”Kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran akan
memerdekakan kamu.”—YOHANES 8:32.
KEPERCAYAAN tentang kematian dan kehidupan setelah kematian
sebagian besar adalah hasil dari latar belakang agama dan kebudayaan seseorang.
Seperti yang telah kita lihat, ini berkisar dari keyakinan bahwa jiwa mencapai
tujuan akhirnya hanya setelah mengalami banyak kelahiran kembali hingga gagasan
bahwa satu masa hidup seseorang menentukan nasib akhirnya. Oleh karenanya,
seseorang boleh jadi yakin bahwa akhirnya ia akan menyatu dengan realitas akhir
sewaktu mati, sementara yang lainnya yakin bahwa ia akan mencapai Nirwana, dan
ada pula yang yakin bahwa ia akan mendapatkan pahala surgawi. Kalau begitu, apa
kebenarannya? Karena kepercayaan kita mempengaruhi sikap, tindakan, dan
keputusan kita, bukankah kita seharusnya berminat untuk menemukan jawaban dari
pertanyaan itu?
2 Buku tertua di dunia, Alkitab, menelusuri
sejarah manusia hingga penciptaan jiwa manusia yang pertama. Ajarannya bebas
dari filsafat dan tradisi manusia. Alkitab dengan jelas menyatakan kebenaran
tentang jiwa: Jiwa saudara adalah saudara sendiri, orang mati sama sekali tanpa
eksistensi, dan orang-orang yang ada dalam ingatan Allah akan dibangkitkan pada
waktu yang ditentukan-Nya. Apa artinya pengetahuan ini bagi saudara?
3 ”Kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran
akan memerdekakan kamu,” kata Yesus Kristus kepada para pengikutnya. (Yohanes
8:32) Ya, kebenaran itu membebaskan. Tetapi, kebenaran tentang jiwa akan
memerdekakan kita dari apa?
Kemerdekaan dari Rasa Takut dan Putus Asa
4 ”Sebagian besar orang takut akan kematian dan
tidak mau memikirkannya,” kata The World Book Encyclopedia.
”Kata ’kematian’ itu sendiri nyaris tidak disebut-sebut lagi di dunia Barat,”
demikian komentar seorang sejarawan. Dan dalam beberapa kebudayaan, eufemisme
seperti ”meninggal dunia” atau ”wafat” umumnya digunakan untuk melukiskan
kematian seseorang. Rasa takut akan kematian ini sebenarnya adalah rasa takut
akan sesuatu yang tidak diketahui, karena bagi kebanyakan orang, kematian
adalah misteri. Mengetahui kebenaran tentang apa yang terjadi sewaktu kita meninggal
mengurangi rasa takut ini.
5 Misalnya, perhatikan keadaan pikiran Michaelyn
yang berusia 15 tahun. Ia menderita leukemia dan menghadapi kematian yang
tragis. Ibunya, Paula, mengenang, ”Michaelyn mengatakan bahwa ia tidak khawatir
akan kematian, karena ia tahu bahwa kematian hanyalah bersifat sementara. Kami
banyak berbicara mengenai dunia baru Allah dan semua orang yang akan
dibangkitkan di sana. Michaelyn memiliki iman yang sangat kuat akan Allah
Yehuwa dan kebangkitan—tanpa setitik keraguan pun.” Harapan kebangkitan
memerdekakan gadis muda yang berani ini dari rasa takut yang hebat akan
kematian.
6 Bagaimana kebenaran mempengaruhi orang-tua
Michaelyn? ”Kematian anak perempuan kami yang masih kecil adalah hal paling
menyakitkan yang pernah terjadi pada kami,” kata Jeff, ayahnya. ”Tetapi, kami
sepenuhnya mempercayai janji Yehuwa akan kebangkitan, dan kami menanti-nantikan
hari manakala kami dapat memeluk lagi Michaelyn kami yang tersayang. Itu
benar-benar akan menjadi reuni yang luar biasa!”
7 Ya, kebenaran tentang jiwa memerdekakan
seseorang dari keadaan putus asa tanpa harapan yang mungkin diakibatkan oleh
kematian orang yang dikasihi. Tentu saja, tidak ada yang dapat sepenuhnya
menyingkirkan kepedihan hati dan dukacita yang dialami pada saat kematian seseorang
yang dikasihi. Akan tetapi, harapan kebangkitan meringankan perkabungan dan
membuat kepedihan hati itu jauh lebih mudah ditanggung.
8 Kebenaran Alkitab tentang keadaan orang mati
juga memerdekakan kita dari rasa takut akan orang mati. Sejak mengetahui
kebenaran ini, banyak orang yang dahulu dibelenggu oleh ritual-ritual yang
bersifat takhayul sehubungan dengan orang mati tidak lagi mengkhawatirkan
kutukan, pertanda, jimat, dan berhala, mereka juga tidak lagi mempersembahkan
korban yang mahal untuk menenangkan nenek moyang mereka agar tidak kembali
serta menghantui orang yang masih hidup. Sesungguhnya, karena orang mati ”tak
tahu apa-apa”, praktek-praktek semacam itu adalah sia-sia.—Pengkhotbah 9:5.
9 Kebenaran tentang jiwa, yang terdapat dalam
Alkitab, benar-benar memerdekakan dan dapat diandalkan. Tetapi, perhatikan juga
sebuah prospek unik yang diulurkan Alkitab kepada saudara.
[Pertanyaan Pelajaran]
1. Mengapa penting untuk memeriksa kepercayaan kita tentang
jiwa dan kematian?
2, 3. (a) Mengapa kita dapat menaruh keyakinan akan apa yang
Alkitab katakan tentang jiwa? (b) Sebagaimana dinyatakan dalam Alkitab,
apa kebenaran tentang jiwa?
4, 5. (a) Kebenaran tentang jiwa mengusir rasa takut akan
apa? (b) Bagaimana harapan kebangkitan memberikan keberanian kepada
seorang remaja yang menderita penyakit yang mematikan?
6, 7. Dari rasa putus asa akan apa kebenaran tentang jiwa
memerdekakan kita? Berikan gambaran.
8, 9. Dari rasa takut akan apa kebenaran tentang keadaan
orang mati memerdekakan kita?
[Blurb di hlm. 29]
Kebenaran tentang jiwa memerdekakan saudara dari rasa takut
akan kematian, rasa takut akan orang mati, rasa putus asa karena kematian orang
yang dikasihi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar