Oleh: Lawrence H. Ford dan
Thomas A. Roman
(Sumber: Scientific American, Special Edition – The Edge of Physics, Mei 2003, hal. 84-91)
(Sumber: Scientific American, Special Edition – The Edge of Physics, Mei 2003, hal. 84-91)
Wormhole akan terlihat sebagai bukaan bulat menuju wilayah kosmos yang jauh. Dalam foto Times Square rekayasa ini, wormhole memungkinkan warga New York berjalan ke Sahara dengan satu langkah. Walaupun tidak melanggar hukum fisika yang dikenal, wormhole semacam itu membutuhkan jumlah energi negatif yang tak realistis.
Bisakah kawasan ruang mengandung [sesuatu] kurang dari nol? Akal sehat akan bilang tidak; yang paling banter bisa kita lakukan adalah menyingkirkan semua materi dan radiasi dan menyisakan kevakuman. Tapi fisika quantum terbukti punya kemampuan mengacaukan intuisi, dan tidak terkecuali dalam perkara ini. Kawasan ruang, ternyata, bisa mengandung [sesuatu] kurang dari nol. Energi per unit volumenya—densitas energi—bisa kurang dari nol.
Tak perlu dikatakan, implikasinya ganjil. Menurut
relativitas umum, teori gravitasi Einstein, kehadiran materi dan energi
melengkungkan struktur geometris ruang dan waktu. Yang kita rasakan sebagai
gravitasi merupakan distorsi ruangwaktu oleh energi atau massa positif normal.
Tapi ketika energi atau massa negatif—disebut materi eksotis—menekuk ruangwaktu,
segala jenis fenomena menakjubkan menjadi mungkin:
traversable wormhole (wormhole yang dapat dilintangi/diseberangi–penj), yang dapat berfungsi sebagai terowongan/tembusan ke wilayah-wilayah jauh alam semesta; warp drive, yang memungkinkan perjalanan lebih cepat daripada cahaya; dan mesin waktu, yang mungkin memperkenankan pejalanan ke masa lalu. Energi negatif bahkan bisa dipakai untuk membuat mesin gerak perpetual atau menghancurkan black hole.
traversable wormhole (wormhole yang dapat dilintangi/diseberangi–penj), yang dapat berfungsi sebagai terowongan/tembusan ke wilayah-wilayah jauh alam semesta; warp drive, yang memungkinkan perjalanan lebih cepat daripada cahaya; dan mesin waktu, yang mungkin memperkenankan pejalanan ke masa lalu. Energi negatif bahkan bisa dipakai untuk membuat mesin gerak perpetual atau menghancurkan black hole.
Bagi fisikawan, konsekuensi ini menyalakan tanda
bahaya. Potensi paradoks perjalanan ke masa lalu—misalnya membunuh kakek Anda
sebelum ayah Anda dikandung—sudah lama digali dalam sains fiksi, dan konsekuensi
lain materi eksotis juga problematis. Ini semua menimbulkan pertanyaan yang
sangat fundamental: Apakah hukum fisika yang memperkenankan [eksistensi] energi
negatif menaruh batasan pada perilakunya? Kami dan yang lain telah menemukan
bahwa alam memberlakukan batasan keras pada magnitudo dan durasi energi negatif,
yang (sayangnya, beberapa orang bilang) menjadikan pembangunan wormhole
dan warp drive amat tidak mungkin.
Negatif Ganda
Sebelum melanjutkan, kita mesti perhatikan apa yang bukan energi negatif. Ia tidak boleh tertukar dengan antimateri, yang berenergi positif. Saat elektron dan antipartikelnya, positron, bertubrukan, mereka saling memusnahkan. Produk akhirnya adalah sinar gamma, yang memuat energi positif. Seandainya antipartikel tersusun dari energi negatif, interaksi semacam itu akan menghasilkan energi akhir nol. Kita juga jangan tertukar antara energi negatif dan energi yang diasosiasikan dengan konstanta kosmologis, yang dipostulatkan dalam model-model inflasi alam semesta. Dalam model inflasi alam semesta, terdapat tekanan negatif tapi energinya positif. (Beberapa penulis menyebut ini materi eksotis; kita cadangkan istilah tersebut untuk densitas energi negatif.)
Sebelum melanjutkan, kita mesti perhatikan apa yang bukan energi negatif. Ia tidak boleh tertukar dengan antimateri, yang berenergi positif. Saat elektron dan antipartikelnya, positron, bertubrukan, mereka saling memusnahkan. Produk akhirnya adalah sinar gamma, yang memuat energi positif. Seandainya antipartikel tersusun dari energi negatif, interaksi semacam itu akan menghasilkan energi akhir nol. Kita juga jangan tertukar antara energi negatif dan energi yang diasosiasikan dengan konstanta kosmologis, yang dipostulatkan dalam model-model inflasi alam semesta. Dalam model inflasi alam semesta, terdapat tekanan negatif tapi energinya positif. (Beberapa penulis menyebut ini materi eksotis; kita cadangkan istilah tersebut untuk densitas energi negatif.)
Konsep energi negatif bukan fantasi semata; beberapa
efeknya bahkan telah dihasilkan di laboratorium. Efek itu timbul dari prinsip
ketidakpastian Heisenberg, yang mensyaratkan bahwa densitas energi medan
listrik, medan magnet, atau medan lain berfluktuasi secara acak. Bahkan ketika
densitas energi berharga nol secara rata-rata, sebagaimana di ruang vakum,
densitas tersebut berfluktuasi. Jadi, kevakuman quantum tak pernah bisa tetap
hampa dalam pengertian klasik; ia merupakan lautan partikel-partikel “virtual”
yang secara spontan muncul dan lenyap. Dalam teori quantum, gagasan lazim energi
negatif dapat disamakan dengan kevakuman beserta semua fluktuasi ini. Jadi jika
kita bisa dengan suatu cara berusaha mengurangi gerak mengombak [lautan
tersebut], kevakuman akan memiliki energi kurang dari normalnya—yakni, energi
kurang dari nol.
Sebagai contoh, para periset optika quantum telah
menciptakan status khusus medan-medan di mana interferensi quantum destruktif
menekan fluktuasi vakum. Status-status vakum terperas ini melibatkan energi
negatif. Lebih tepatnya, mereka diasosiasikan dengan kawasan-kawasan energi
positif dan negatif berselang-seling. Dirata-ratakan total energi seluruh ruang
tetap positif; pemerasan ruang vakum menghasilkan energi negatif di satu tempat
dengan mengorbankan energi positif tambahan di tempat lain. Eksperimen tipikal
melibatkan sinar laser yang menembus material optis non-linier. Sinar laser yang
intens menyebabkan material menghasilkan pasangan-pasangan quantum cahaya,
photon. Photon-photon ini meningkatkan dan menekan fluktuasi vakum
berselang-seling, menghasilkan kawasan energi positif dan negatif.
Metode lain untuk menghasilkan energi negatif
mengikutsertakan perbatasan geometris ke dalam ruang. Pada 1948, fisikawan
Belanda, Hendrik B.G. Casimir, menunjukkan bahwa dua pelat logam sejajar tak
bermuatan mengubah fluktuasi-fluktuasi vakum sedemikian rupa sehingga pelat
saling tertarik. Densitas energi antara kedua pelat kemudian terkalkulasi
negatif. Praktisnya, pelat-pelat itu mengurangi fluktuasi di celah di antara
mereka; ini menghasilkan energi dan tekanan negatif, yang menarik kedua pelat
hingga dempet. Semakin sempit celahnya, semakin negatif energi dan tekanannya,
dan semakin kuat gaya tariknya. Efek Casimir telah diukur oleh Steve K.
Lamoreaux dari Los Alamos National Laboratory serta oleh Umar Mohideen dari
Universitas California di Riverside dan koleganya, Anushree Roy.
Kelompok-kelompok lain belakangan telah mengkonfirmasi eksperimen ini dan bahkan
sudah mulai menggali peranan efek tersebut dalam nanoteknologi. Demikian pula,
pada 1970-an, Paul C.W. Davies dan Stephen A. Fulling, kala itu di King’s
College di Universitas London, memprediksi bahwa perbatasan yang bergerak,
semisal cermin yang bergerak, dapat menghasilkan fluks energi
negatif.
Untuk efek Casimir maupun status terperas, para periset
baru mengukur efek tak langsung energi negatif. Deteksi langsung lebih sulit
tapi memungkinkan untuk dilakukan dengan memanfaatkan pusingan atom, sebagaimana
dikemukakan oleh Peter G. Grove (kala itu di British Home Office), Adrian C.
Ottewill (kala itu di Universitas Oxford), dan salah satu dari kami (Ford) pada
tahun 1992.
Gravitasi dan Levitasi
Konsep energi negatif muncul dalam beberapa bidang fisika modern. Ia memiliki jalinan intim dengan black hole. Pada 1974, Stephen W. Hawking dari Universitas Cambridge mengeluarkan prediksi terkenalnya bahwa black hole menguap dengan memancarkan radiasi [lihat “The Quantum Mechanics of Black Hole”, tulisan Stephen Hawking, Scientific American, Januari 1977]. Black hole memancarkan energi pada laju berbanding terbalik dengan kuadrat massanya. Walaupun laju penguapan sangat besar untuk black hole ukuran subatom saja, itu menyediakan hubungan krusial antara hukum black hole dan hukum termodinamika.
Konsep energi negatif muncul dalam beberapa bidang fisika modern. Ia memiliki jalinan intim dengan black hole. Pada 1974, Stephen W. Hawking dari Universitas Cambridge mengeluarkan prediksi terkenalnya bahwa black hole menguap dengan memancarkan radiasi [lihat “The Quantum Mechanics of Black Hole”, tulisan Stephen Hawking, Scientific American, Januari 1977]. Black hole memancarkan energi pada laju berbanding terbalik dengan kuadrat massanya. Walaupun laju penguapan sangat besar untuk black hole ukuran subatom saja, itu menyediakan hubungan krusial antara hukum black hole dan hukum termodinamika.
Radiasi Hawking memperkenankan black hole
memasuki kesetimbangan termal dengan lingkungannya.
Sekilas, penguapan menimbulkan kontradiksi. Horizon
black hole adalah jalan searah; energi hanya dapat mengalir masuk. Lantas
bagaimana black hole bisa memancarkan energi keluar? Karena energi pasti
terkekalkan, produksi energi positif—yang dilihat oleh pengamat jauh sebagai
radiasi Hawking—diiringi dengan aliran energi negatif ke dalam black
hole. Di sini energi negatif dihasilkan oleh kelengkungan ekstrim ruangwaktu
dekat black hole, yang mengganggu fluktuasi vakum. Dengan demikian,
energi negatif diperlukan untuk konsistensi unifikasi fisika black hole
dengan termodinamika.
Black hole bukan satu-satunya kawasan ruangwaktu
melengkung di mana energi negatif memainkan peran. [Kawasan] lainnya adalah
wormhole—tipe terowongan hipotetis yang menghubungkan satu kawasan ruang
dan waktu dengan kawasan lain. Fisikawan dulu berpikir bahwa wormhole
eksis hanya pada skala amat kecil, menggelembung muncul dan lenyap seperti
partikel virtual.
Tapi pada akhir 1980-an berbagai periset—khususnya
Michael S. Morris dan Kip S. Thorne, keduanya dari California Institute of
Technology, dan Matt Visser dari Universitas Washington—menemukan bahwa
wormhole-wormhole tertentu nyatanya bisa dibuat cukup besar untuk
[masuknya] manusia atau kapal antariksa. Seseorang dapat memasuki mulut
wormhole yang ditempatkan di Bumi, berjalan menempuh jarak pendek di
dalam wormhole, lalu keluar dari mulut lain di, katakanlah, galaksi
Andromeda. Jebakannya adalah, traversable wormhole memerlukan energi
negatif. Karena bersifat menolak secara gravitasi (gravitasi tolak—penj), energi
negatif akan mencegah wormhole kolaps.
Agar wormhole dapat dilintangi, ia harus
(minimal) memperkenankan sinyal, berbentuk sinar cahaya, melewatinya. Sinar
cahaya yang memasuki salah satu mulut wormhole berkonvergensi, sedangkan
untuk muncul dari mulut satunya lagi mereka harus berdefokus—dengan kata lain,
mereka harus berubah dari berkonvergensi menjadi berdivergensi di suatu tempat
di antara [kedua mulut wormhole] [lihat ilustrasi di bawah ini].
Pendefokusan ini membutuhkan energi negatif. Sementara kelengkungan ruang yang
dihasilkan oleh medan attractive gravitation (gravitasi tarik) materi
biasa beraksi seperti lensa kumpul (converging lens), energi negatif
beraksi seperti lensa pencar (diverging lens).
Tak Butuh Dilitium
Perubahan bentuk ruangwaktu semacam itu juga akan memungkinkan bahan baku sains fiksi lain: perjalanan lebih cepat daripada cahaya. Pada 1994, Miduel Alcubierre Moya, kala itu di Universitas Wales di Cardiff, menemukan solusi untuk persamaan Einstein yang memiliki banyak fitur warp drive yang diharapkan. Solusi itu menggambarkan gelembung ruangwaktu yang mengangkut kapal bintang dengan kecepatan tinggi secara relatif terhadap pengamat di luar gelembung. Kalkulasi menunjukkan bahwa energi negatif dibutuhkan.
Perubahan bentuk ruangwaktu semacam itu juga akan memungkinkan bahan baku sains fiksi lain: perjalanan lebih cepat daripada cahaya. Pada 1994, Miduel Alcubierre Moya, kala itu di Universitas Wales di Cardiff, menemukan solusi untuk persamaan Einstein yang memiliki banyak fitur warp drive yang diharapkan. Solusi itu menggambarkan gelembung ruangwaktu yang mengangkut kapal bintang dengan kecepatan tinggi secara relatif terhadap pengamat di luar gelembung. Kalkulasi menunjukkan bahwa energi negatif dibutuhkan.
Warp drive mungkin terasa melanggar teori
relativitas khusus Einstein. Tapi relativitas khusus menyatakan bahwa Anda tak
dapat melampaui [kecepatan] sinyal cahaya dalam perlombaan di mana Anda dan
sinyal mengikuti rute yang sama. Ketika ruangwaktu melengkung, itu memungkinkan
Anda untuk mengalahkan sinyal cahaya dengan mengambil rute berbeda, sebuah jalan
pintas. Kontraksi/penyusutan ruangwaktu di depan gelembung dan
perluasan/pelebaran di belakang gelembung menghasilkan jalan pintas demikian
[lihat ilustrasi di bawah ini].
Persoalannya adalah, diuraikan oleh Sergei V. Krasnikov
dari Central Astronomical Observatory di Pulkovo, Rusia, interior gelembung
lengkungan (warp bubble) terputus dari tepi depannya. Kapten kapal
bintang di dalam [gelembung] tidak dapat menyetir gelembung atau menggerakkan
atau menghentikannya; suatu perantara eksternal harus memulainya terlebih
dahulu. Untuk menghindari persoalan ini, Krasnikov mengajukan “superluminal
subway”, pipa ruangwaktu yang dimodifikasi (tidak sama dengan
wormhole) yang menghubungkan Bumi dan bintang. Di dalamnya, perjalanan
superluminal ke satu arah dapat dilakukan.
Selama perjalanan ke angkasa dengan kecepatan subcahaya
tersebut, awak kapal antariksa menciptakan pipa demikian. Saat pulang, para awak
dapat melewatinya dengan kecepatan lengkungan. Seperti gelembung lengkungan,
subway ini melibatkan energi negatif. Sejak saat itu telah ditunjukkan
oleh Ken D. Olum dari Universitas Tufts, oleh Visser, bersama Bruce Bassett dari
Oxford dan Stefano Liberati dari International School for Advanced Studies di
Trieste, Italia, dan oleh Sijie Gao dan Robert M. Wald dari Universitas Chicago
bahwa bahwa perjalanan lebih cepat daripada cahaya mensyaratkan energi
negatif.
Jika kita dapat membangun wormhole atau warp
drive, perjalanan waktu mungkin bisa dilakukan. Perlaluan waktu bersifat
relatif; ia tergantung pada kecepatan pengamat. Seseorang yang meninggalkan Bumi
dengan kapal antariksa, berjalan pada hampir kecepatan cahaya, lalu pulang, akan
menua lebih lambat daripada orang yang tetap di Bumi. Jika sang pelancong
berhasil melampaui kecepatan cahaya, barangkali dengan mengambil jalan pintas
lewat wormhole atau gelembung lengkungan, dia mungkin pulang sebelum dia
berangkat. Morris, Thorne, dan Ulvi Yurtsever, kala itu di Caltech, mengajukan
mesin waktu wormhole pada 1988, dan paper mereka telah merangsang
banyak riset perjalanan waktu sejak saat itu. Pada 1992, Hawking membuktikan
bahwa pembangunan mesin waktu di kawasan ruangwaktu terhingga memerlukan energi
negatif.
Energi negatif begitu aneh sehingga kita mungkin
berpikir bahwa ia pasti melanggar suatu hukum fisika. Sebelum dan setelah
pembentukan jumlah setara energi negatif dan positif di ruang yang sebelumnya
hampa, total energi adalah nol, jadi hukum kekekalan energi dipatuhi. Tapi ada
banyak fenomena yang mengekalkan energi namun tak pernah terjadi di dunia nyata.
Gelas pecah tidak merangkai ulang dirinya, dan panas tidak mendadak mengalir
dari benda dingin ke benda panas. Efek-efek semacam itu dilarang oleh hukum
termodinamika kedua. Prinsip umum ini menyatakan bahwa derajat kekacauan sebuah
sistem—entropinya—tidak berkurang dengan sendirinya tanpa input energi. Jadi,
sebuah kulkas, yang memompa panas dari interior dinginnya ke ruangan luar yang
hangat, membutuhkan sumber tenaga eksternal. Demikian halnya, hukum kedua juga
melarang konversi panas lengkap ke dalam [bentuk] kerja.
Energi negatif berpotensi bertentangan dengan hukum
kedua ini. Bayangkan laser eksotis, yang menghasilkan sorot energi negatif
terus-menerus. Kekekalan energi mensyaratkan bahwa produk sambilannya berupa
aliran energi positif terus-menerus. Kita dapat mengarahkan sorot energi negatif
ke suatu pojok jauh alam semesta sambil mempergunakan energi positif untuk
melakukan kerja berguna. Pasokan energi yang sepertinya tiada habisnya ini dapat
dipakai untuk membuat mesin gerak perpetual, dengan begitu melanggar hukum
kedua. Jika sorot [energi negatif] diarahkan pada segelas air, itu bisa
mendinginkan air sambil mempergunakan ekstrak energi positif untuk mentenagai
motor kecil—sehingga kulkas tidak butuh tenaga eksternal. Persoalan-persoalan
ini timbul dari pemisahan energi negatif dan positif.
Energi negatif yang tak terkekang juga memiliki
konsekuensi mendalam untuk black hole. Ketika sebuah black hole
terbentuk, relativitas umum memprediksikan pembentukan singularitas, kawasan di
mana medan gravitasi menjadi kuat tak terhingga. Pada poin ini, semua hukum
fisika yang dikenal tak mampu mengatakan apa yang terjadi selanjutnya.
Ketidakmampuan ini merupakan kegagalan besar deskripsi matematis mutakhir
tentang alam. Namun, selama singularitas tersembunyi di dalam horizon peristiwa,
kerusakannya terbatas. Deskripsi alam di setiap tempat di luar horizon tidak
terpengaruh. Atas alasan ini, Roger Penrose dari Oxford mengajukan hipotesis
penyensoran kosmik (cosmic censorship hypothesis): tak ada singularitas
telanjang, yang tidak diperisai oleh horizon peristiwa.
Untuk tipe-tipe khusus black hole bermuatan atau
black hole berotasi—dikenal sebagai black hole ekstrim—peningkatan
kecil muatan atau pusingan atau penurunan massa dapat secara teoritis
menghancurkan horizon dan mengubah black hole menjadi singularitas
telanjang. Upaya untuk meningkatkan muatan atau pusingan black hole ini
dengan menggunakan materi biasa akan gagal. Kita mungkin justru membayangkan
menurunkan massa dengan menyorotkan energi negatif ke black hole, tanpa
mengubah muatan atau pusingannya, menumbangkan penyensoran kosmik. Kita dapat
menciptakan sorot semacam itu misalnya dengan menggunakan cermin bergerak. Pada
prinsipnya, hanya perlu sejumlah kecil energi negatif untuk menghasilkan
perubahan dramatis status black hole ekstrim. Oleh sebab itu, ini mungkin
merupakan skenario di mana energi negatif kemungkinan besar menghasilkan efek
makroskopis.
Tidak Terpisah dan Tidak
Sama
Untungnya (atau sialnya, tergantung sudut pandang Anda), walaupun teori quantum memperkenankan eksistensi energi negatif, ia juga tampaknya menaruh batasan kuat—dikenal sebagai ketidaksamaan quantum—pada magnitudo dan durasinya. Ketidaksamaan ini pertama kali dikemukakan oleh Ford pada 1978. Selama dekade yang lalu, ketidaksamaan ini telah dibuktikan oleh kami dan yang lainnya, meliputi Éanna E. Flanagan dari Universitas Cornell, Michael J. Pfenning (kala itu di Tufts), Christopher J. Fewster dan Simon P. Eveson dari Universitas York di England, dan Edward Teo dari National University of Singapore.
Untungnya (atau sialnya, tergantung sudut pandang Anda), walaupun teori quantum memperkenankan eksistensi energi negatif, ia juga tampaknya menaruh batasan kuat—dikenal sebagai ketidaksamaan quantum—pada magnitudo dan durasinya. Ketidaksamaan ini pertama kali dikemukakan oleh Ford pada 1978. Selama dekade yang lalu, ketidaksamaan ini telah dibuktikan oleh kami dan yang lainnya, meliputi Éanna E. Flanagan dari Universitas Cornell, Michael J. Pfenning (kala itu di Tufts), Christopher J. Fewster dan Simon P. Eveson dari Universitas York di England, dan Edward Teo dari National University of Singapore.
Ketidaksamaan quantum memiliki suatu kemiripan dengan
prinsip ketidakpastian. Ketidaksamaan menyatakan bahwa sorot energi negatif
tidak bisa intens/kuat untuk waktu yang lama. Magnitudo energi negatif yang
diperkenankan terhubung terbalik dengan rentang waktu atau rentang ruangnya.
Pulse intens energi negatif dapat bertahan untuk waktu yang pendek;
pulse lemah dapat bertahan lebih lama. Lebih jauh, pulse energi
negatif harus diikuti oleh pulse energi positif besar [lihat ilustrasi
di bawah ini]. Semakin besar magnitudo energi negatif, semakin dekat
imbangannya, yaitu energi positif. Batasan-batasan ini tidak tergantung pada
detil bagaimana energi negatif dihasilkan. Kita dapat menganggap energi negatif
sebagai energi pinjaman. Sebagaimana utang merupakan uang negatif yang harus
dibayar, energi negatif adalah defisit energi.
Dalam efek Casimir, densitas energi negatif antara
kedua pelat dapat bertahan untuk jangka waktu tak terbatas, tapi densitas besar
energi negatif memerlukan keterpisahan pelat secara amat tipis. Magnitudo
densitas energi negatif berbanding terbalik dengan pangkat empat keterpisahan
pelat. Sebagaimana pulse berdensitas energi amat negatif terbatasi dalam
hal waktu, densitas energi Casimir amat negatif harus terkurung di antara
pelat-pelat berdempetan. Menurut ketidaksamaan quantum, densitas energi di celah
tersebut bisa dibuat lebih negatif daripada harga Casimir, tapi hanya sementara.
Praktisnya, semakin seseorang mencoba menekan densitas energi ke bawah harga
Casimir, semakin pendek waktu untuk bisa mempertahankan situasi
ini.
Ketika diterapkan pada wormhole dan warp
drive, ketidaksamaan quantum mengimplikasikan bahwa struktur semacam itu
[yakni wormhole dan warp drive] pasti terbatas pada ukuran
submikroskopis atau, jikalau berukuran makroskopis, energi negatif pasti
terkurung di pita luar biasa tipis. Pada 1996, kami menunjukkan bahwa
wormhole submikroskopis memiliki radius leher tak lebih dari
10-32 meter. Ini sedikit lebih besar daripada panjang Planck,
10-35 meter, jarak terpendek yang berarti. Kami menemukan bahwa kita
dapat memodelkan wormhole berukuran makroskopis tapi harus mengurung
energi negatif di pita amat tipis sekeliling leher. Dalam satu model, radius
leher satu meter mensyaratkan energi negatif [berupa] pita yang tak lebih tebal
dari 10-21 meter, sepersejuta ukuran proton. Visser telah
mengestimasi bahwa energi negatif yang diperlukan untuk wormhole ini
memiliki magnitudo setara dengan total energi yang dihasilkan oleh 10 miliar
bintang dalam satu tahun. Situasi ini tidak membaik untuk wormhole besar.
Untuk model yang sama, ketebalan maksimal pita energi negatif berbanding dengan
akar kubik radius leher. Sekalipun radius leher ditingkatkan menjadi satu
tahun-cahaya, energi negatif pasti tetap terkurung di kawasan yang lebih kecil
daripada radius proton, dan total [energi negatif] yang dibutuhkan meningkat
[berbanding] lurus dengan ukuran leher.
Sepertinya para insinyur wormhole menghadapi
persoalan menakutkan. Mereka harus menemukan mekanisme untuk mengurung energi
negatif dalam jumlah besar di volume amat tipis. String-string kosmik, yang
dihipotesiskan dalam beberapa teori kosmologi, melibatkan densitas energi amat
besar di garis-garis panjang nan sempit. Tapi semua model string kosmik yang
masuk akal secara fisikal memiliki densitas energi positif.
Warp drive dibatasi secara lebih ketat lagi.
Dalam model Alcubierre, gelembung lengkungan yang berjalan pada 10 kali
kecepatan cahaya harus memiliki ketebalan dinding tak lebih dari
10-32 meter. Gelembung yang cukup besar untuk melingkupi sebuah kapal
bintang berlebar/berpanjang 200 meter memerlukan jumlah total energi negatif
setara dengan 10 miliar kali massa observable universe (alam semesta yang
teramati). Batasan serupa berlaku pada superluminal subway-nya Krasnikov.
Modifikasi model Alcubierre dikonstruksi pada 1999 oleh Chris Van Den Broeck
dari Catholic University of Louvain di Belgia. [Modifikasi] ini memerlukan
energi negatif yang jauh lebih sedikit tapi menempatkan kapal bintang di dalam
botol ruangwaktu melengkung yang lehernya beradius sekitar 10-32
meter, sesuatu yang sulit dilakukan. Temuan ini tampaknya membuat kita mustahil
bisa membangun wormhole dan warp drive menggunakan energi negatif
yang dihasilkan oleh efek-efek quantum.
Kilasan Kosmik dan Bunga
Quantum
Ketidaksamaan quantum mencegah pelanggaran hukum termodinamika kedua. Jika seseorang mencoba menggunakan pulse energi negatif untuk mendinginkan objek panas, itu akan cepat diikuti oleh pulse besar energi positif, yang memanaskan kembali objek tersebut. Pulse lemah energi negatif bisa terus terpisah dari imbangan positifnya untuk waktu lama, tapi efeknya tidak bisa dibedakan dari fluktuasi termal normal. Upaya untuk menangkap atau memisahkan energi negatif dari energi positif juga tampaknya gagal. Kita mungkin dapat mencegat sorot energi dengan, katakanlah, memakai boks ber-shutter (pengatur cahaya). Dengan menutup shutter, kita mungkin berharap memperangkap pulse energi negatif sebelum energi positif pengimbang datang. Tapi tindakan menutup shutter menghasilkan fluks energi yang menghapuskan energi negatif yang hendak diperangkap [lihat ilustrasi di bawah ini].
Ketidaksamaan quantum mencegah pelanggaran hukum termodinamika kedua. Jika seseorang mencoba menggunakan pulse energi negatif untuk mendinginkan objek panas, itu akan cepat diikuti oleh pulse besar energi positif, yang memanaskan kembali objek tersebut. Pulse lemah energi negatif bisa terus terpisah dari imbangan positifnya untuk waktu lama, tapi efeknya tidak bisa dibedakan dari fluktuasi termal normal. Upaya untuk menangkap atau memisahkan energi negatif dari energi positif juga tampaknya gagal. Kita mungkin dapat mencegat sorot energi dengan, katakanlah, memakai boks ber-shutter (pengatur cahaya). Dengan menutup shutter, kita mungkin berharap memperangkap pulse energi negatif sebelum energi positif pengimbang datang. Tapi tindakan menutup shutter menghasilkan fluks energi yang menghapuskan energi negatif yang hendak diperangkap [lihat ilustrasi di bawah ini].
Kami telah menunjukkan bahwa terdapat pembatasan serupa
untuk pelanggaran penyensoran kosmik. Pulse energi negatif yang
disuntikkan ke dalam black hole bermuatan mungkin menghancurkan horizon
untuk sebentar, menyingkap singularitas di dalamnya. Tapi pulse tersebut
pasti diikuti oleh pulse energi positif, yang akan mengubah singularitas
telanjang itu kembali menjadi black hole, skenario yang kami juluki
sebagai kilasan kosmik (cosmic flashing). Peluang terbaik untuk mengamati
kilasan kosmik adalah memaksimalkan keterpisahan waktu antara energi negatif dan
energi positif, memungkinkan singularitas telanjang berlangsung selama mungkin.
Tapi kalau begitu magnitudo pulse energi negatif harus amat kecil,
menurut ketidaksamaan quantum. Perubahan massa black hole yang disebabkan
oleh pulse energi negatif akan terhapus oleh fluktuasi quantum normal
massa black hole, yang merupakan konsekuensi alami prinsip
ketidakpastian. Dengan demikian pemandangan singularitas telanjang akan
terkaburkan, sehingga pengamat jauh tidak dapat memverifikasi secara jelas bahwa
penyensoran kosmik telah dilanggar.
Baru-baru ini kami, Frans Pretorius (kala itu di
Universitas Victoria di British Columbia), dan Fewster dan Teo telah menunjukkan
bahwa ketidaksamaan quantum menimbulkan batasan yang lebih kuat lagi pada energi
negatif. Pulse positif yang mengikuti pulse negatif pasti berbuat
lebih untuk mengimbangi pulse negatif; ia pasti mengimbangi lebih.
Pengimbangan lebih ini meningkat seiring interval waktu di antara pulse
[negatif dan positif]. Oleh sebab itu, pulse negatif dan positif tidak
pernah bisa dibuat [saling] menghapuskan secara tepat/setara. Energi positif
pasti selalu mendominasi—sebuah efek yang dikenal sebagai bunga quantum. Jika
energi negatif dianggap sebagai energi pinjaman, pinjaman tersebut harus dibayar
dengan bunga. Semakin panjang periode pinjamannya atau semakin besar jumlah
pinjamannya, semakin besar bunganya. Lebih jauh, semakin besar pinjamannya,
semakin kecil periode pinjaman maksimal yang dibolehkan. Alam adalah bankir
lihai dan selalu menarik kembali piutangnya.
Konsep energi negatif bersinggungan dengan gravitasi,
teori quantum, dan termodinamika. Perjalinan semua bagian fisika ini
mengilustrasikan struktur logis ketat hukum alam. Energi negatif rupanya
dibutuhkan untuk merekonsiliasi black hole dengan termodinamika. Di sisi
lain, fisika quantum mencegah produksi energi negatif tanpa batasan, sebuah
fenomena yang akan melanggar hukum termodinamika kedua. Entah pembatasan ini
juga merupakan fitur suatu teori pokok yang lebih dalam, semisal teori gravitasi
quantum, hal itu masih harus disimak. Alam tak diragukan menyimpan banyak
kejutan.
Penulis
Lawrence H. Ford dan Thomas A. Roman telah bekerjasama dalam isu-isu energi negatif selama lebih dari satu dekade. Ford menerima gelar Ph.D.-nya dari Universitas Princeton pada 1974 di bawah bimbingan John Wheeler, salah seorang pendiri fisika black hole. Dia kini menjabat profesor fisika di Universitas Tufts dan mengerjakan persoalan-persoalan relativitas umum maupun teori quantum, dengan perhatian khusus pada fluktuasi quantum. Roman menerima gelar Ph.D.-nya pada 1981 dari Universitas Syracuse di bawah bimbingan Peter Bergmann, yang bekerjasama dengan Albert Einstein dalam teori medan terpadu. Dia sekarang menjabat profesor fisika di Central Connecticut State University. Perhatiannya meliputi implikasi energi negatif terhadap teori gravitasi quantum.
Lawrence H. Ford dan Thomas A. Roman telah bekerjasama dalam isu-isu energi negatif selama lebih dari satu dekade. Ford menerima gelar Ph.D.-nya dari Universitas Princeton pada 1974 di bawah bimbingan John Wheeler, salah seorang pendiri fisika black hole. Dia kini menjabat profesor fisika di Universitas Tufts dan mengerjakan persoalan-persoalan relativitas umum maupun teori quantum, dengan perhatian khusus pada fluktuasi quantum. Roman menerima gelar Ph.D.-nya pada 1981 dari Universitas Syracuse di bawah bimbingan Peter Bergmann, yang bekerjasama dengan Albert Einstein dalam teori medan terpadu. Dia sekarang menjabat profesor fisika di Central Connecticut State University. Perhatiannya meliputi implikasi energi negatif terhadap teori gravitasi quantum.
Untuk Digali Lebih Jauh
- Black Holes and Time Warps: Einstein’s Outrageous Legacy. Kip S. Thorne. W.W. Norton, 1994.
- Quantum Field Theory Constrains Traversable Wormhole Geometries. L.H. Ford dan T.A. Roman in Physical Review D, Vol. 53, No. 10, hal. 5496–5507; 15 Mei 1996.
- The Unphysical Nature of Warp Drive. M.J. Pfenning dan L.H. Ford dalam Classical and Quantum Gravity, Vol. 14, No. 7, hal. 1743–1751; Juli 1997. Tersedia di xxx.lanl.gov/abs/gr-qc/9702026.
- Time Machines: Time Travel in Physics, Metaphysics, and Science Fiction. Edisi kedua. Paul J. Nahin. AIP Press, Springer-Verlag, 1999.
- The Quantum Interest Conjecture. L.H. Ford dan T.A. Roman dalam Physical Review D, Vol. 60, No. 10, No. Artikel 104018; 15 November 1999.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar