Senin, 19 Agustus 2013

Firdaus di Bumi Sudah di Ambang Pintu


Pasal 19

 

INGINKAH Anda menikmati kehidupan tanpa akhir—penuh makna dan memuaskan? Kemungkinan besar Anda akan menjawab, Ya. Ada begitu banyak hal menarik untuk dilakukan, tempat indah untuk dilihat dan hal baru untuk dipelajari.

2 Namun, problem-problem yang kelihatannya tak terpecahkan mengganggu kesenangan hidup kita. Misalnya, umur hidup kita sekarang relatif pendek. Dan, kehidupan banyak orang sarat dengan penyakit, kesedihan, dan kesukaran. Jadi agar manusia benar-benar menikmati kehidupan, dalam segala segi, idealnya adalah jika (1) lingkungan tempat tinggalnya seperti firdaus, (2) keadaan benar-benar aman, (3) pekerjaannya mengasyikkan, (4) tubuhnya sehat walafiat dan (5) hidupnya abadi.

3 Tetapi, apakah keinginan di atas itu berlebihan? Dari sudut pandang manusia, memang begitu. Sejarah menunjukkan bahwa manusia tidak mampu mewujudkan keadaan yang demikian ideal dengan upaya sendiri. Namun, dari sudut pandang Pencipta kita, hal-hal tersebut bukan saja mungkin melainkan juga pasti terwujud! Mengapa? Karena keadaan yang begitu didambakan itu adalah bagian dari maksud-tujuan Allah yang semula untuk bumi ini.—Mazmur 127:1; Matius 19:26.

Alkitab—Benarkah Diilhamkan oleh Allah?


Pasal 18

 
TIDAK seorang pun dapat meramalkan masa depan dengan tepat dan terperinci. Hal itu di luar kesanggupan manusia. Namun, Pencipta alam semesta memiliki semua fakta yang dibutuhkan dan bahkan dapat mengendalikan segala sesuatu. Maka, Ia bisa disebut sebagai Pribadi yang ”sejak awal memberitahukan kesudahannya, dan dari masa lampau, hal-hal yang belum terlaksana”.—Yesaya 46:10; 41:22, 23.

2 Alkitab berisi ratusan nubuat. Apakah sejauh ini nubuat-nubuat itu telah digenapi secara akurat? Jika ya, hal itu bisa menjadi petunjuk yang kuat bahwa Alkitab ”diilhamkan Allah”. (2 Timotius 3:16, 17) Dan, kita akan yakin pada nubuat-nubuat lain yang belum terjadi. Karena itu, ada baiknya kita membahas beberapa nubuat yang sudah digenapi.

Dapatkah Anda Mempercayai Alkitab?


Pasal 17

 

BAGI banyak orang, Alkitab sekadar buku yang ditulis oleh orang-orang bijaksana pada masa silam. Seorang profesor universitas, Gerald A. Larue, menyatakan, ”Pandangan para penulisnya, sebagaimana tertuang dalam Alkitab, mencerminkan gagasan, kepercayaan, dan konsep yang umum pada zaman mereka sendiri dan terbatas pada tingkat pengetahuan kala itu.”1 Namun, Alkitab mengaku sebagai buku yang diilhamkan Allah. (2 Timotius 3:16) Jika ini benar, buku itu pasti bebas dari pandangan keliru yang umum pada masa ketika bagian-bagiannya ditulis. Dapatkah Alkitab mempertahankan pernyataannya jika diuji dengan pengetahuan masa kini?

2 Seraya kita membahas pertanyaan ini, ingatlah bahwa seiring dengan kemajuan pengetahuan, manusia harus terus menyesuaikan pandangannya agar selaras dengan informasi dan temuan yang baru. Scientific Monthly pernah menyatakan, ”Kurang masuk akal untuk mengharapkan bahwa artikel-artikel yang kadang-kadang [baru] ditulis lima tahun yang lalu sekarang dapat diakui mewakili gagasan terkini dalam bidang sains terkait.”2 Akan tetapi, Alkitab ditulis dan disusun selama kira-kira 1.600 tahun, dan sudah rampung sekitar 2.000 tahun yang lalu. Apakah sekarang Alkitab masih bisa dikatakan akurat?

Mengapa Allah Mengizinkan Penderitaan?


Pasal 16

 
ALASAN umum yang dikemukakan banyak orang yang meragukan adanya Pencipta ialah merajalelanya penderitaan di dunia. Selama berabad-abad, ada begitu banyak kekejaman, pertumpahan darah, dan kejahatan yang keji sehingga jutaan orang yang tak bersalah sangat menderita. Jadi, banyak orang bertanya, ’Jika Allah ada, mengapa Ia mengizinkan semua ini?’ Sebagaimana telah kita lihat, catatan Alkitab sangat cocok dengan fakta-fakta tentang penciptaan, maka apakah Alkitab juga bisa membantu kita mengerti mengapa Pencipta yang mahakuasa mengizinkan begitu banyak penderitaan untuk waktu yang sedemikian lama?

2 Pasal-pasal awal buku Kejadian memberikan latar belakang untuk menjawab pertanyaan itu. Di situ diuraikan tentang diciptakannya suatu dunia tanpa penderitaan. Pria dan wanita yang pertama ditempatkan dalam sebuah firdaus, taman indah yang disebut Eden, dan mereka diberi pekerjaan yang menyenangkan dan menantang. Mengenai bumi, mereka diperintahkan untuk ”menggarap dan mengurusnya”. Mereka juga mengawasi ”ikan-ikan di laut dan makhluk-makhluk terbang di langit dan segala makhluk hidup yang merayap di bumi”.—Kejadian 1:28; 2:15.

Mengapa Banyak Orang Mempercayai Evolusi?


Pasal 15

 

SEBAGAIMANA telah kita lihat, ada banyak sekali bukti yang mendukung penciptaan. Kalau begitu, mengapa banyak orang menolak penciptaan dan mempercayai evolusi? Salah satu alasannya adalah karena hal itu diajarkan kepada mereka di sekolah. Hampir semua buku sains mendukung pandangan yang berbau evolusi. Para siswa hampir tidak pernah diberi tahu tentang argumen yang berbeda. Malah, argumen yang bertentangan dengan evolusi biasanya tidak boleh dimuat dalam buku-buku pelajaran.

2 Dalam majalah American Laboratory, seorang pakar biokimia menulis tentang pendidikan anak-anaknya, ”Evolusi tidak diajarkan kepada anak-anak sebagai suatu teori. Paham itu disiratkan secara halus dalam buku-buku sains bahkan sejak kelas dua (berdasarkan buku pelajaran anak-anak yang saya baca). Evolusi disajikan sebagai kenyataan, bukan sebagai konsep yang dapat diragukan. Dengan demikian, kalangan berwenang dalam sistem pendidikan memaksakan suatu kepercayaan.” Mengenai pengajaran evolusi di tingkat yang lebih tinggi, ia berkata, ”Seorang siswa tidak diizinkan menganut keyakinan pribadi atau menyatakannya: jika siswa itu melakukannya, ia diejek dan dikritik oleh sang pengajar. Sering kali, siswa itu bisa mengalami kerugian akademis karena pandangannya dianggap tidak ’benar’ dan nilainya dikurangi.”1

Minggu, 18 Agustus 2013

Keajaiban Manusia


Pasal 14

 

DARI semua hal yang menakjubkan di bumi, tidak ada yang lebih memukau daripada otak manusia. Misalnya, setiap detik ada kira-kira 100 juta informasi yang masuk ke dalam otak melalui berbagai indra. Tetapi, mengapa otak tidak kewalahan mendapat serbuan informasi yang bertubi-tubi ini? Bagaimana pikiran dapat menerima jutaan pesan yang datang serentak, sedangkan kita hanya dapat memikirkan sesuatu satu demi satu? Yang jelas, pikiran tidak saja bisa bertahan menghadapi arus informasi ini, tetapi dapat menanganinya dengan mudah.

2 Kemampuan tersebut hanyalah satu di antara banyak keajaiban otak manusia. Ada dua faktor yang tersangkut. Pertama, di batang otak ada jaringan saraf sebesar jari kelingking Anda. Jaringan ini disebut formasi retikula. Fungsinya seperti pusat pengendali lalu lintas, yaitu memantau jutaan pesan yang masuk ke otak, menyingkirkan yang sepele dan memilih yang terpenting untuk diperhatikan oleh korteks serebrum. Setiap detik, jaringan saraf yang kecil ini mengizinkan paling banyak beberapa ratus pesan saja untuk masuk ke pikiran yang sadar.

3 Kedua, perhatian kita sepertinya difokuskan lebih lanjut oleh gelombang yang menyapu otak kita 8 hingga 12 kali per detik. Gelombang ini menghasilkan periode kepekaan yang tinggi; dan pada periode itu, otak memperhatikan sinyal-sinyal yang lebih kuat lalu menindaklanjutinya. Konon, melalui gelombang-gelombang inilah otak melakukan pemindaian untuk berfokus pada hal-hal yang terpenting. Jadi, setiap detik, ada banyak sekali kesibukan yang berlangsung di dalam kepala kita!

Naluri—Hikmat yang Terprogram Sebelum Lahir


Pasal 13

 
”BEGITU menakjubkannya berbagai naluri sehingga bagi pembaca, perkembangan naluri mungkin akan tampak sebagai problem yang cukup besar yang dapat menggulingkan seluruh teori saya,” tulis Darwin. Ia rupanya merasa bahwa naluri merupakan masalah yang tidak bisa dijelaskan, karena ia selanjutnya mengatakan, ”Mungkin di sini saya bisa menyatakan bahwa saya tidak tahu apa-apa tentang asal mula kekuatan mental, seperti juga tentang kehidupan itu sendiri.”1

2 Seperti Darwin, para ilmuwan sampai sekarang pun belum bisa memberikan penjelasan tentang naluri. Seorang evolusionis berkata, ”Faktanya, tidak ada sedikit pun tanda bahwa mekanisme genetik sanggup menurunkan pola perilaku yang spesifik. . . . Jika kita bertanya kepada diri sendiri bagaimana pola perilaku naluriah itu bisa muncul pada mulanya dan menjadi sesuatu yang diwariskan, kita tidak mendapat jawabannya.”2

3 Namun, tidak seperti Darwin dan para evolusionis lainnya, sebuah buku bertiras luas tentang burung dengan mudahnya memberikan penjelasan tentang salah satu naluri yang paling misterius—yang menyangkut migrasi. Buku itu mengatakan, ”Tidak diragukan, prosesnya merupakan proses evolusi: burung yang berasal dari iklim hangat mungkin menyebar ke tempat lain untuk mencari makanan.”3

Sabtu, 17 Agustus 2013

Siapa Penemu Pertamanya?


Pasal 12

 

”SAYA ragu,” kata seorang biolog, ”apakah kita memang adalah penemu seperti yang kita duga; kita cuma peniru.”1 Sering kali, manusia hanya meniru apa yang sudah dilakukan tumbuhan dan binatang selama ribuan tahun. Ada begitu banyak yang kita tiru dari makhluk hidup sehingga bidang ini diberi nama tersendiri—bionika.

2 Ilmuwan lain mengatakan bahwa hampir semua bidang fundamental dalam teknologi manusia ”telah diperkenalkan dan dimanfaatkan oleh berbagai makhluk hidup . . . sebelum manusia dapat memahami dan menguasai fungsi-fungsinya”. Sungguh menarik, ia menambahkan, ”Dalam banyak hal, teknologi manusia masih ketinggalan jauh dibandingkan alam.”2

3 Sewaktu Anda merenungkan kehebatan kemampuan makhluk hidup yang berusaha ditiru oleh manusia, apakah tampaknya masuk akal untuk percaya bahwa kemampuan itu terjadi secara kebetulan saja? Dan hal itu tidak hanya terjadi satu kali, tetapi berkali-kali pada makhluk-makhluk yang tidak saling berkaitan? Bukankah ini rancangan rumit yang menurut pengalaman hanya bisa dihasilkan oleh perancang yang brilian? Yakinkah Anda bahwa faktor kebetulan semata bisa menciptakan sesuatu yang belakangan hanya dapat ditiru oleh orang-orang pintar? Pikirkan pertanyaan-pertanyaan tersebut seraya Anda memperhatikan contoh-contoh berikut:

Makhluk Hidup yang Dirancang secara Menakjubkan


Pasal 11

 

SEWAKTU para antropolog menggali tanah dan menemukan sepotong batu tajam berbentuk segitiga, mereka menyimpulkan bahwa benda tersebut pasti telah dirancang oleh seseorang sebagai ujung anak panah. Para ilmuwan sependapat bahwa benda-benda seperti itu yang dirancang untuk suatu maksud tidak mungkin ada secara kebetulan.

2 Tetapi, berkenaan dengan makhluk hidup, logika yang sama sering diabaikan. Perancang tidak dianggap perlu. Padahal, organisme bersel tunggal yang paling sederhana, atau bahkan molekul DNA-nya yang berisi kode genetik, jauh lebih kompleks daripada batu berbentuk segitiga itu. Namun, para evolusionis berkeras bahwa semua ini tidak dirancang tetapi terbentuk oleh serangkaian kebetulan.

3 Sebenarnya, Darwin sendiri mengakui perlunya semacam daya rancang dan menurutnya, itu adalah tugas seleksi alam. ”Seleksi alam,” katanya, ”setiap hari dan setiap jam mencermati perbedaan-perbedaan terkecil di seluruh dunia; menyingkirkan yang buruk, mempertahankan dan menambahkan semua yang baik.”1 Namun, pandangan tersebut kini semakin kehilangan pamornya.

Bukti dari Planet yang Unik


Pasal 10

 

PLANET bumi kita sungguh memukau—permata yang indah dan unik di ruang angkasa. Para astronaut melaporkan bahwa, dilihat dari ruang angkasa, langit biru dan awan putihnya menjadikan bumi ”objek paling memikat yang dapat mereka lihat”.1

2 Namun, bumi tidak sekadar indah. ”Bumi adalah teka-teki ilmiah terbesar di bidang kosmologi, yang sangat sulit untuk dimengerti,” tulis Lewis Thomas dalam buku Discover. Ia menambahkan, ”Baru sekarang kita mulai memahami betapa unik dan menakjubkannya bumi ini, betapa memesonakan, objek paling cantik yang beredar mengelilingi matahari, terbungkus dalam gelembung atmosfer yang biru, menghasilkan dan menghirup oksigennya sendiri, memanfaatkan nitrogen dari udara untuk tanahnya, menghasilkan sendiri cuacanya.”2

3 Fakta yang juga menarik: Dari semua planet dalam tata surya kita, hanya di bumi para ilmuwan menemukan kehidupan. Dan, alangkah mengagumkannya keanekaragaman makhluk hidup yang ada di sana—organisme mikroskopis, serangga, tumbuhan, ikan, burung, binatang, dan manusia. Lagi pula, bumi adalah gudang harta yang sangat besar yang berisi segala yang dibutuhkan untuk menunjang semua jenis kehidupan itu. Memang, seperti yang diungkapkan buku The Earth, ”Bumi adalah keajaiban alam semesta, bola yang unik.”3

Alam Semesta yang Menakjubkan


Pasal 9

 

SELAMA ribuan tahun, manusia mengagumi langit yang berbintang. Pada malam yang cerah, bintang-bintang yang indah bertaburan bak permata yang berkilauan di kegelapan langit. Bumi yang bermandikan cahaya bulan memiliki pesona tersendiri.

2 Orang yang suka memikirkan apa yang ia lihat sering bertanya-tanya, ’Ada apa di langit sana? Bagaimana bisa begitu teratur? Dapatkah kita mengetahui asal mula semuanya itu?’ Tidak diragukan, jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini akan membantu kita mengetahui dengan lebih akurat mengapa ada bumi beserta manusia dan makhluk-makhluk hidup lain, dan apa yang akan terjadi di masa depan.

3 Berabad-abad yang silam, alam semesta dikira hanya terdiri dari beberapa ribu bintang yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Tetapi sekarang, dengan alat-alat canggih untuk memindai langit, para ilmuwan menyadari bahwa ada jauh lebih banyak lagi. Ternyata, yang mereka amati jauh lebih menakjubkan daripada yang pernah dibayangkan. Manusia terheran-heran akan kedahsyatan ukuran dan kerumitan semuanya itu. Sebagaimana dikomentari majalah National Geographic, apa yang kini manusia ketahui tentang alam semesta telah ”membuatnya terpana”.1

Mutasi—Dasar untuk Evolusi?


Pasal 8

 

ADA kesulitan lain yang dihadapi oleh teori evolusi. Bagaimana persisnya evolusi terjadi? Mekanisme dasar apa yang diperkirakan bisa membuat satu jenis makhluk hidup berevolusi menjadi jenis lain? Menurut para evolusionis, berbagai perubahan dalam inti sel turut berperan. Dan, yang terpenting dari semuanya adalah perubahan ”kebetulan” yang dikenal sebagai mutasi. Konon, perubahan mutasi ini khususnya menyangkut gen dan kromosom dalam sel kelamin, karena mutasi dalam bagian-bagian itu dapat diwariskan kepada keturunannya.

2 ”Mutasi . . . adalah dasar evolusi,” kata The World Book Encyclopedia.1 Dengan nada serupa, paleontolog Steven Stanley menyebut mutasi sebagai ”bahan mentah” bagi evolusi.2 Dan, ahli genetika Peo Koller menyatakan bahwa mutasi ”diperlukan untuk perkembangan evolusioner”.3

3 Namun, bukan sembarang mutasi yang dibutuhkan evolusi. Robert Jastrow menunjukkan perlunya ”mutasi-mutasi menguntungkan yang terakumulasi secara perlahan”.4 Dan, Carl Sagan menambahkan, ”Mutasi—perubahan mendadak pada hereditas—menyediakan bahan mentah evolusi. Lingkungan menyeleksi beberapa mutasi yang meningkatkan kesanggupan untuk bertahan hidup, menghasilkan serangkaian transformasi yang lambat dari satu bentuk kehidupan menjadi bentuk lain, asal mula spesies baru.”5

Siapa Sebenarnya ”Manusia-Kera”?


Pasal 7

 
SELAMA bertahun-tahun telah dilaporkan adanya penemuan sisa fosil manusia yang mirip kera. Buku-buku ilmiah sarat dengan lukisan para seniman mengenai makhluk tersebut. Apakah makhluk ini bentuk peralihan antara binatang dan manusia seperti yang dinyatakan evolusi? Apakah ”manusia-kera” memang nenek moyang kita? Itulah yang dikatakan para ilmuwan pendukung evolusi. Karena itu kita sering membaca pernyataan seperti judul artikel dalam majalah ilmiah ini: ”Dari Kera Menjadi Manusia”.1

2 Memang, beberapa evolusionis merasa bahwa makhluk yang dianggap nenek moyang manusia itu tidak sepantasnya disebut ”kera”. Meskipun demikian, beberapa kolega mereka tidak sependapat.2 Stephen Jay Gould berkata, ”Manusia . . . berevolusi dari nenek moyang serupa kera.”3 Dan, George Gaylord Simpson menyatakan, ”Nenek moyang kita pasti akan disebut kera atau monyet dalam bahasa sehari-hari oleh siapa pun yang melihatnya. Karena definisi istilah kera dan monyet ditentukan oleh penggunaan umum, nenek moyang manusia adalah kera atau monyet.”4

3 Mengapa catatan fosil begitu penting dalam upaya membuktikan keberadaan nenek moyang manusia yang mirip kera? Karena dalam dunia hayati sekarang ini, tak ada yang dapat mendukung gagasan tersebut. Sebagaimana diperlihatkan di Pasal 6, ada jurang pemisah yang sangat besar antara manusia dan segala binatang yang ada sekarang, termasuk keluarga kera. Karena dunia hayati tidak menyediakan mata rantai antara manusia dan kera, catatan fosil diharapkan dapat menyediakannya.

Jurang Pemisah yang Lebar—Dapatkah Evolusi Menjembataninya?


Pasal 6

Jurang Pemisah yang Lebar—Dapatkah Evolusi Menjembataninya?

FOSIL memberikan bukti nyata mengenai berbagai bentuk kehidupan yang ada jauh sebelum manusia ada. Tetapi, fosil belum memberikan bukti seperti yang diharapkan untuk mendukung gagasan evolusi tentang bagaimana kehidupan dimulai atau bagaimana jenis-jenis baru muncul setelahnya. Mengenai tidak adanya fosil transisi yang menjembatani jurang-jurang pemisah biologis, Francis Hitching berkomentar, ”Anehnya, ada satu hal yang konsisten mengenai jurang pemisah dalam catatan fosil: fosil justru tidak ada di semua bagian yang penting.”1

2 Bagian penting yang ia sebutkan adalah jurang pemisah di antara divisi-divisi utama dalam dunia binatang. Contohnya adalah ikan yang dianggap berevolusi dari invertebrata, yakni binatang yang tidak bertulang belakang. ”Ikan tahu-tahu muncul dalam catatan fosil,” kata Hitching, ”entah dari mana: secara misterius, tiba-tiba, dan wujudnya lengkap.”2 Zoolog N. J. Berrill mengomentari penjelasannya sendiri tentang asal mula ikan, demikian, ”Sedikit banyak, uraian ini adalah fiksi ilmiah.”3

3 Teori evolusi berasumsi bahwa ikan menjadi amfibi, beberapa amfibi menjadi reptilia, dari reptilia muncullah mamalia dan burung, dan akhirnya beberapa mamalia menjadi manusia. Di pasal sebelumnya telah diperlihatkan bahwa catatan fosil tidak mendukung pendapat itu. Pasal ini akan menyoroti betapa tidak masuk akalnya asumsi tentang tahap-tahap transisi itu. Seraya Anda terus membaca, pikirkan: Mungkinkah perubahan-perubahan demikian terjadi secara spontan, tanpa pengarahan?

Apa yang Dikatakan Catatan Fosil


Pasal 5

 

FOSIL adalah sisa berbagai bentuk kehidupan zaman dahulu yang terawetkan dalam kerak bumi. Fosil bisa berupa kerangka tulang atau bagian-bagiannya seperti tulang, gigi atau cangkang. Fosil juga bisa berupa bekas-bekas kegiatan makhluk yang pernah hidup, misalnya jejak kaki. Banyak fosil tidak lagi mengandung bahan-bahan asli tetapi terbentuk dari endapan mineral yang telah menyerap ke dalamnya dan melestarikan bentuknya.

2 Mengapa fosil penting bagi evolusi? Ahli genetika G. L. Stebbins menyebutkan satu alasan utama, ”Tidak ada biolog yang pernah menyaksikan asal mula sebuah kelompok utama organisme melalui evolusi.”1 Jadi, makhluk-makhluk hidup di bumi sekarang ini tidak terlihat berevolusi menjadi makhluk lain. Malahan, semuanya sudah memiliki bentuk yang lengkap dan berbeda dari jenis lainnya. Seperti yang dinyatakan ahli genetika Theodosius Dobzhansky, ”Tidak ada bentuk-bentuk peralihan yang menghubungkan setiap makhluk hidup untuk membentuk rangkaian yang mulus dan tak terputus.”2 Dan, Charles Darwin mengakui bahwa ”perbedaan berbagai bentuk [kehidupan] spesifik dan fakta bahwa semua itu tidak dapat dipadukan oleh mata-mata rantai transisi yang tak terhitung jumlahnya, merupakan masalah yang sangat pelik”.3

3 Maka, perbedaan yang jelas pada makhluk-makhluk yang hidup sekarang tidaklah mendukung teori evolusi. Itu sebabnya catatan fosil menjadi begitu penting. Setidaknya, fosil dianggap akan memberikan bukti yang dibutuhkan teori evolusi.

Dapatkah Kehidupan Muncul secara Kebetulan?


Pasal 4

 

SEWAKTU Charles Darwin mengemukakan teori evolusi, ia mau tak mau mengakui bahwa kehidupan mungkin ”pada mulanya diembuskan oleh sang Pencipta ke dalam satu atau beberapa bentuk”.1 Tetapi, teori evolusi masa kini umumnya tidak menyebut-nyebut adanya Pencipta. Sebaliknya, teori generatio spontanea (terbentuknya kehidupan secara spontan) yang pernah ditolak, telah dimunculkan kembali dalam bentuk yang agak berbeda.

2 Suatu bentuk konsep generatio spontanea telah dipercayai sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-17 M, bahkan para ilmuwan yang disegani, seperti Francis Bacon dan William Harvey, mempercayai teori itu. Tetapi, pada abad ke-19, Louis Pasteur dan beberapa ilmuwan lain tampaknya telah meruntuhkan teori tersebut, karena eksperimen mereka membuktikan bahwa kehidupan hanya dapat berasal dari kehidupan yang sudah ada. Meskipun demikian, karena dirasa perlu, teori evolusi mengemukakan asumsi bahwa dahulu kala, entah bagaimana, kehidupan mikroskopis pasti telah muncul secara spontan dari benda mati.

Apa Kata Buku Kejadian?.....dari Bible.


Pasal 3

 

HAL-HAL yang disalahgambarkan atau disalahmengerti setidaknya patut diperiksa dengan jujur. Demikian pula halnya dengan pasal pertama Alkitab. Isinya perlu diselidiki dan dipastikan, apakah selaras dengan fakta-fakta yang ada, tidak dicocok-cocokkan dengan teori tertentu. Selain itu, perlu diingat bahwa catatan di buku Kejadian tidak ditulis untuk menunjukkan ”bagaimana” penciptaan terjadi. Sebaliknya, buku itu menceritakan peristiwa-peristiwa utama secara progresif, menjelaskan apa saja yang dijadikan, urutannya, dan jangka waktu, atau ”hari”, ketika setiap peristiwa mulai terjadi.

2 Sewaktu memeriksa catatan Kejadian, ada baiknya mengingat bahwa isinya dituturkan dari sudut pandang manusia di bumi. Maka, berbagai peristiwanya diceritakan sebagaimana terlihat oleh seorang pengamat seandainya manusia telah ada pada waktu itu. Ini dapat terlihat dari uraian tentang peristiwa pada ”hari” keempat. Matahari dan bulan dilukiskan sebagai benda penerang yang besar dibandingkan dengan bintang-bintang. Sebenarnya, banyak bintang lebih besar daripada matahari kita, dan bulan tidak ada artinya jika dibandingkan dengan bintang-bintang itu. Tetapi, tidak demikian bagi seorang pengamat di bumi. Maka, dari bumi, matahari tampak sebagai ’penerang yang lebih besar yang berkuasa atas siang’ dan bulan, ’penerang yang lebih kecil yang berkuasa atas malam’.—Kejadian 1:14-18.

3 Bagian awal buku Kejadian menunjukkan bahwa bumi bisa jadi sudah ada miliaran tahun sebelum ”hari” pertama di buku Kejadian, walaupun tidak dikatakan berapa lama. Namun, buku itu menjelaskan bagaimana keadaan bumi tepat sebelum ”hari” pertama dimulai, ”Bumi belum berbentuk dan kosong dan kegelapan ada di atas permukaan air yang dalam; dan tenaga aktif Allah bergerak ke sana kemari di atas permukaan air.”—Kejadian 1:2.

Kamis, 15 Agustus 2013

Pro dan Kontra Seputar Evolusi—Mengapa?


Pasal 2

Sewaktu edisi khusus 100 tahun The Origin of Species karya Darwin akan diterbitkan, W. R. Thompson, yang kala itu adalah direktur Lembaga Pengendalian Biologi Persemakmuran di Ottawa, Kanada, diundang untuk menulis kata pengantarnya. Ia menulis, ”Sebagaimana kita ketahui, ada perbedaan pendapat yang besar di kalangan para biolog, tidak saja mengenai penyebab evolusi, tetapi bahkan mengenai proses yang sebenarnya. Perbedaan ini timbul karena buktinya tidak memuaskan dan tidak membantu tercapainya kesimpulan yang pasti. Maka, selayaknyalah pro dan kontra seputar evolusi itu dibawa ke perhatian masyarakat non-ilmiah”a

Kehidupan—Bagaimana Asal Mulanya?


Pasal 1

 

KEHIDUPAN ada di mana-mana di sekitar kita. Hal itu nyata dari dengungan serangga, kicauan burung, dan gemeresik binatang kecil di sela-sela semak. Kehidupan terdapat di kutub yang dingin dan gurun yang gersang. Kehidupan ada di permukaan laut yang diterpa sinar matahari sampai di bagian-bagiannya yang paling dalam dan gelap. Tinggi di angkasa, makhluk-makhluk kecil beterbangan. Di bawah telapak kaki kita, triliunan mikroorganisme bekerja di dalam tanah, menyuburkannya untuk tanaman hijau, yang menunjang beraneka bentuk kehidupan lainnya.

2 Begitu limpah dan beragamnya kehidupan di bumi sehingga sulit untuk dibayangkan. Bagaimana asal mula semua ini? Planet kita beserta semua penghuninya—bagaimana terjadinya? Khususnya, bagaimana asal mula manusia? Apakah kita berevolusi dari binatang yang mirip kera? Atau, apakah kita diciptakan? Bagaimana persisnya sampai kita ada di sini? Dan, apa pengaruh jawabannya atas masa depan kita? Pertanyaan-pertanyaan semacam ini sudah ada sejak lama dan banyak orang belum juga memperoleh jawabannya.

Lahirnya Kosmologi Modern; Hasil Pergulatannya dengan Agama

 



Kata kosmologi sendiri berasal dari kata Yunani, Kosmos. Kata ini pada masa Yunani Kuno dipakai oleh Pythagoras untuk menggambarkan keteraturan dan keselarasan benda-benda langit. Akan tetapi pada perkembangan selanjutnya kata kosmologi tidak lagi dipakai dalam hal penjelajahan alam semesta, terutama ketika zaman Aristoteles. Langit dijadikan objek pemujaan sebagaimana berlangsung pada masa Babilonia. Yang ada hanyalah bidang astronomi yang mengkaji tentang perhitungan gerak benda-benda langit atau ramal meramal nasib yang merupakan wilayah astrologi, sedangkan aspek langit lainnya merupakan kawasan yang dikuasai oleh teologi.

Setelah itu kosmologi baru muncul kembali dalam karya penting Thomas Aquinas, Summa Theologica. Kemudian pada abad ke-18 Christian Wolff menggunakan kata ini untuk membagi wilayah kajian filsafat. Dalam pengertian Wolff, kosmologi adalah telaah tentang sistem kosmik, yang diselidiki menurut inti dan hakikatnya yang mutlak, baik menurut segi material maupun menurut maknanya. Hal ini berarti bahwa―dalam spekulasi filosofis mengenai kosmos― obyek-obyek kosmologi tidak secara a priori dibatasi pada benda fisika-kimia ataupun biotik (makhluk hidup), melainkan juga manusia dan kosmos sejauh dialami oleh manusia.