Rabu, 30 Oktober 2013
Sejarah manusia menurut buku kejadian.
Buku pertama dalam Pentateukh (bhs. Yunani untuk ”lima gulungan”
atau ”lima buku terjilid”). ”Kejadian” (artinya ”Asal Usul; Kelahiran”) adalah
nama yang diberikan kepada buku pertama dari lima buku ini dalam Septuaginta
Yunani, sedangkan judul Ibraninya Bereʼ·syith′ (Pada Mulanya) diambil
dari kata pertama dalam kalimat pembukaannya.
Waktu dan Tempat Penulisan. Tampaknya, buku Kejadian adalah bagian dari
satu karya tulis asli (Taurat), yang mungkin dirampungkan oleh Musa di Padang
Belantara Sinai pada tahun 1513 SM. Setelah Kejadian 1:1, 2 (yang
menyebutkan penciptaan langit dan bumi), buku ini rupanya meninjau rentang
waktu ribuan tahun sewaktu bumi dipersiapkan untuk dihuni manusia (lihat
CIPTAAN; PENCIPTAAN; dan HARI), kemudian meninjau periode sejak penciptaan
manusia sampai tahun 1657 SM, ketika Yusuf mati.—Lihat KRONOLOGI (Dari
Penciptaan Manusia sampai Sekarang).
Penulis. Beberapa orang skeptis mengemukakan bahwa tulisan belum dikenal
pada zaman Musa, namun sekarang keberatan ini pada umumnya diabaikan. Dalam
bukunya New Discoveries in Babylonia About Genesis
(1949, hlm. 35), P. J. Wiseman mengemukakan bahwa riset
arkeologis memberikan banyak bukti bahwa ”seni menulis dimulai sangat awal
dalam sejarah manusia”. Hampir semua pakar modern mengakui bahwa tulis-menulis
sudah ada jauh sebelum zaman Musa (milenium kedua SM). Pernyataan seperti yang
terdapat di Keluaran 17:14, ”Tuliskanlah hal ini dalam buku agar
diingat,” mendukung fakta bahwa pada zaman Musa tulis-menulis merupakan hal
yang lazim. Adam pasti memiliki kesanggupan untuk merancang suatu bentuk
tulisan, karena Allah telah memberikan suatu bahasa kepadanya, sebagai manusia
sempurna, dengan kesanggupan untuk menggunakannya secara sempurna, bahkan
sampai bisa menggubah sebuah puisi.—Kej 2:19, 23.
Dari mana Musa memperoleh informasi
yang ia masukkan dalam buku Kejadian?
Semua informasi yang terdapat dalam buku Kejadian menceritakan
peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum Musa lahir. Informasi itu bisa jadi ia
terima secara langsung melalui penyingkapan ilahi. Jelas bahwa informasi yang
berhubungan dengan peristiwa-peristiwa sebelum penciptaan manusia harus
diterima dengan cara ini, baik oleh Musa ataupun seseorang sebelum dia. (Kej
1:1-27; 2:7, 8) Namun, informasi ini dan perincian-perincian lainnya bisa
saja disampaikan kepada Musa melalui kisah lisan turun-temurun. Mengingat
jangka hidup manusia yang panjang pada masa itu, informasi tersebut dapat
diteruskan dari Adam kepada Musa hanya melalui lima mata rantai penyambung
informasi, yakni Metuselah, Sem, Ishak, Lewi, dan Amram. Kemungkinan ketiga
adalah bahwa Musa memperoleh banyak informasi untuk Kejadian dari tulisan atau
dokumen yang sudah ada. Sejak abad ke-18, Campegius Vitringa, pakar
berkebangsaan Belanda, menganut pandangan ini dan ia mendasari kesimpulannya
atas fakta bahwa di Kejadian berulang kali (sepuluh kali) muncul ungkapan
(dalam KJ) ”inilah generasi”, dan satu kali ”inilah buku generasi”. (Kej
2:4; 5:1; 6:9; 10:1; 11:10, 27; 25:12, 19; 36:1, 9; 37:2) Dalam
ungkapan ini, kata Ibrani untuk ”generasi” adalah toh·le·dhohth′, yang
lebih tepat diterjemahkan menjadi ”sejarah” atau ”asal usul”. Misalnya, ”generasi
langit dan bumi” sama sekali tidak tepat makna, sedangkan ”sejarah
langit dan bumi” mempunyai makna yang dapat dimengerti. (Kej 2:4) Selaras
dengan hal itu, Alkitab bahasa Jerman Elberfelder, Alkitab bahasa
Prancis Crampon, dan Alkitab bahasa Spanyol Bover-Cantera
semuanya menggunakan istilah ”sejarah”, seperti halnya Terjemahan Dunia
Baru. Sebagaimana dewasa ini manusia berminat akan catatan sejarah yang
akurat, pastilah demikian halnya sejak semula.
Karena alasan-alasan tersebut, Vitringa dan yang lain-lain mengerti
bahwa setiap penggunaan kata toh·le·dhohth′ di Kejadian adalah untuk
merujuk ke dokumen sejarah tertulis yang telah dimiliki Musa dan yang ia
andalkan sebagai sumber untuk sebagian besar informasi yang dicatat di
Kejadian. Menurut mereka, orang-orang yang namanya langsung disebutkan setelah
”sejarah” (Adam, Nuh, putra-putra Nuh, Sem, Terah, Ismael, Ishak, Esau, dan
Yakub) adalah penulisnya atau pemilik semula dokumen-dokumen tertulis itu.
Namun, hal ini masih tidak menjelaskan bagaimana semua dokumen itu bisa
dimiliki Musa, dan juga mengapa dokumen-dokumen yang diperoleh dari orang-orang
yang tidak dikenal sebagai penyembah Yehuwa yang setia (seperti Ismael dan
Esau) bisa menjadi sumber banyak informasi yang digunakan. Mungkin sekali
ungkapan ”Inilah sejarah” hanyalah frasa pengantar sehingga bagian-bagian yang
beragam dapat dipisah-pisahkan dengan mudah dalam seluruh sejarah yang panjang.
Bandingkan caranya Matius menggunakan ungkapan yang serupa sebagai pengantar
catatan Injilnya.—Mat 1:1; lihat TULIS, MENULIS.
Oleh karena itu, kita tidak dapat menarik kesimpulan yang pasti mengenai
sumber langsung yang menyediakan informasi yang Musa catat. Bisa jadi informasi
itu diterimanya tidak hanya melalui salah satu di antara metode-metode yang
telah kita bahas, tetapi melalui ketiga-tiganya, sebagian melalui penyingkapan
langsung, sebagian melalui penyampaian lisan, sebagian melalui catatan-catatan
tertulis. Yang penting adalah bahwa Allah Yehuwa membimbing nabi Musa sehingga
ia menulis di bawah ilham ilahi.—2Ptr 1:21.
Buku ini dimaksudkan sebagai pembimbing terilham bagi generasi-generasi
mendatang. Isinya harus dibacakan kepada bangsa itu pada berbagai kesempatan
(Ul 31:10-12; 2Raj 23:2, 3; Neh 8:2, 3, 18), dan para raja Israel
harus berpegang pada instruksi-instruksi yang terdapat di dalamnya.—Ul
17:18, 19.
”Teori Dokumen” para Kritikus. Menurut teori beberapa kritikus Alkitab,
Kejadian bukan karya satu penulis atau penyusun, yakni Musa, melainkan karya
beberapa penulis, dan di antara para penulis itu ada yang hidup lama setelah
zaman Musa. Atas dasar adanya gaya penulisan dan penggunaan kata yang dianggap
berbeda, mereka mengemukakan apa yang disebut teori dokumen. Menurut teori ini,
ada tiga sumber, yang mereka sebut ”Y” (Yahwis), ”E” (Elohis), dan ”P”
(Ing. Priest Codex, artinya Kodeks Imam). Karena peristiwa
tertentu disebutkan dua kali atau karena ada kisah-kisah yang mirip di berbagai
bagian buku Kejadian, ada yang menambahkan sumber-sumber lain lagi, sampai-sampai
memilah-milah buku Kejadian dan menyatakan bahwa ada 14 sumber terpisah.
Mereka berpendapat bahwa berbagai sumber atau penulis itu memang menganut
pandangan dan paham teologi yang berbeda, sekalipun demikian buku Kejadian
sebagai produk gabungan dari sumber-sumber ini dengan satu atau lain cara
membentuk suatu keseluruhan yang berkaitan. Untuk mendukung teori tersebut,
mereka mengajukan banyak argumen tidak masuk akal yang beberapa di antaranya
dapat kita sebutkan.
Dasar semula untuk teori dokumen adalah digunakannya berbagai gelar
untuk Allah; menurut para kritikus hal ini membuktikan adanya beberapa penulis.
Namun, pandangan demikian tidak masuk akal; hal ini
terbukti dari fakta bahwa dalam satu bagian kecil saja dari buku
Kejadian kita menemukan gelar-gelar berikut: ”Allah Yang Mahatinggi” (ʼEl
ʽEl·yohn′, Kej 14:18); ”Yang Menjadikan langit dan bumi” (14:19); ”Tuan
Yang Berdaulat ” (ʼAdho·nai′, 15:2); ”Allah yang melihat” (16:13);
”Allah Yang Mahakuasa” (ʼEl Syad·dai′, 17:1); ”Allah” (ʼElo·him′,
17:3); ”Allah yang benar” (ha·ʼElo·him′, 17:18); ”Hakim segenap bumi”
(18:25). Apabila atas dasar ini seseorang berupaya menyatakan bahwa tiap-tiap
bagian tersebut ditulis bukan oleh orang yang sama, ia akan menemui
kesulitan-kesulitan yang tak terpecahkan dan juga tidak masuk akal. Padahal,
berbagai gelar yang diterapkan untuk Allah dalam Kejadian sebenarnya digunakan
karena makna gelar-gelar tersebut, dengan maksud menyingkapkan Yehuwa menurut
berbagai sifat-Nya, karya-Nya yang beraneka ragam, dan cara Ia berurusan dengan
umat-Nya.
Contoh-contoh lain adalah: Karena penggunaan kata ba·raʼ′,
”menciptakan”, Kejadian 1:1 dianggap ditulis oleh sumber yang disebut ”P”.
Namun, kata yang sama terdapat di Kejadian 6:7 yang katanya berasal dari sumber
”Y”. Ungkapan ”tanah Kanaan” yang muncul dalam beberapa ayat (antara lain di
Kej 12:5; 13:12a; 16:3; 17:8) dianggap sebagai ciri khas penulis yang dikenal
sebagai ”P”, dan karena itu para kritikus tersebut berpendapat bahwa ”P” yang
menulis bagian-bagian ini. Akan tetapi, di pasal 42, 44, 47, dan 50,
terdapat ungkapan yang sama dalam bagian tulisan yang oleh para kritikus yang
sama dianggap sebagai karya ”Y” dan ”E”. Jadi, meskipun para kritikus
menyatakan bahwa teori-teori mereka diperlukan untuk menjelaskan apa yang dianggap
tidak konsisten dalam Kejadian, setelah diperiksa teori-teori itu sendiri
ternyata penuh dengan hal-hal yang tidak konsisten.
Apabila bahan yang dianggap berasal dari tiap-tiap sumber teoretis itu
dipisahkan bagian demi bagian, serta kalimat demi kalimat, dari catatan
Kejadian lalu dipadukan kembali, kita akan mendapati sejumlah catatan yang
masing-masing tidak logis dan tidak berpautan. Seandainya kita percaya bahwa
berbagai sumber tersebut digunakan dan digabungkan oleh seorang penyusun lain di
kemudian hari, kita dipaksa untuk percaya bahwa catatan-catatan yang tidak
berpautan ini, sebelum digabungkan, telah diterima sebagai sejarah dan
digunakan selama berabad-abad oleh bangsa Israel. Namun, penulis mana,
khususnya seorang sejarawan, yang mau menyusun narasi-narasi yang demikian
tidak berkaitan, dan andaikan ia mau melakukannya, bangsa mana yang akan
menerima narasi-narasi tersebut sebagai sejarah nasionalnya?
Sewaktu menggambarkan betapa tidak masuk akalnya para pendukung ”teori
dokumen” ini, seorang Egiptolog bernama K. A. Kitchen berkomentar,
”Dalam penganalisisan Pentateukh sudah lama ada kebiasaan untuk membagi seluruh
isinya menjadi dokumen-dokumen atau ’tangan-tangan [penulis]’. . . .
Namun, kebiasaan dalam penganalisisan Perjanjian Lama, yaitu menganggap
ciri-ciri ini sebagai milik ’tangan-tangan’ atau dokumen-dokumen yang berbeda,
jelas-jelas tidak masuk akal apabila diterapkan pada tulisan-tulisan Timur kuno
lainnya yang memperlihatkan fenomena yang persis sama.” Kemudian ia mengutip
contoh dari sebuah biografi Mesir yang mungkin, menurut metode teoretis yang
digunakan oleh para kritikus Kejadian, dapat dianggap sebagai karya
”tangan-tangan” yang berbeda, tetapi bukti memperlihatkan bahwa biografi
tersebut ”dicetuskan, disusun, ditulis, dan dipahat dalam waktu berbulan-bulan,
berminggu-minggu, atau bahkan dalam waktu yang lebih singkat. Tidak ada
’tangan-tangan’ di balik gaya penulisannya, yang semata-mata bervariasi sesuai
dengan pokok yang sedang dibahas dan cara penanganan yang cocok”. (The New
Bible Dictionary, diedit oleh J. Douglas, 1980, hlm. 349)
Kelemahan teori-teori para kritikus sebenarnya semakin meneguhkan bukti bahwa
hanya satu orang, yaitu Musa, yang mencatat kisah yang berkaitan dan berpautan
yang terdapat dalam Kejadian di bawah ilham Allah.
Kejadian sebagai Buku Sejarah. Kejadian adalah satu-satunya sumber yang
dikenal manusia yang menyediakan sejarah yang logis dan berpautan mengenai
hal-hal yang ada sejak awal. Tanpa sejarah faktual tentang pria dan wanita
pertama, kita hanya akan memiliki cerita-cerita khayalan atau penjelasan
alegoris mengenai asal mula manusia yang terdapat dalam catatan bangsa-bangsa
kafir tentang kisah penciptaan. Pembandingan antara buku Kejadian dan catatan
bangsa-bangsa kafir itu dengan jelas memperlihatkan keunggulan catatan Alkitab.
Misalnya, mitos utama Babilonia mengatakan bahwa dewa Marduk, yaitu dewa
utama Babilon, membunuh dewi Tiamat, kemudian mengambil mayatnya dan
”membelahnya seperti kerang menjadi dua bagian: Belahan yang satu diangkatnya
dan dijadikan langit”. Demikianlah kisah munculnya bumi dan langit. Sehubungan
dengan penciptaan kehidupan manusia, mitos ini menyatakan bahwa para dewa
menangkap dewa Kingu dan mereka ”menghukumnya karena kesalahannya dan mengerat
(pembuluh-pembuluh) darahnya. Dari darahnya mereka membentuk manusia”. (Ancient
Near Eastern Texts, diedit oleh James Pritchard, 1974,
hlm. 67, 68) Mitos Mesir tentang penciptaan juga menceritakan
kegiatan berbagai dewa, tetapi mereka tidak sependapat mengenai dewa dari kota
mana (Memfis atau Tebes) yang memulai penciptaan. Sebuah mitos Mesir
menceritakan bahwa Ra, dewa matahari, menciptakan umat manusia dari air
matanya. Mitos Yunani banyak persamaannya dengan mitos Babilonia. Catatan Cina
kuno kebanyakan memuat kalender dan perhitungan kronologi atau merupakan
catatan tentang hal-hal menarik yang bersifat lokal atau sementara.
Tidak satu pun di antara sumber-sumber kuno tersebut dapat memberikan
kepada kita sejarah, silsilah, dan kronologi yang tersedia dalam buku Kejadian.
Tulisan bangsa-bangsa kuno pada umumnya memperlihatkan ketidakpastian dan
kesimpangsiuran mengenai siapa para leluhur pendiri bangsa mereka. Berbeda
sekali dengan sejarah awal Israel yang disajikan dengan kepastian dan
perincian. Memang, demikianlah seharusnya yang kita harapkan, mengingat
maksud-tujuan Allah sehubungan dengan umat-Nya. Alkitab memberi tahu kita bahwa
bangsa Israel diperintah langsung oleh Allah dan bahwa Ia berurusan dengan para
leluhur mereka, khususnya Abraham, Ishak, dan Yakub. Kemudian Ia menggunakan
Musa dengan cara yang sangat istimewa, yaitu melalui dia Israel diberi Hukum
yang membentuk mereka sebagai bangsa. Sejarah Israel dalam bentuk catatan tidak
saja bermanfaat bagi Israel, tetapi juga bagi semua orang yang ingin belajar
tentang jalan serta perbuatan Allah yang benar dan yang ingin melayani Dia.
Sewaktu menjawab orang-orang yang menolak banyak bagian dari buku
Kejadian dengan menyatakannya sebagai dongeng atau cerita rakyat, Wilhelm
Möller mengatakan, ”Saya tidak percaya bahwa orang dapat diyakinkan bahwa dalam
ras mana pun dongeng dan mitos akan semakin diterima sebagai fakta aktual
seraya waktu berlalu, sehingga kita sekarang mungkin harus bersedia menerima
Nibelungenlied [syair epik Jerman] atau dongeng Si Topi Merah sebagai kebenaran
sejarah. Tetapi hal inilah, menurut para kritikus, yang terjadi di Israel.” (The
International Standard Bible Encyclopaedia, diedit
oleh J. Orr, 1960, Jil. II, hlm. 1209) Selanjutnya, ia menandaskan bahwa
para nabi mengakui catatan tentang pembinasaan Sodom dan Gomora sebagai
kebenaran (Yes 1:9; Am 4:11) dan bahwa mereka mengakui Abraham, Ishak, Yakub,
dan Yusuf sebagai tokoh-tokoh nyata. (Yes 29:22; Mi 7:20) Tidak hanya itu,
tetapi dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen, Abraham disebutkan dalam banyak ayat,
bahkan oleh Yesus Kristus di Matius 22:32, sehubungan dengan argumen mengenai
kebangkitan. Seandainya Abraham, Ishak, dan Yakub tidak benar-benar hidup,
Yesus pasti menggunakan ilustrasi lain.—Mat 22:31-33.
Nilai Buku Ini. Kejadian menceritakan bagaimana alam semesta menjadi
ada. Dengan cara yang terus terang Kejadian menguraikan keajaiban-keajaiban penciptaan,
tanpa mengaburkan tujuan utama buku ini. Tidak seperti kisah-kisah kafir
tentang penciptaan yang mengutamakan keajaiban-keajaiban ini dan menggunakan
hal-hal yang tidak masuk akal serta jelas-jelas tidak benar untuk
menonjolkannya. Buku Kejadian menceritakan pekerjaan penciptaan, dan
memperlihatkan maksud-tujuan Allah dalam menciptakan manusia, hubungan manusia
dengan Allah, dan hubungan manusia dengan binatang. Buku ini memberi tahu kita
alasan adanya kematian dan kesusahan yang dialami umat manusia dan harapan
pembebasan. Buku Kejadian mengemukakan bahwa semua orang berasal dari satu
manusia, Adam, yang telah berdosa dan kehilangan kehidupan bagi keturunannya;
dengan demikian, kita dapat memahami bagaimana korban tebusan satu orang
manusia, Yesus Kristus, dapat menjadi penutup dosa-dosa umat manusia melalui
pendamaian. Kejadian memungkinkan kita melihat bagaimana masalah keabsahan
kedaulatan Allah diajukan oleh ular simbolis, Setan si Iblis. Buku ini memberi
kita harapan yang pasti tentang pembinasaan Setan dan kelepasan bagi umat
manusia. Buku ini menceritakan asal usul Babilon dan dengan demikian juga asal
usul semua agama palsu di bumi sebelum Air Bah, sehingga membantu kita
mengidentifikasi Babilon Besar dalam buku Penyingkapan.—Lihat BABILON BESAR.
Yesus mengatakan bahwa siapa pun yang ingin melayani Allah harus
menyembah Dia dengan roh dan kebenaran. (Yoh 4:24) Catatan Kejadian
mengemukakan kebenaran mengenai asal mula manusia dan cara Allah berurusan
dengannya. Karena segala sesuatu yang dicatat di Kejadian adalah benar dan
tidak didasarkan atas mitos, kita dapat mengetahui kebenaran tentang sejarah
manusia. Kita dapat melihat bahwa sebelum Air Bah manusia pasti mengetahui
kebenaran catatan Alkitab tentang Eden, karena taman itu ada di sana dan para
kerub ada di gerbangnya dengan pedang-pedang yang bernyala-nyala. (Kej 3:24)
Akan tetapi, orang-orang yang ingin menempuh jalan mereka sendiri mengabaikan
fakta-fakta yang ada sebelum mereka. Namun, Nuh melayani Allah menurut jalan
yang semula ditetapkan sewaktu manusia diciptakan untuk melayani-Nya,
berdasarkan sejarah yang sesungguhnya. Setelah Air Bah, meskipun
Nimrod memulai pemberontakan melawan Allah di Menara Babel, para patriark
melalui garis keturunan Sem tetap berpaut pada jalan kehidupan yang benar.
Ketika tiba waktunya bagi Allah untuk mengorganisasi Israel menjadi suatu
bangsa dan memberi mereka Hukum, hal itu bukan sesuatu yang sama sekali baru
bagi mereka, bukan suatu perubahan yang drastis dalam jalan hidup mereka.
Bukan, karena sebagai masyarakat patriarkat banyak hal yang terdapat dalam
Hukum sudah mereka lakukan. Sebagaimana dinyatakan Cyclopædia karya
M’Clintock dan Strong (1881, Jil. III, hlm. 782), ”Teokrasi ini tidak
mungkin muncul dalam sejarah tanpa peristiwa-peristiwa pendahuluan. Fakta-fakta
yang mengarah kepada diperkenalkannya teokrasi terdapat dalam catatan
Kejadian.”
Selanjutnya, hal tersebut mempersiapkan jalan bagi sang Mesias dan
diperkenalkannya Kekristenan. Sewaktu Yesus Kristus tiba, orang-orang yang
telah berupaya sebisa-bisanya untuk hidup menurut Hukum segera dapat mengenali
identitasnya. Ia tidak muncul secara tiba-tiba dan memperkenalkan dirinya
sebagai pembebas dan pemimpin besar tanpa latar belakang atau bukti-bukti
sejarah. Latar belakang yang sudah disediakan mulai dari buku Kejadian telah
memungkinkan orang-orang berhati jujur untuk mengenali dan mengikuti dia.
Karena itu, organisasi orang Kristen Yahudi yang kuat dapat didirikan sebagai
inti, siap menyampaikan berita injil yang meyakinkan kepada bangsa-bangsa.
Bangsa-bangsa kafir telah dijauhkan dari kebenaran oleh para leluhur mereka.
Mereka ”terasing dari warga Israel, dan sehubungan dengan perjanjian-perjanjian
berkenaan dengan janji itu kamu adalah orang asing, dan . . . tidak
mempunyai harapan, tanpa Allah dalam dunia ini”. (Ef 2:12) Karena itu, sejak
semula mereka harus mempelajari prinsip-prinsip Allah sebelum mereka menjadi
orang Kristen.
Maka, Kejadian menyediakan dasar yang bernilai untuk dapat memahami
semua buku lain dalam Alkitab dan sangat penting bagi Kekristenan. Buku ini
menetapkan tema bagi Alkitab, yakni pembenaran kedaulatan Yehuwa dan
penggenapan lengkap maksud-tujuan-Nya bagi bumi, melalui Kerajaan-Nya di bawah
Benih yang dijanjikan. Selain nubuat yang pertama sekali dan yang utama di
Kejadian 3:15, buku Kejadian memuat banyak nubuat lainnya, yang di antaranya
banyak sekali yang telah digenapi sejak penyusunannya.
[Kotak di hlm. 1202]
POKOK-POKOK PENTING KEJADIAN
Catatan tentang Allah menciptakan dan mempersiapkan bumi untuk dihuni
manusia, tentang peranan umat manusia dalam maksud-tujuan Allah, dan tentang
cara Allah berurusan dengan orang-orang beriman selama kira-kira 2.300 tahun
dalam sejarah awal manusia
Meninjau periode sejak awal ciptaan fisik sampai kematian Yusuf di Mesir
(1657 SM)
Penciptaan langit dan bumi, dan persiapan bumi untuk dihuni manusia
(1:1–2:25)
Dosa dan kematian masuk ke dalam dunia; ’benih’ dinubuatkan sebagai pembebas
(3:1–5:5)
Ular mengelabui wanita; wanita itu dan Adam makan buah terlarang
Ular, wanita, dan Adam divonis; benih wanita akan meremukkan ular
Kain, putra sulung Adam dan Hawa, membunuh Habel, adiknya
Sebagai penggenapan penghakiman dari Allah, Adam mati pada usia 930
tahun
Para malaikat dan orang-orang fasik merusak bumi; Allah mendatangkan Air
Bah sedunia (5:6–11:9)
Nuh lahir melalui garis keturunan putra Adam, Set; pada zamannya para
malaikat yang tidak taat mengawini wanita-wanita dan memperanakkan orang-orang
Nefilim, yang memuaskan diri dalam tindakan kekerasan
Yehuwa menetapkan pembinasaan melalui banjir besar tetapi memerintahkan
Nuh untuk membangun sebuah bahtera agar keluarganya dan jenis-jenis dasar satwa
dapat dilestarikan
Banjir menenggelamkan seluruh bumi; semua orang, makhluk terbang, dan
binatang darat di luar bahtera musnah
Setelah Air Bah, Yehuwa melarang orang untuk makan darah, mengesahkan
hukuman mati bagi pembunuh, dan mengadakan perjanjian pelangi, berupa janji
untuk tidak akan pernah lagi mendatangkan banjir besar
Selama generasi kedua yang lahir setelah Air Bah, orang mulai membangun
sebuah menara, mengabaikan maksud-tujuan Allah agar mereka tersebar luas;
Yehuwa mengacaukan bahasa mereka sehingga mereka tercerai-berai
Yehuwa berurusan dengan Abraham (11:10–25:26)
Abram, keturunan Sem, meninggalkan Ur karena menaati panggilan Allah
Di Kanaan, Abram dijanjikan bahwa benihnya akan menerima tanah itu
Lot berpisah dari Abram, pamannya, menetap di dekat Sodom, ditawan, dan
kemudian dibebaskan oleh Abram; Melkhizedek memberkati Abram
Abram mengambil Hagar sebagai gundik, dan Hagar melahirkan Ismael
Yehuwa mengganti nama Abram menjadi Abraham, dan nama Sarai menjadi
Sara; perjanjian sunat diadakan
Malaikat Yehuwa memberi tahu Abraham bahwa Sara akan melahirkan seorang
anak laki-laki—Ishak
Sewaktu diberi tahu mengenai penghakiman atas Sodom, Abraham memohon
demi orang adil-benar
Para malaikat mendesak Lot dan keluarganya untuk meninggalkan Sodom;
istri Lot binasa karena tidak taat
Ishak lahir; Ismael mencerca Ishak sewaktu dia disapih, yang
mengakibatkan pengusiran
Karena taat kepada Yehuwa, Abraham berusaha mengorbankan Ishak, dan ia
menerima jaminan sehubungan dengan janji-janji yang terdapat dalam perjanjian
Setelah kematian Sara, Abraham mengatur agar Ishak mendapat istri
Ribka, istri Ishak, melahirkan Esau dan Yakub
Yakub (Israel) dan 12 putranya; ke Mesir untuk memelihara kehidupan
(25:27–50:26)
Setelah Yakub membeli hak kelahiran dari Esau dengan seporsi makanan dan
belakangan, atas desakan Ribka, mendapatkan berkat Ishak yang seharusnya
diberikan kepada Esau, Yakub pergi ke Padan-aram, mencari istri
Laban, saudara laki-laki Ribka, mengelabui Yakub sehingga mengawini Lea;
Yakub kemudian mengawini Rakhel; melalui Lea dan Rakhel dan kedua hamba
perempuan mereka, Yakub memiliki 11 orang anak lelaki dan seorang anak
perempuan, Dina, sebelum meninggalkan Padan-aram bersama keluarganya
Yakub bergulat dengan seorang malaikat, dan sendi pahanya tergeser; ia
dengan gigih memegang erat-erat malaikat itu agar dapat menerima berkat, dan
namanya diganti menjadi Israel
Setelah pertemuan yang penuh damai dengan Esau, Yakub menetap di Sukot
lalu di Syikhem, tempat Dina dinodai
Rakhel meninggal ketika melahirkan putra Yakub yang ke-12, Benyamin
Putra sulung Rakhel, Yusuf, dibenci saudara-saudara tirinya, sehingga
mereka menjualnya; ia menjadi budak Potifar di Mesir
Sewaktu Yusuf dipenjarakan atas tuduhan palsu, timbul keadaan yang
menyebabkan kesanggupannya menafsirkan mimpi akhirnya diketahui Firaun
Yusuf menafsirkan mimpi Firaun sehubungan dengan suatu bala kelaparan,
sehingga ia diangkat menjadi penguasa kedua di Mesir
Bala kelaparan di Kanaan memaksa putra-putra Yakub pergi ke Mesir untuk
mendapatkan makanan; pada waktunya Yusuf menyingkapkan dirinya kepada
saudara-saudara tirinya
Yakub beserta rumah tangganya pindah ke Mesir; Yusuf mengurus mereka
Yakub meninggal di Mesir setelah mengucapkan berkat-berkat yang
mengandung nubuat atas putra-putra Yusuf, yakni Efraim dan Manasye, dan atas
ke-12 putranya sendiri
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar