Sabtu, 17 Agustus 2013

Jurang Pemisah yang Lebar—Dapatkah Evolusi Menjembataninya?


Pasal 6

Jurang Pemisah yang Lebar—Dapatkah Evolusi Menjembataninya?

FOSIL memberikan bukti nyata mengenai berbagai bentuk kehidupan yang ada jauh sebelum manusia ada. Tetapi, fosil belum memberikan bukti seperti yang diharapkan untuk mendukung gagasan evolusi tentang bagaimana kehidupan dimulai atau bagaimana jenis-jenis baru muncul setelahnya. Mengenai tidak adanya fosil transisi yang menjembatani jurang-jurang pemisah biologis, Francis Hitching berkomentar, ”Anehnya, ada satu hal yang konsisten mengenai jurang pemisah dalam catatan fosil: fosil justru tidak ada di semua bagian yang penting.”1

2 Bagian penting yang ia sebutkan adalah jurang pemisah di antara divisi-divisi utama dalam dunia binatang. Contohnya adalah ikan yang dianggap berevolusi dari invertebrata, yakni binatang yang tidak bertulang belakang. ”Ikan tahu-tahu muncul dalam catatan fosil,” kata Hitching, ”entah dari mana: secara misterius, tiba-tiba, dan wujudnya lengkap.”2 Zoolog N. J. Berrill mengomentari penjelasannya sendiri tentang asal mula ikan, demikian, ”Sedikit banyak, uraian ini adalah fiksi ilmiah.”3

3 Teori evolusi berasumsi bahwa ikan menjadi amfibi, beberapa amfibi menjadi reptilia, dari reptilia muncullah mamalia dan burung, dan akhirnya beberapa mamalia menjadi manusia. Di pasal sebelumnya telah diperlihatkan bahwa catatan fosil tidak mendukung pendapat itu. Pasal ini akan menyoroti betapa tidak masuk akalnya asumsi tentang tahap-tahap transisi itu. Seraya Anda terus membaca, pikirkan: Mungkinkah perubahan-perubahan demikian terjadi secara spontan, tanpa pengarahan?


Jurang Pemisah antara Ikan dan Amfibi

4 Yang membedakan ikan dari invertebrata adalah tulang belakang. Tulang belakang ini harus mengalami perubahan besar supaya ikan dapat menjadi amfibi, yaitu binatang yang dapat hidup di air dan di darat. Harus ada penambahan tulang panggul, tetapi tidak ada fosil ikan yang memperlihatkan bagaimana tulang panggul amfibi terbentuk. Pada beberapa amfibi, seperti katak dan bangkong, seluruh tulang belakang harus berubah sama sekali. Tulang-tulang tengkoraknya pun berbeda. Lagi pula, untuk menjadi amfibi, evolusi harus mengubah sirip ikan menjadi tungkai dan lengan yang memiliki sendi, pergelangan, dan jari, belum lagi perubahan besar pada otot dan saraf. Insang harus berubah menjadi paru-paru. Pada ikan, darah dipompa oleh jantung berbilik dua, tetapi jantung amfibi berbilik tiga.

5 Untuk menjembatani jurang pemisah antara ikan dan amfibi, indra pendengaran harus mengalami perubahan radikal. Pada umumnya, ikan menangkap suara melalui tubuhnya, tetapi kebanyakan bangkong dan katak memiliki gendang telinga. Lidah juga harus berubah. Ikan tidak memiliki lidah yang bisa dijulurkan, sedangkan amfibi, seperti bangkong, memilikinya. Mata amfibi mempunyai kesanggupan tambahan untuk berkedip, karena ada membran yang dapat dibuka-tutup, sehingga bola matanya tetap bersih.

6 Ada upaya keras untuk menghubungkan amfibi dengan ikan sebagai leluhurnya, tetapi tanpa hasil. Ikan paru telah menjadi calon favorit, karena selain berinsang, ia memiliki gelembung renang yang dapat dipakai untuk bernapas sewaktu keluar dari air untuk sementara waktu. Buku The Fishes mengatakan, ”Orang tergoda untuk berpikir bahwa mungkin ada hubungan langsung antara ikan paru dan amfibi yang akhirnya menghasilkan vertebrata darat. Tetapi kenyataannya tidak; mereka adalah dua kelompok yang sama sekali berbeda.”4 David Attenborough menyingkirkan ikan paru maupun coelacanth dari daftar calon ”karena tulang tengkoraknya begitu berbeda dengan tulang tengkorak fosil amfibi pertama sehingga yang satu tidak mungkin berasal dari yang lain”.5

Jurang Pemisah antara Amfibi dan Reptilia

7 Upaya menjembatani jurang pemisah antara amfibi dan reptilia juga menimbulkan problem-problem serius lainnya. Yang paling sulit adalah asal mula telur bercangkang. Makhluk sebelum reptilia bertelur di air, dan di sana telur-telur yang lunak seperti agar-agar tersebut dibuahi di luar tubuh. Reptilia tinggal di darat dan bertelur di darat, tetapi embrio yang berkembang di dalam telur harus tetap berada di lingkungan berair. Jalan keluarnya adalah telur bercangkang. Tetapi, dibutuhkan perubahan besar dalam proses pembuahan: Pembuahan harus terjadi di dalam tubuh, sebelum telur dibungkus oleh cangkang. Untuk itu, diperlukan organ seks yang baru, cara kawin yang baru, dan naluri yang baru—ini semua membentuk jurang pemisah yang lebar antara amfibi dan reptilia.

8 Agar telur terbungkus dalam cangkang, perlu ada perubahan besar lebih jauh supaya seekor reptilia bisa berkembang dan, akhirnya, keluar dari cangkang tersebut. Misalnya, di dalam cangkang itu perlu ada berbagai membran dan kantong, seperti amnion yang menahan cairan tempat embrio berkembang. The Reptiles menjelaskan membran lain yang disebut alantois, ”Alantois menerima dan menyimpan limbah embrio, fungsinya seperti kandung kemih. Alantois juga memiliki pembuluh darah yang menyerap oksigen melalui cangkang dan menyalurkannya ke dalam embrio.”6

9 Evolusi belum dapat menjelaskan perbedaan rumit lainnya. Embrio dalam telur ikan dan telur amfibi mengeluarkan kotoran ke air di sekitarnya berupa urea yang dapat larut. Tetapi, embrio reptilia bisa mati jika ada urea di dalam telurnya yang bercangkang. Maka, ada perubahan kimiawi yang besar: Kotoran, berupa asam urat yang tidak larut, disimpan di dalam membran alantois. Perhatikan juga: Kuning telur adalah makanan bagi embrio reptilia yang sedang bertumbuh, sehingga dapat berkembang sepenuhnya sebelum keluar dari telur—tidak seperti amfibi, yang sewaktu ditetaskan belum dalam bentuk dewasa. Dan, untuk keluar dari cangkangnya, embrio reptilia unik karena memiliki ’gigi telur’, yang membantunya membobol dinding penjaranya.

10 Banyak lagi yang diperlukan untuk menjembatani jurang pemisah antara amfibi dan reptilia, tetapi contoh-contoh ini memperlihatkan bahwa semua perubahan rumit yang diperlukan untuk tujuan itu mustahil terjadi secara kebetulan tanpa pengarahan. Tidak mengherankan jika evolusionis Archie Carr berkata dengan sedih, ”Salah satu hal yang mengecewakan dari catatan fosil tentang sejarah vertebrata ialah sedikitnya keterangan mengenai evolusi reptilia pada masa awalnya, sewaktu telur bercangkang mulai berkembang.”7

Jurang Pemisah antara Reptilia dan Burung

11 Reptilia adalah binatang berdarah dingin, artinya suhu di dalam tubuh akan naik atau turun bergantung pada suhu di luar. Sebaliknya, burung berdarah panas; suhu tubuh mereka relatif konstan tidak soal suhu di luar. Untuk menjawab teka-teki bagaimana reptilia berdarah dingin bisa menjadi burung berdarah panas, beberapa evolusionis sekarang mengatakan bahwa beberapa dinosaurus (yang adalah reptilia) berdarah panas. Tetapi, pandangan orang pada umumnya masih seperti yang dikatakan Robert Jastrow, ”Dinosaurus, seperti semua reptilia, adalah binatang berdarah dingin.”8

12 Tentang kepercayaan bahwa burung berdarah panas berasal dari reptilia berdarah dingin, evolusionis dari Prancis Lecomte du Noüy mengatakan, ”Jelaslah bahwa hal ini sekarang merupakan salah satu teka-teki evolusi tersulit.” Ia juga mengakui bahwa burung memiliki ”semua ciri yang tidak memuaskan yang menunjang penciptaan mutlak”9—tidak memuaskan, karena tidak mendukung teori evolusi.

13 Memang, reptilia maupun burung bertelur, tapi hanya burung yang mengerami telurnya. Burung dirancang dengan kemampuan itu. Banyak burung memiliki bercak pengeraman pada dada, bagian tak berbulu yang berisi jaringan pembuluh darah, untuk memberi kehangatan pada telur. Beberapa burung tidak mempunyai bercak pengeraman tetapi akan mencabuti bulu-bulu dadanya. Selain itu, supaya burung bisa mengerami telur, evolusi harus memberi mereka naluri baru—untuk membangun sarang, mengerami telur, dan memberi makan anak-anaknya—perilaku yang tidak mementingkan diri, mau berkorban, dan penuh perhatian. Perilaku tersebut membutuhkan keterampilan, kerja keras, dan keberanian mengadang bahaya. Semua ini menjadi jurang pemisah yang lebar antara reptilia dan burung. Tetapi, masih ada lagi.

14 Bulu burung amat unik. Konon, struktur yang menakjubkan ini terjadi secara kebetulan dari sisik reptilia. Pada rakis (batang) bulu terdapat deretan-deretan ramus (cabang). Setiap ramus mempunyai banyak barbul dan setiap barbul mempunyai ratusan barbisel dan kait kecil. Setelah sehelai bulu merpati diteliti di bawah mikroskop, terungkap bahwa bulu memiliki ”ratusan ribu barbul dan jutaan barbisel serta kait kecil”.10 Kait-kait ini menautkan semua bagian bulu sehingga menghasilkan bilah-bilah yang pipih. Tidak ada yang mengungguli bulu sebagai komponen sayap untuk terbang, dan bulu hampir tidak ada duanya sebagai insulator. Burung seukuran angsa memiliki kira-kira 25.000 helai bulu.

15 Jika ramus-ramus bulu ini berantakan, burung akan menyisirnya dengan paruh mereka. Tekanan dari paruh saat melewati ramus-ramus itu akan membuat kait-kait pada barbul tersambung kembali seperti gigi-gigi ritsleting. Kebanyakan burung mempunyai kelenjar minyak pada pangkal ekor untuk melembutkan setiap bulu. Ada burung yang tidak mempunyai kelenjar minyak tetapi ujung-ujung bulu mereka bisa mengembang dan menghasilkan semacam bedak halus untuk melembutkan bulu. Dan, sekali setahun biasanya ada pergantian bulu.

16 Setelah mengetahui segala kehebatan bulu burung, perhatikan upaya yang mencengangkan ini untuk menjelaskan pembentukannya, ”Bagaimana struktur yang ajaib ini berevolusi? Tidak terlalu sulit untuk membayangkan bahwa bulu adalah sisik yang termodifikasi, yang pada dasarnya mirip sisik reptilia—sisik yang agak panjang dan longgar, yang pinggiran luarnya berjumbai dan mengembang hingga berevolusi menjadi struktur yang sangat rumit seperti sekarang.”11 Tetapi, apakah menurut Anda penjelasan demikian benar-benar ilmiah? Atau, apakah itu kedengarannya lebih mirip fiksi ilmiah?

17 Perhatikan lebih jauh bagaimana burung dirancang untuk terbang. Tulang-tulangnya tipis dan berongga, tidak seperti tulang reptilia yang padat. Namun, untuk terbang dibutuhkan kekuatan, maka di dalam tulang burung ada semacam struktur penyangga, mirip penopang di bagian dalam sayap pesawat udara. Selain itu, bentuk tulang demikian membantu kita memahami keajaiban lain yang hanya dimiliki burung—sistem pernapasannya.

18 Sayap berotot yang dikepakkan selama berjam-jam atau bahkan berhari-hari sewaktu terbang menghasilkan banyak panas, dan burung tidak memiliki kelenjar keringat untuk mendinginkannya. Tetapi, problem tersebut dapat diatasi karena burung memiliki ”mesin” berpendingin udara. Ada kantong udara pada hampir setiap bagian tubuh yang penting, bahkan di dalam tulang mereka yang berongga, dan panas tubuh didinginkan melalui sirkulasi udara internal ini. Selain itu, berkat kantong-kantong udara tersebut, burung dapat mengambil oksigen dari udara dengan jauh lebih efisien daripada vertebrata lain. Bagaimana prosesnya?

19 Pada reptilia dan mamalia, paru-paru mengisap dan mengeluarkan udara, seperti alat pengembus yang mengembang dan mengempis secara bergantian. Tetapi, pada burung, selalu ada arus udara segar yang mengalir melalui paru-paru, saat menghirup maupun mengembuskan napas. Secara sederhana, begini cara kerja sistem tersebut: Sewaktu burung menghirup napas, udara masuk ke beberapa kantong udara, yang berfungsi sebagai alat pengembus yang mendorong udara ke dalam paru-paru. Dari paru-paru, udara masuk ke dalam kantong-kantong udara lainnya, dan akhirnya dikeluarkan. Berarti, ada arus udara segar yang terus mengalir satu arah melalui paru-paru, mirip seperti air yang mengalir melalui karet busa. Darah dalam pembuluh-pembuluh kapiler paru-paru mengalir dengan arah yang berlawanan. Aliran udara dan aliran darah yang berlawanan arah itulah yang membuat sistem pernapasan burung unggul. Itu sebabnya burung dapat bernapas di udara tipis di lapisan angkasa yang tinggi, terbang di ketinggian lebih dari 6.000 meter selama berhari-hari saat bermigrasi sejauh ribuan kilometer.

20 Fitur-fitur lain memperlebar jurang pemisah antara burung dan reptilia. Salah satunya ialah penglihatan. Mulai dari burung elang yang matanya seperti teleskop hingga burung prenjak yang matanya seperti kaca pembesar, mata burung memiliki lebih banyak sel sensoris daripada mata makhluk hidup lainnya. Kaki burung juga berbeda. Sewaktu burung bertengger, urat-urat tendon akan secara otomatis membuat jari-jari kakinya mencengkeram dahan. Dan, burung hanya memiliki empat jari kaki sedangkan reptilia lima. Lagi pula, burung tidak memiliki pita suara, tetapi memiliki siring yang dapat mengeluarkan kicauan merdu seperti suara burung celoteh dan burung pengejek. Perhatikan juga, bahwa jantung reptilia memiliki tiga bilik; jantung burung memiliki empat bilik. Paruh juga membedakan burung dari reptilia: ada paruh yang bisa memecahkan biji, paruh yang menyaring makanan dari air berlumpur, paruh yang membuat lubang di pohon, paruh silang yang bisa membuka kerucut cemara—keragaman yang seperti tidak ada habisnya. Tetapi, paruh yang sangat khusus rancangannya itu dikatakan telah berevolusi secara kebetulan dari hidung reptilia! Masuk akalkah penjelasan demikian?

21 Para evolusionis pernah berpendapat bahwa Archaeopteryx, yang artinya ”sayap purba” atau ”burung purba”, adalah mata rantai antara reptilia dan burung. Tetapi sekarang, banyak yang telah berubah pendapat. Sisa-sisa fosilnya menunjukkan bulu yang terbentuk sempurna pada sayap dengan rancangan aerodinamis yang dapat terbang. Tulang sayap dan kakinya tipis serta berongga. Fitur-fiturnya yang dianggap menyerupai reptilia ditemukan pada burung-burung sekarang. Dan, umurnya tidak lebih tua daripada burung, karena fosil burung-burung lain telah ditemukan dalam batuan dari masa yang sama dengan Archaeopteryx.12

Jurang Pemisah antara Reptilia dan Mamalia

22 Ada beberapa perbedaan penting yang membentuk jurang pemisah yang lebar antara reptilia dan mamalia. Satu perbedaan besar adalah adanya kelenjar susu yang menghasilkan air susu bagi anak-anak yang dilahirkan. Theodosius Dobzhansky memperkirakan bahwa kelenjar susu ini ”mungkin adalah kelenjar keringat yang termodifikasi”.13 Tetapi, reptilia bahkan tidak memiliki kelenjar keringat. Selain itu, kelenjar keringat mengeluarkan limbah, bukan makanan. Dan, tidak seperti bayi reptilia, bayi mamalia memiliki naluri serta otot untuk mengisap susu induknya.

23 Ada lagi fitur lain yang dimiliki mamalia tetapi tidak didapati pada reptilia. Induk mamalia memiliki plasenta yang sangat kompleks untuk pemberian makanan dan pertumbuhan janin mereka. Reptilia tidak memilikinya. Tidak ada diafragma pada reptilia, tetapi mamalia memiliki diafragma yang memisahkan rongga dada dan rongga perut. Organ Korti dalam telinga mamalia tidak ditemukan pada telinga reptilia. Organ kecil yang rumit ini memiliki 20.000 sel rambut dan 30.000 ujung saraf. Mamalia memiliki suhu tubuh yang konstan, sedangkan reptilia tidak.

24 Mamalia juga memiliki tiga tulang dalam telinganya, sedangkan reptilia hanya satu. Dari mana asal dua tulang ”ekstra” itu? Teori evolusi berupaya menjelaskannya sebagai berikut: Reptilia memiliki sedikitnya empat tulang pada rahang bawah, sedangkan mamalia hanya memiliki satu; maka, sewaktu reptilia menjadi mamalia, diperkirakan ada pergeseran tulang; beberapa tulang rahang bawah reptilia pindah ke telinga tengah mamalia dan menjadi tiga tulang di sana dan, dalam proses tersebut, hanya satu tulang tertinggal pada rahang bawah mamalia. Namun masalahnya, sama sekali tidak ada bukti fosil yang mendukung penalaran itu. Itu hanya rekaan belaka.

25 Kesulitan lain menyangkut tulang: Kaki reptilia berpangkal di sisi tubuh sehingga perutnya menempel atau sangat dekat dengan tanah. Tetapi, kaki mamalia berpangkal di bawah tubuh sehingga tubuh terangkat jauh dari tanah. Mengenai perbedaan tersebut, Dobzhansky berkomentar, ”Perubahan ini, meskipun kelihatannya kecil, memerlukan perubahan besar-besaran pada kerangka dan otot.” Ia kemudian mengakui perbedaan penting lain antara reptilia dan mamalia, ”Gigi mamalia sangat rumit. Tidak seperti gigi reptilia yang mirip pasak sederhana, ada bermacam-macam gigi mamalia yang disesuaikan untuk menggigit, mencengkeram, menusuk, memotong, mengunyah, atau melumatkan makanan.”14

26 Satu perbedaan terakhir: Konon, sewaktu amfibi berevolusi menjadi reptilia, kotoran yang dibuang berubah dari urea menjadi asam urat. Tetapi, sewaktu reptilia menjadi mamalia, ada pembalikan. Mamalia kembali ke cara amfibi yang mengeluarkan kotoran berupa urea. Kalau begitu, evolusi berjalan mundur—sesuatu yang secara teoretis tidak boleh terjadi.

Jurang Pemisah yang Terlebar

27 Secara fisik, manusia cocok dengan definisi umum mamalia. Namun, seorang evolusionis menyatakan, ”Kesalahan yang paling tragis adalah menganggap manusia sebagai ’binatang belaka’. Manusia itu unik, berbeda dengan semua binatang lain dalam banyak segi, misalnya tutur kata, tradisi, kebudayaan, dan masa pertumbuhan dan pengasuhan orang tua yang sangat panjang.”15

28 Yang membedakan manusia dari semua makhluk lain di bumi adalah otaknya. Informasi yang tersimpan dalam kira-kira 100 miliar neuron otak manusia bisa memenuhi sekitar 20 juta jilid buku! Kesanggupan untuk berpikir abstrak dan bertutur kata membuat manusia jauh berbeda dengan binatang mana pun, dan kemampuannya untuk merekam semakin banyak pengetahuan merupakan salah satu ciri khas manusia yang paling menakjubkan. Dengan menerapkan pengetahuan ini, manusia sanggup mengungguli semua makhluk hidup lain di bumi—bahkan sampai pergi ke bulan dan kembali lagi. Sesungguhnya, seperti kata seorang ilmuwan, otak manusia ”berbeda dan jauh lebih rumit daripada apa pun di alam semesta yang kita kenal”.16

29 Satu segi lain yang membuat jurang pemisah terlebar antara manusia dan binatang adalah nilai-nilai moral dan spiritual manusia, yang berasal dari sifat-sifat seperti kasih, keadilan, hikmat, kuasa, dan belas kasihan. Ini disinggung dalam buku Kejadian sewaktu mengatakan bahwa manusia dibuat ’menurut gambar dan rupa Allah’. Dan, jurang pemisah antara manusia dan binatang inilah yang paling lebar.—Kejadian 1:26.

30 Jadi, ada perbedaan-perbedaan yang sangat besar di antara divisi-divisi utama kehidupan. Banyak struktur baru, naluri yang terprogram, dan sifat yang memisahkan divisi-divisi kehidupan ini. Apakah masuk akal untuk berpikir bahwa semua itu dapat muncul secara kebetulan tanpa pengarahan? Sebagaimana telah kita lihat, bukti fosil tidak mendukung pendapat itu. Tidak ada fosil yang dapat menjembatani jurang-jurang tersebut. Seperti kata Hoyle dan Wickramasinghe, ”Bentuk-bentuk peralihan hilang dari catatan fosil. Sekarang kita tahu alasannya, pada dasarnya karena bentuk peralihan memang tidak ada.”17 Bagi orang yang benar-benar memperhatikan, inilah yang ditunjukkan oleh catatan fosil: ”Penciptaan menurut jenisnya.”

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar