1 Akan tetapi, jika Pribadi Yang Mahatinggi
bermaksud agar orang-orang yang sempurna hidup di bumi selama-lamanya di
tengah-tengah keadaan firdaus dan jika maksud-tujuan-Nya belum berubah, mengapa
tidak ada firdaus sekarang? Mengapa, sebaliknya, manusia mengalami banyak
penderitaan dan ketidakadilan selama berabad-abad?
2 Tak diragukan, sejarah umat manusia sarat
dengan kesengsaraan yang disebabkan oleh peperangan, penaklukan imperialistis,
eksploitasi, ketidakadilan, kemiskinan, bencana, penyakit, dan kematian.
Mengapa begitu banyak perkara-perkara buruk terjadi atas begitu banyak korban
yang tidak bersalah? Jika Allah mahakuasa, mengapa Ia mengizinkan penderitaan
yang luar biasa banyak selama ribuan tahun? Karena Allah merancang dan mengatur
alam semesta begitu baik, mengapa Ia mengizinkan kekacauan dan kehancuran atas
bumi?
Sebuah Contoh
3 Marilah kita menggunakan sebuah contoh untuk
melukiskan mengapa Allah yang tertib mengizinkan kekacauan di atas bumi. Coba
bayangkan, saudara berjalan di sebuah hutan dan melihat sebuah rumah. Ketika
saudara memeriksa rumah tersebut, saudara melihat bahwa rumah itu tidak
terawat. Jendelanya pecah, atapnya rusak berat, serambi depan penuh dengan
lubang-lubang, pintunya bergantung pada satu engsel, dan ledeng-ledengnya tidak
berfungsi.
4 Menghadapi kerusakan ini, apakah saudara akan
menyimpulkan bahwa tidak mungkin ada perancang yang cerdas yang telah merancang
rumah tersebut? Apakah kerusakan itu meyakinkan saudara bahwa rumah tersebut
muncul secara kebetulan saja? Atau jika saudara menyimpulkan bahwa seseorang
memang merancang dan mendirikannya, apakah saudara akan merasa bahwa orang
tersebut tidak ahli dan tidak berperasaan?
5 Sewaktu saudara memeriksa bangunannya dengan
lebih saksama, saudara melihat bahwa pada mulanya ini dibangun dengan baik dan
membuktikan adanya perawatan yang pengasih. Namun sekarang ini benar-benar
rusak dan sudah akan roboh. Apa yang dapat diperlihatkan oleh kerusakan dan
problem-problemnya? Hal-hal tersebut dapat menyatakan bahwa (1) pemiliknya
meninggal dunia; (2) ia adalah pembangun rumah yang cakap namun tidak lagi
berminat akan rumah itu; atau (3) ia menyewakan miliknya untuk sementara
kepada penghuni yang tidak mempunyai penghargaan. Yang terakhir mirip dengan
situasi berkenaan bumi ini.
Di Mana Letak Kesalahannya
6 Dari catatan Alkitab yang mula-mula, kita
belajar bahwa bukan maksud-tujuan Allah agar umat manusia menderita atau mati.
Orang-tua kita yang pertama, Adam dan Hawa, mati hanya karena mereka tidak
menaati Allah. (Kejadian, pasal 2 dan 3) Sewaktu mereka tidak taat, mereka
tidak lagi melakukan kehendak Allah. Mereka menarik diri dari pemeliharaan
Allah. Sebenarnya, mereka memutuskan hubungan mereka dengan Allah, ”sumber
hayat”.—Mazmur 36:10.
7 Seperti mesin yang menjadi lambat dan berhenti
sewaktu hubungannya dengan sumber listrik diputuskan, tubuh dan pikiran mereka
memburuk. Sebagai akibatnya, Adam dan Hawa mengalami kemunduran, menjadi tua,
dan akhirnya mati. Apa yang kemudian terjadi? Mereka kembali ke tempat asal
mereka, ”Engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu.” Allah telah
memperingatkan mereka bahwa kematian akan menjadi akibat dari ketidaktaatan
kepada hukum-hukum-Nya, ”Pastilah engkau mati.”—Kejadian 2:17; 3:19.
8 Orang-tua kita yang pertama tidak hanya mati
namun semua keturunan mereka, seluruh ras manusia, juga ditaklukkan kepada
kematian. Mengapa? Karena menurut hukum genetika, anak-anak mewarisi
karakteristik orang-tua mereka. Dan apa yang diwarisi oleh semua anak dari
orang-tua kita yang pertama adalah ketidaksempurnaan dan kematian. Roma 5:12
memberi tahu kita, ”Dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang [Adam,
bapak leluhur manusia], dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah
menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa [dengan
mewarisi ketidaksempurnaan, yaitu kecenderungan untuk berdosa].” Dan karena
hanya dosa, ketidaksempurnaan, dan kematian yang dikenal oleh manusia, ada yang
memandangnya sebagai hal yang wajar dan tidak terelakkan. Namun, manusia yang
pertama diciptakan dengan kesanggupan dan keinginan untuk hidup selama-lamanya.
