yang diceritakan dalam pewayangan Mahabharata. Demikian besar tubuhnya dan betapa saktinya ia, sehingga kabut itu dinamakan Bima Sakti, sebuah nama yang hingga saat ini masih kita gunakan untuk menamai gumpalan kabut tersebut.

Selasa, 13 Agustus 2013

Alam semesta yang sangat misterius

Alam semesta ternyata lebih misterius dari yang diperkirakan. Berbagai penemuan terbaru di bidang astro-fisika, justru membuka semakin banyak teka-teki. Berdasarkan perhitungan terbaru, diketahui sebagian besar isi alam semesta, terdiri dari materi atau energi yang belum diketahui wujudnya.

Materi yang kasat mata, rupanya hanya sebagian kecil saja dari keseluruhan materi di alam semesta. Bintang-bintang, planet dan gas antar galaksi, volumenya hanya sekitar lima persen dari volume alam semesta secara keseluruhan. Materi dan energi yang tidak kasat mata itu, diberi nama materi gelap dan energi gelap, terbukti memainkan peranan sangat menentukan di alam semesta.

Para pakar astro-fisika ibaratnya bermain petak umpet, dengan materi gelap dan energi gelap tsb. Sebab sejauh ini, belum ada yang dapat mengetahuinya. Namun indikator mengenai keberadaan energi gelap sangat jelas. Misalnya saja, ketika mengamati galaksi atau bintang dan planet di alam semesta, para pakar astro-fisika bertanya-tanya, gaya apa yang menjaga hingga komposisinya tetap teratur dan tidak berhamburan.