Dikutip dari: http://human-earth.blogspot.com/2008/01/braneworlds.html
Sebuah buku menarik berjudul “The Fabric of the Cosmos”.
Sebuah komentar mengatakan “Another Hawking, only better” untuk sang penulis.
Dialah Brian Greene dari Columbia University yang juga penulis “The Elegant
Universe” yang menjadi best seller. Tidak hanya buku, sebuah tiga episode film
berjudul sama, “The Elegant Universe” diproduski oleh PBS dan bisa di tonton
online di internet. Bagi yang lebih menyukai menonton film ketimbang membaca
buku, Film ini sangat bagus dan lebih mudah dimengerti. Rasa takjub saya kepada
alam semesta bertambah dan membuat saya berpikir panjang.
Fisika Klasik
Fisika Klasik
Perjalanan kita dimulai dari
sebuah kecelakaan di masa lampau yang menimpa kepala seorang pemikir terkenal.
Sebuah apel jatuh dari pohonnya dan memberi ide kepada Isac Newton. Ide apel
yang jatuh ini merupakan awal popularitas gaya atau forsa (force) gravitasi yang
diperkenalkan Newton. Forsa gravitasi-lah yang menyebabkan apel jatuh. Forsa ini
pula lah yang menyebabkan planet melintas pada orbitnya mengelilingi matahari.
Karya Isac Newton mengenai forsa gravitasi dalam bukunya yang tekenal “Principia
of Mathematica” masih digunakan orang hingga sekarang untuk meluncurkan roket
mengelilingi bulan dan mengirimkan rover ke planet Mars.
Newton berhasil merubah
pandangan orang. Gaya tarik-menarik yang tak terlihat itu bisa dihitung dan
menjadi nyata dalam aplikasinya. Gravitasi adalah sebuah forsa fundamental di
alam ini. Walaupun demikian Newton belum bisa menjawab apakah gravitasi
tersebut.
Fisika Relativitas
Umum
Dari sebuah kantor paten di
Jerman, ilmuwan muda, Albert Einstein menyelidiki cahaya. Ia menemukan bahwa
cahaya merambat dengan kecepatan sangat tinggi dan tidak ada satu obyek pun yang
mampu bergerak melebihi kecepatan cahaya. Kecepatan cahaya adalah konstan dan
sama di mana saja di alam semesta ini. Einstein memperkenalkan kepada dunia
sebuah konsep dan cara berpikir baru mengenai ruang-waktu.
Dalam menyelidiki ini, Einstein
menemukan bahwa sebuah benda massif di alam semesta seperti bintang atau
matahari kita, melengkungkan ruang. Anda bisa membayangkan sebuah bola bowling
di atas permukaan trampoline. Karet trampoline melendut atau melengkung ke bawah
karena massa bola bowling. Kemudian bila sebuah bola yang lebih kecil dan lebih
ringan massanya, misal bola tennis, digelindingkan di samping bola bola bowling
menyeberangi permukaan trampoline, maka lintasan bola tennis akan membelok
dikarenakan permukaan karet trampoline yang melengkung. Einstein menemukan apa
yang disebut forsa gravitasi.
Lintasan planet yang
mengelilingi matahari sebenarnya adalah lintasan planet yang bergerak lurus
namun terlengkungkan oleh ruang yang melengkung dikarenakan massa matahari di
dekatnya.
Lalu apa yang terjadi bila
tiba-tiba matahari lenyap? Menurut Newton, planet-planet akan kehilangan forsa
gravitasi dari matahari dan seketika itu pula melanjutkan gerak lurusnya menjauh
dari matahari. Ilustrasi yang benar namun tidak seluruhnya tepat. Einstein
menambahkan bahwa cahaya memerlukan waktu 8 menit untuk mencapai bumi. Jika
tiba-tiba matahari lenyap, maka kelengkungan ruang yang disebabkan massa
matahari akan kembali ke kondisi ruang yang rata. Dengan kata lain anda bisa
membayangkan permukaan trampoline yang menjadi rata kembali ketika bola bowling
diangkat, atau permukaan air yang beriak kemudian tenang kembali. Sebuah riak
gelombang terjadi dari pusat lokasi matahari. Gelombang forsa gravitasi ini
merambat dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan cahaya. Sehingga Einstein
mengemukakan bahwa planet bumi tidak akan langsung meninggalkan orbitnya sebelum
8 menit, yaitu waktu yang dibutuhkan oleh forsa gravitasi untuk mencapai bumi
dari matahari.
Einstein menerbitkan teori
Relativitas Umum. Forsa gravitasi berhasil dijelaskan. Hingga kini, Relativitas
umum merupakan teori yang mampu dengan baik menjelaskan pergerakan benda-benda
massif di alam semesta seperti planet, matahari, dan galaksi. Teori relativitas
menjelaskan alam semesta dalam ukuran besar. Einstein meyakini bahwa alam
semesta berperilaku teratur seperti yang diamati dikarenakan mematuhui
hukum-hukum fisika. “Tuhan tidak bermain dadu”, ucapnya.
Einstein membuka wawasan
tentang bagimana orang seharusnya melihat ruang dan waktu. Ruang dan waktu
bagaikan sebuah fabric atau lembaran kain yang membentang. Ruang-waktu dapat
mengkerut, meregang, terpilin dan terdistorsi oleh medan gravitasi dari benda
massif.
Fisika Quantum
Mulai dari sini tulisan saya
akan lebih rumit untuk diikuti, saya pun menemukan kesulitan dalam
menuliskannya. Kehadiran Einstein yang cemerlang dan teorinya yang memukau
membangkitkan semangat seluruh fisikawan teoretis diseluruh dunia.
Gagasan-gagasan baru diajukan dalam waktu yang hampir bersamaan. Pada kesempatan
ini saya hanya akan menyinggung yang penting-penting saja.
Listrik (electricity) adalah
sebuah forsa. Magnet juga febuah forsa. Orang menemukan bahwa listrik dan magnet
adalah relevan, keduanya saling berpengaruh. James Clerk Maxwell berhasil
menggabungkan kedua forsa tersebut menjadi sebuah forsa fundamental alam lainnya
selain forsa gravitasi, yaitu forsa Electromagnetic (EM). Forsa EM dihasilkan
oleh alam setiap saat, bahkan setiap partikel membawa muatan listrik yang
mempengaruhi secara signifikan interaksi antar pertikel.
Maxwell mengirimkan sebuah
paper kepada Einstein untuk dipublikasikan. Maxwell meyakini bahwa selain forsa
gravitasi yang merambat pada dan melengkungkan ruang, forsa EM juga demikian,
dan forsa EM memerlukan ruang untuk merambat. Tapi dimana? Untuk menjawab ini
maka Maxwell mengusulkan sebuah dimensi ruang tambahan agar Forsa EM tersebut
dapat merambat. Einstein menerima ide Maxwell ini. Diterimanya sebuah dimensi
ruang tambahan adalah sebuah momentum awal manusia dalam mengkoreksi cara
pandang terhadap alam. Lalu, dimana letak dimensi tambahan ini? Mengapa kita
tidak melihatnya?
Ilmuan lain, Kaluza dan Klein
mengusulkan bahwa dimensi extra itu sangat kecil. Bayangkan saja bila anda
melihat sebuah kawat listrik dari jauh. Anda melihat kawat tersebut sangat kecil
bagaikan sebuah tali yang memiliki panjang saja tanpa lebar. Namun bila kita
melihat dari jarak yang sangat dekat, misalkan dari pandangan seekor semut, maka
seekor semut itu dapat bergerak maju, mundur serta berputar ke kanan dan ke kiri
di badan kawat listrik tersebut. Inilah dimensi extra yang tak tampak tesebut.
Kaluza-Klein mengusulkan bahwa dimensi extra berukuran sangat kecil di setiap
titik lokasi pada ruang. Karena terlalu kecil maka ia tak terlihat.
Einstein terinspirasi oleh
forsa EM ini dan meyakini bahwa untuk mengerti alam ini secara fundamental maka
forsa Gravitasi harus bisa disatukan dengan forsa EM. Sebuah penggabungan atau
unification. Sejak saat itu seluruh hidupnya dihabiskan untuk menemukan sebuah
rumusan tunggal yang mampu menjelaskan forsa gravitasi dan EM.
Sementara itu Neils Bohr
memperkenalkan model atomnya yang diterima dengan baik, yaitu bahwa atom terdiri
dari inti, inti terbentuk dari proton yang bermuatan positif dan neutron yang
bermuatan netral, di sekitar inti mengorbit electron yang bermuatan
negatif.
Di sinilah orang mulai berpikir
pada semesta yang sangat kecil. Untuk mengerti perilaku alam semesta secara
keseluruhan, maka orang harus mengerti interaksi antar partikel. Penelitian ini
menghantarkan orang pada alam sub-atomic. Disinilah lahirnya fisika
quantum.
Jika Teori Relativitas menjelaskan alam semesta dalam ukuran besar, maka fisika quantum menjelaskan alam semesta dalam ukuran sangat kecil.
Jika Teori Relativitas menjelaskan alam semesta dalam ukuran besar, maka fisika quantum menjelaskan alam semesta dalam ukuran sangat kecil.
Namun terjadi sebuah
kontradiksi. Pada ukuran alam yang sangat kecil ini, gravitasi bagaikan tidak
punya gigi. Maksudnya, forsa gravitasi tidak memiliki peran sama sekali dalam
reaksi antar partikel. Malahan, fisikawan berhasil menemukan forsa fundamental
lainnya, yaitu forsa nuklir Kuat (Strong Nuclear Force) yang merekatkan inti
atom pada tempatnya, dan forsa nuklir lemah (Weak Nuclear Force) yang
menyebabkan peluruhan atom atau radiasi.
Sejauh ini telah ditemukan
seluruh forsa fundamental alam. Mereka adalah forsa gravitasi, forsa
electromagnetic, forsa nuklir kuat dan forsa nuklir lemah. Ditinjau dari
kekuatan energi-nya, maka forsa nuklir kuat adalah yang terkuat. Ini telah
dibuktikan dengan dibuatnya bom atom. Peledakan bom atom adalah sebuah pelepasan
energi forsa nuklir kuat yang disebabkan oleh pemisahan partikel pada inti atom.
Pemecahan inti atom ini membuat luruhnya (radiasi) atom yang energi-nya (energi
forsa nuklir lemah) masih dapat dideteksi hingga sekarang.
Forsa gravitasi adalah yang
terlemah di antara ketiganya. Bila dibandingkan dengan forsa EM saja, maka forsa
EM trilyunan kali lebih kuat. Forsa Gravitasi hanya dapat dirasakan pada
benda-benda ber-massa sangat besar seperti planet dan bintang. Pada alam
quantum, forsa gravitasi tidak memiliki pengaruh, karena kekuatan forsa ini
terlalu kecil untuk diperhitungkan.
Sebuah dilema dan masalah
serius bagi fisikawan. Unification mengalami kendala.
Pada kesempatan lain, Roger
Penrose dan Stephen Hawking mendalami sebuah fenomena alam, yaitu keruntuhan
bintang. Sebuah bintang dapat runtuh bila setiap partikel yang membentuknya
kehilangan energi. Electron yang kehabisan energi akan jatuh ke inti atom.
Ukuran atom mengkerut sangat signifikan sehingga ukuran bintang itu pun
mengkerut ke ukuran yang sangat kecil. Namun demikian, forsa gravitasi tidak
berubah. Singkatnya, pada ukuran yang sangat kecil ini, forsa gravitasi sangat
kuat. Ruang terlengkungkan ke ukuran tak hingga.
Demikian kuatnya forsa
gravitasi hingga cahaya pun tidak dapat lolos. Bila cahaya tidak dapat lolos,
maka kita tidak mungkin bisa melihat bintang runtuh tersebut. Keberadaan bintang
runtuh ini hanya dapat dilihat dengan memperhatikan daerah hitam gelap di langit
yang memiliki gravitasi kuat. Oleh kerenanya bintang runtuh lebih sering disebut
lubang hitam (black hole).
Cahaya, atau partikel cahaya
yang disebut photon yang jatuh ke dalam lubang hitam tidak akan dapat lolos.
Namun pada jarak tertentu dari inti lubang hitam dimana forsa gravitasi tidak
terlalu kuat sehingga cahaya masih dapat bertahan untuk tidak jatuh namun
terlalu lemah untuk bisa lolos, maka cahaya tersebut hanya dapat melayang-layang
di situ. Jarak ini disebut horizon peristiwa (event horizon). Dinamakan demikian
karena dipercayai jika cahaya berhenti bergerak, maka waktu setempat ikut
berhenti.
Singularitas dan Penciptaan
Alam Semesta
Saya rasa perlu untuk meninjau
bahasan ini. Tujuan akhir fisika adalah untuk mengerti perilaku alam semesta,
bagaimana terciptanya dan untuk apa diciptakan. Pertanyaan terakhir terdengar
seperti keinginan manusia untuk mengerti pikiran Tuhan. Namun apabila memang
Tuhan menciptakan alam ini dengan alasan khusus, maka jawabannya entu saja
dengan harus menjawab terlebih dahulu pertanyaan bagaiman alam semesta ini
diciptakan.
Penrose memberi ide kepada
Hawking mengenai asal-usul alam semesta. Ditambah dengan Sebuah pengamatan
mengenai alam semesta yang mengembang, menyimpulkan bahwa suatu saat di masa
lampau, alam semesta ini berukuran sangat kecil. Hawking menegaskan bahwa alam
semesta ini berawal dari sebuah titik tunggal sangat kecil. Sebuah
singularitas.
Singularitas berasal dari kata
singular atau sebuah kondisi “tunggal”. Di titik awal terbentuknya ruang-waktu
ini, seluruh forsa fundamental alam seharusnya masih berupa satu forsa tunggal.
Kemudian seperti halnya ledakan bom nuklir, pecahnya sebuah forsa tunggal ini
menjadi empat forsa alam menghasilkan ledakan yang Maha dahsyat, yang disebut
“Big Bang”.
Big Bang adalah peristiwa
penciptaan alam semesta ini. Sebuah peristiwa terpecahnya sebuah forsa tunggal
menjadi 4 forsa fundamental.
Alam mengembang hingga sekarang
dan membentuk bintang dan planet.
Penemuan lubang hitam bagaikan
melihat Big Bang dari arah terbalik. Lubang hitam adalah singularitas. Maka
untuk mengerti bagaimana alam semesta ini diciptakan, adalah dengan
menggabungkan keempat forsa yang ada. Sampai hingga fase ini, manusia sudah
berhasil menggabungkan forsa EM dengan forsa nuklir lemah menjadi forsa
elektrolemah (Electroweak Force). Juga elektrolemah digabungkan dengan forsa
nuklir kuat menghasilkan sebuah framework yang diyakini sebagai “model standard”
(Standard Model) dari sebuah teori pamungkas yang mampu menjelaskan asal usul
alam semesta dalam sebuah teori tunggal; “Teori Segala Hal”, atau ”Theory of
Everything (TOE)”
Relativitas VS
Quantum
Lubang hitam adalah sebuah
momok bagi fisika saat itu. Dikala mereka melupakan forsa gravitasi karena
dinilai terlalu lemah, di depan mata mereka terpampang peristiwa nyata mengenai
penyatuan forsa-forsa tersebut ke dalam sebuah singularitas. Bagaimana sebuah
obyek berukuran tak-hingga kecilnya menghasilkan gravitasi begitu besarnya?
Bagaimana menjelaskan mekanika lubang hitam ini?
Teori Relativitas tidak berlaku
di alam berukuran quantum karena pada teori ini forsa gravitasi sangat berperan
dan hanya melibatkan benda-benda besar. Teori fisika quantum mampu menjelaskan
alam sangat kecil ini namun ia tidak bisa melibatkan forsa gravitasi.
Kesimpulannya, fisika runtuh di
lubang hitam. Benar-benar sebuah lubang hitam yang sangat gelap karena tidak ada
satu pun perangkat ilmu yang mampu menjelaskannya.
Strings Theory
Agak kembali sedikit ke masa
lampau, saat hampir semua fisikawan berbondong-bondong menyelidiki fisika
quantum, ada sebagian kecil, mungkin boleh dikatakan, satu atau dua orang saja
yang tersisa dari seluruh ilmuwan yang ada di dunia ini yang tidak mengikuti
jejak rekan-rekan yang lainnya.
Saat semua orang beranggapan
bahwa wujud atom dan partikel berbentuk menyerupai titik atau bola, maka
sebagian kecil ilmuwan ini menemukan kemungkinan lain dari persamaan matematis
yang membawa mereka pada ide liar bahwa kesalahan fisika selama ini terletak
pada ‘bentuk’. Kita telah keliru memandang partikel berbentuk bola. Mereka
menemukan bahwa pertikel berbentuk tali atau string.
Lalu apa implikasinya jika
pertikel fundamental berbentuk string?
String berukuran sangat kecil,
yaitu berjuta-juta kali lebih kecil dari quark. Untuk membayangkan ukuran string
yang sangat kecil ini, bayangkanlah bila sebuah atom adalah tata surya kita,
maka sebuah string berukuran sebuah pohon di bumi. String super kecil ini yang
saking kecilnya dianggap hanya memiliki panjang saja (satu dimensi-ruang)
bergetar dan variasi getarannya itulah yang menghasilkan apa yang kita amati
sebagai partikel-partikel. Para pengusung teori string ini mengatakan bahwa
string adalah satu-satu nya bahan dasar pembentuk ruang dan waktu. Yang kita
amati sebagai beraneka ragam partikel itu sebenarnya adalah hasil variasi getar
string-string yang sama.
Dengan demikian maka
perhitungan atau persamaan matematikanya menjadi berubah sama sekali. Alam
fisika quantum yang tadinya mengabaikan forsa gravitasi sekarang dapat menerima
forsa gravitasi tersebut sebagai bagian dari persamaan matematisnya. Atau boleh
dikatakan telah ditemukan forsa gravitasi di alam quantum. Fisika relativitas
dan fisika quantum berhasil disatukan. Teori string diduga kuat sebagai teori
pamungkas yang dicari, sebuah teori tunggal yang mampu menjelaskan perilaku alam
semesta ini; sebuah teori segala hal.
Bagaimana hal ini bisa terjadi?
Bagaimana forsa gravitasi ditemukan dalam persamaan matematika fisika quantum?
Untuk menyinggung ini, perlu kita kilas balik sedikit sekelumit sejarah panjang
perkembangan teori string.
Teori string tidak terjadi
dalam semalam saja. Diawali di tahun 1968, oleh seorang fisikawan muda asal
Italy, Gabriele Veneziano, sekarang bekerja untuk CERN, yang mempelajari
persamaan matematis yang menjelaskan forsa nuklir kuat. Ditemukannya persamaan
ini membuka jalan pada penelitian forsa tersembunyi di inti atom. Kemudian
penelitian menggugah ilmuwan lainnya, Leonard Suskind dari Stanford University
yang melihat bahwa persamaan tersebut mengindikasikan sesuatu yang tersembunyi,
sebuah partikel yang memiliki struktur internal yang bisa melendut dan meragang.
Partikel ini bukan berbentuk titik atau bola, namun berbentuk string yang secara
alami bergerak lentur. Temuannya ini sempat tidak mendapat tanggapan dari
fisikawan lainnya.
Adalah seorang fisikawan yang
melanjutkan penelitian mengenai string ini, di tahun 1973, yaitu John H. Schwarz
dari California Institute of Technology, mengemukakan bahwa jika string ini
benar, maka string akan mampu menjelaskan banyak misteri alam ini. Schwarz
berhasil menarik perhatian para ilmuwan dunia dan orang mulai banyak bergabung
mendalami teori radikal ini.
Namun teori string mengalami
kendala besar. Yaitu terdapat beberapa anomali pada perhitungan atau persamaan
matematisnya. Pertama, teori string melibatkan sebuah partikel bermassa nol dan
partikel tachyon, yaitu partikel yang bergerak lebih cepat dari kecepatan
cahaya. Telah disinggung sebelumnya bahwa Teori Relativitas tidak membenarkan
adanya obyek yang bergerak melebihi kecepatan cahaya. Teori string sekali lagi
nyaris turun pamor.
Michael B. Green dari Cambridge University bergabung
dengan Schwarz untuk mengkaji dan membedah persamaan matematis teori string ini
lebih dalam. Di tahun 1984 Mereka berhasil meniadakan anomali tersebut. Mereka
menemukan bahwa partikel aneh yang menjadi momok teori ini sebenarnya adalah
“graviton” yaitu partikel untuk forsa gravitasi. Peristiwa sangat bersejarah ini
dikenal sebagai salah satu yang menggemparkan dunia. Schwarz dan Green menemukan
forsa gravitasi dalam persamaan mereka. Mereka berhasil gemilang meniadakan
anomali.Lebih banyak lagi orang ikut bergabung melanjutkan perjuangan Schwarz dan Green hingga kemudian sebuah kendala besar dihadapi mereka kembali, yaitu:
1. Teori string melibatkan dimensi extra Seperti yang kita kenali bersama bahwa kita hidup di alam dengan 3 dimensi-ruang yaitu panjang, lebar, dan tinggi ditambah 1 dimensi waktu menjadikan total = 4 dimensi ruang-waktu. Namun string harus bergerak di lebih dari 3 dimensi ruang itu. String harus bergerak di 9 dimensi ruang. Sehingga menurut teori string, alam yang kita tempati ini sebenarnya memiliki 10 dimensi ruang waktu.
Lalu dimana ke-enam dimensi ruang lainnya? Mengapa kita tidak bisa melihat atau merasakannya? Sekali lagi Kaluza dan Klein mengajukan bahwa 6 dimensi ruang ini berukuran sangat kecil sehingga tidak bisa teramati.
Namun kemudian orang mulai menerima kehadiran dimensi ektra ini karena memang HARUS ada dimensi extra di alam ini bagi string untuk wujud. Dimensi extra adalah sebuah temuan fenomenal.
2. Terdapat 5 teori string
Ini merupakan masalah besar. Bagaimana sebuah teori segala hal hadir dalam 5 variasi? Setiap teori sama-sama benar namun memiliki perbedaan mendasar pada persamaan matematisnya.
Strings /
M-Theory
Barulah Pada tahun 1995, pada konvensi fisika sedunia, seorang
fisikawan yang kemudian menjadi sangat terkenal, yaitu Edward Witten, dari
Institute for Advance Study, mempublikasikan papernya. Edward Witten dijuluki
sebagai orang tercerdas di planet bumi ini dan mendapat julukan “the true
successor of Einstein”, ia berhasil menggabungkan ke-lima teori string menjadi
sebuah teori tunggal yaitu M-Theory.Witten mengemukakan bahwa kelima teori string itu sebenarnya hanyalah ragam cara melihat suatu hal yang sama. Kita bagaikan berada dalam ruangan gelap gulita dan saling meraba seekor gajah yang sama di depan kita. Sebagian meraba kepalanya, sebagian meraba kakinya, sebagian meraba belalainya dan sebagian meraba badannya, begitu Edward Witten memberikan penerangan di dalam ruangan, barulah orang menyadari bahwa sebenarnya mereka semua meraba seekor gajah yang sama.
Penerangan yang dibawa oleh Witten dalam M-Theory nya ini adalah dengan menghadirkan sebuah dimensi ruang tambahan ke dalam hitungan matematis teori string. Seluruh persamaan menjadi klop dan semuanya mejadi masuk akal. Kini alam kita diyakini oleh string/M-theory memiliki 10 dimensi ruang menjadikannya total 11 dimensi ruang-waktu.
Edward Witten tidak menyebutkan kepanjangan dari “M” itu.
Braneworlds
M-theory mengemukakan bahwa:
1. String merupakan tali super kecil yang
memiliki panjang saja (1 dimensi) dengan kedua ujungnya terbuka (open
loop).
2. Terdapat string yang melar hinga memiliki
panjang dan lebar (2-dimensi), membentuk membrane (disingkat, “brane”) atau
sebuah lembaran super tipis. Kita sebut ini sebagai 2-brane. Sedangkan string 1
dimensi disebut dengan 1-brane.
3. Kedua ujung string 1-brane harus melekat /
bertumpu pada 2-brane.
Perbedaan signifikan terjadi setelah hadirnya M-Theory
adalah bahwa orang mulai meninggalkan gambaran dimensi extra yang terpilin
sangat kecil itu. M-Theory memberi gambaran pada kemungkinan yang berlawanan,
yaitu bahwa dimensi-ruang extra itu berukuran sangat besar. Kita mungkin hidup
di alam semesta 3 diemensi-ruang yang berada di dalam sebuah dimensi-ruang yang
lebih besar lagi. Bahwa alam semesta kita berupa membrane 3 dimensi ruang atau
3-brane, dan alam 3-brane kita berada di dalam alam berdimensi lebih tinggi –
yaitu alam 4 dimensi-ruang atau 4-brane.
Sampai tahap ini apakah anda sudah bisa membayangkannya? Sekarang coba bayangkan alam semesta kita adalah layar televisi tersebut. Televisi dengan 3 dimensi ruang. Maka jarak antara pengamat lain di luar televisi ke layar televisi itu adalah dimensi ruang ke-empat yang tidak dimiliki oleh alam kita. Alam di luar alam kita adalah sebuah alam semesta yang memiliki 4 dimensi-ruang.
Sekarang bayangkan bila alam semesta dengan 4 dimensi-ruang itu adalah sebuah layar televisi. Maka jarak antara pengamat lain di luar televisi ke layar televisi itu adalah dimensi ruang ke-lima yang tidak dimiliki oleh alam 4 dimensi-ruang.
Demikian seterusnya.
Marilah kita lanjutkan membayangkan dengan cara yang sama ke alam semesta kita.
Alam semesta kita yaitu 3-brane berada di membrane yang lebih tinggi; 4 brane. Atau boleh saya katakan alam 3-brane kita dibungkus oleh alam 4-brane. M-Theory mengatakan bahwa alam 3-brane kita memiliki kemungkinan exist berdampingan dengan alam 3-brane lainnya (parallel universe). Ada berapa banyak parallel universe? Tidak ada yang tau.
Lalu dimana dimensi 5, 6, 7, 8, 9, dan 10?
Mari kita lanjutkan lagi membayangkannya. Bila alam 3-brane dibungkus alam 4-brane, maka:
Alam 3-brane dibungkus oleh alam 4-brane (lapis 1)
Alam 4-brane dibungkus oleh alam 5-brane (lapis 2)
Alam 5-brane dibungkus oleh alam 6-brane (lapis 3)
Alam 6-brane dibungkus oleh alam 7-brane (lapis 4)
Alam 7-brane dibungkus oleh alam 8-brane (lapis 5)
Alam 8-brane dibungkus oleh alam 9-brane (lapis 6)
Alam 9-brane dibungkus oleh alam 10-brane (lapis 7)
Alam semesta kita dibungkus oleh alam lainnya yang berdimensi-ruang lebih tinggi. Dan di setiap membrane terdapat parallel universe.
Lalu dimana dimensi waktu? Dimensi waktu dimiliki semua alam itu. Kekal dan konstan adanya.
Graviton
M-Theory diterima luas sebagai teori elegan dengan keindahan matematika tingkat tinggi. Inilah sebuah wujud pencapaian peradaban manusia terkini.
Untuk melengkapi pemaparan saya, saya akan singgung sedikit lagi kelanjutan atau perkembangan dari teori ini.
String dipercaya memiliki bentuk open-loop atau kedua ujungnya terbuka dan menumpu pada membrane lain. Namun diyakini ada pula string dengan ujungya saling bertautan (besambung) sehingga membentuk closed-loop. Dengan ujung yang tidak bebas ini maka string jenis ini tidak bisa bertumpu pada membrane. Jenis string seperti ini bebas melayang ke ruang mana saja dan menyebrang ke membrane lain. String dengan closed-loop ini adalah Graviton.
Masih ingat forsa gravitasi yang dianggap paling lemah diantara forsa yang lainnya? Dengan sifat graviton yang bebas itu maka forsa gravitasi sesungguhnya sangat kuat, bahkan mungkin sama kuatnya dengan forsa Electromagnetic. Ia tampak lemah karena sebagian kekuatan forsa gravitasi mampu menyebrang ke brane lainnya dengan bebas.
Graviton adalah satu-satunya partikel saat ini yang diyakini bebas bergerak menyebrang ke membrane lainnya. Forsa lainnya tidak bisa meninggalkan suatu membrane. Sehingga tidak mungkin kita bisa melihat alam brane lain atau parallel universe karena cahaya tidak dapat keluar dari membrane. Forsa nuklir kuat, forsa nuklir lemah, Electromagnetic dan cahaya terperangkap di dalam sebuah membrane.
Satu hal yang menjadi perhatian dunia adalah membuktikan keberadaan string melalui percobaan laboratorium. String adalah teori elegan yang belum terbukti melalui experimen. Namun dengan syarat yang ditentukan oleh teori ini sendiri, terbuka peluang untuk membuktikannya dan upaya pembuktian ini menjadi prioritas utama. Antara lain adalah sedang berjalannya usaha bersama antara Massachusetts Institute of Technology (MIT) dengan California Intitute of Technology (CIT) dan didanai oleh The National Science Foundation membangun sebuah Observatory raksasa yang bukan berbasis cahaya maupun radio, melainkan berbasis forsa gravitasi. Harapannya adalah terdeteksinya graviton yang muncul semerta-merta membawa signature dari alam semesta membrane lain. Wahana ini dinamakan Laser Interferometer Gravitational Wave Observatory (LIGO). Juga direncanakan untuk dibangun Versi luar angaksa dari LIGO, adalah Laser Interferometer Space Antenna (LISA).
Usaha lainnya sedang dilakukan Fermilab, sebuah laboratorium di Illinois yang memiliki atom smasher, yaitu sebuah Akselerator Partikel yang berfungsi untuk mempercepat inti atom hydrogen dalam suatu lintasan sepanjang 4 mil untuk kemudian ditabrakkan dengan inti atom Hydrogen lain ujung lintasan. Inti atom yang ditabrakkan akan terpecah dan menghasilkan siraman partikel-partikel yang lebih kecil. Sebelum M-Theory, ilmuwan hanya berusaha mengindentifikasi siraman partikel-partikel baru tersebut, namun kali ini mereka berusaha mendeteksi partikel graviton yang muncul saat terjadi tabrakan. Namun graviton akan muncul hanya sekejap karena graviton yang berdiri sendiri akan langsung menyeberang ke membrane lain. Graviton yang muncul dan hilang hanya dalam sekejap ini tidak akan memberi kesempatan pengamat untuk mendeteksinya. Untuk mengatasi ini maka pendeteksian graviton ditandai dengan absen-nya partikel tersebut sesaat setelah tabrakan.
Hal serupa akan disusul oleh sebuah atom smasher raksasa yang sedang dalam tahap pembangunan yang memiliki kekuatan 7 kali lebih besar dibandingkan dengan yang dimiliki Fermilab. atom smasher dan Akselerator Partikel raksasa ini adalah milik CERN, Swiss.
Jutaan dollar telah dikeluarkan untuk pembangunan alat-alat raksasa tersebut dan mereka saling berlomba sebagai yang pertama kali menemukan graviton. Jika graviton ditemukan, maka teori string kukuh dan benar dengan seluruh impllikasinya; braneworlds yang meggambarkan alam semesta kita ini berlapis dengan 11 dimensi ruang-waktu adalah benar. Dan alam semesta ini bisa terjelaskan dengan sebuah teori tunggal, “Theory of Everything”.
Zero-Brane
Perkembangan lain dari String/M-Theory adalah munculnya sekelompok ilmuwan yang menemukan kejanggalan atas statement bahwa string adalah satu-satunya ingredient atau bahan dasar pembentuk ruang dan waktu. Pertanyaan mereka adalah, jika string perlu ruang dan waktu untuk bergetar dan bergerak, bagaiman bisa mereka dinobati sebagai bahan dasar pembentuk ruang-waktu?
Jikapun harus ada bahan dasar yang paling fundamental yang membentuk ruang-waktu, maka entity ini haruslah tidak terikat oleh ruang-waktu, atau space-less and time-less entity . Entity semacam ini tidak mungkin berbentuk string, melainkan sebuah titik tanpa dimensi atau berdimensi nol; Zero-Brane Entity. Usulan ini patut mendapat perhatian karena usulan ini meng-klaim bahwa string bukanlah bahan fundamental pembentuk ruang waktu.
Zero-Brane yang berbentuk titik tanpa dimensi ini haruslah teratur menandai setiap titik pada ruang namun tidak terikat oleh ruang. Titik-titik teratur bagai grid. Teori ini dikenal sebagai Matrix Theory. “M” sebagai “Matrix” dari M-theory.
Sekian.
Sumber: Henkykuntarto’s Blog -Wellcome to my spiritual blog
Tidak ada komentar:
Posting Komentar