Itulah sebabnya kebanyakan orang mengganggap prospek bahwa kehidupan mereka
akan diperpendek oleh kematian sangat mengecewakan.
Mengapa Begitu Lama?
9 Mengapa Allah mengizinkan manusia menempuh
jalan mereka sendiri untuk waktu yang begitu lama? Mengapa Ia mengizinkan
penderitaan selama berabad-abad? Satu alasan vital adalah bahwa suatu sengketa
yang sangat penting diajukan: Siapa yang memiliki hak untuk memerintah?
Haruskah Allah menjadi Penguasa manusia, atau apakah mereka dapat memerintah
diri sendiri dengan berhasil terpisah dari-Nya?
10 Umat manusia diciptakan dengan kehendak bebas,
yaitu, kesanggupan untuk memilih. Mereka tidak diciptakan seperti robot atau
seperti binatang, yang dibimbing terutama oleh naluri. Maka, manusia dapat
memilih siapa yang akan mereka layani. (Ulangan 30:19; 2 Korintus 3:17)
Oleh karena itu, Firman Allah menasihati, ”Hiduplah sebagai orang merdeka dan
bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi
kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah.” (1 Petrus
2:16) Namun, meskipun manusia memiliki karunia yang menakjubkan berupa
kebebasan memilih, mereka harus menerima akibat dari langkah pilihan mereka.
11 Orang-tua kita yang pertama membuat pilihan
yang salah. Mereka memilih haluan bebas dari Allah. Memang, Allah dapat saja
menghukum mati pasangan manusia pertama yang memberontak ini segera setelah
mereka menyalahgunakan kehendak bebas mereka. Namun hal ini tidak akan
menyelesaikan masalah berkenaan hak Allah untuk memerintah atas umat manusia.
Karena pasangan manusia yang pertama ingin bebas dari Allah, pertanyaan ini
harus dijawab: Dapatkah haluan tersebut menghasilkan kehidupan yang bahagia dan
berhasil? Satu-satunya cara untuk mengetahuinya adalah dengan membiarkan
orang-tua kita yang pertama dan keturunan mereka menempuh haluan mereka
sendiri, karena itu merupakan pilihan mereka. Waktu akan memperlihatkan apakah
manusia diciptakan untuk berhasil memerintah diri mereka terlepas dari Pencipta
mereka.
12 Penulis Alkitab, Yeremia, mengetahui apa
hasilnya kelak. Dibimbing oleh roh kudus atau tenaga aktif Allah yang penuh
kuasa, ia dengan jujur menulis, ”Aku tahu, ya [Yehuwa], bahwa manusia tidak
berkuasa untuk menentukan jalannya, dan orang yang berjalan tidak berkuasa
untuk menetapkan langkahnya. Hajarlah [”koreksilah”, NW] aku, ya
[Yehuwa].” (Yeremia 10:23, 24) Ia mengetahui bahwa manusia harus memiliki
bimbingan dari hikmat surgawi Allah. Mengapa? Jelas karena Allah tidak
menciptakan manusia untuk dapat berhasil terpisah dari bimbingan-Nya.
13 Hasil dari pemerintahan manusia selama ribuan
tahun memperlihatkan tanpa keraguan apa pun bahwa adalah di luar kemampuan
manusia untuk mengendalikan urusan-urusan mereka terlepas dari Pencipta mereka.
Setelah mencobanya, mereka hanya dapat menyalahkan diri sendiri atas hasil-hasil
yang mencelakakan. Alkitab membuatnya jelas, ”Gunung Batu [Allah], yang
pekerjaannya sempurna, Karena segala jalannya adil. Allah yang setia, padanya
tiada ketidakadilan; Adil benar dan lurus dia. Mereka telah bertindak secara
merusak di pihak mereka sendiri; Mereka yang bukan anak-anaknya, cacat itu dari
mereka sendiri.”—Ulangan 32:4, 5, NW.
Allah Akan Segera Campur Tangan
14 Karena telah mengizinkan ditunjukkannya banyak
bukti kegagalan pemerintahan manusia selama waktu berabad-abad, Allah kini dapat
mulai campur tangan dalam urusan manusia dan menghentikan penderitaan,
kesedihan, penyakit, dan kematian. Karena telah mengizinkan manusia mencapai
puncak prestasi mereka dalam sains, industri, kedokteran, dan bidang-bidang
lain, Allah tidak perlu lagi memberikan waktu berabad-abad kepada manusia yang
bebas dari Pencipta mereka untuk memperlihatkan apakah mereka sanggup
menghasilkan dunia yang damai seperti firdaus. Mereka belum dan tidak akan
pernah sanggup. Haluan bebas terlepas dari Allah telah menghasilkan dunia yang
sangat buruk, penuh kebencian dan membawa maut.
15 Meskipun ada banyak penguasa yang tulus yang
ingin membantu manusia, upaya mereka tidak berhasil. Di mana-mana dewasa ini
terdapat bukti kegagalan dalam pemerintahan manusia. Itulah sebabnya Alkitab
menasihati, ”Janganlah percaya kepada para bangsawan, kepada anak manusia yang
tidak dapat memberikan keselamatan.”—Mazmur 146:3.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar